Pemerintah Kabupaten Subang, Jawa Barat, meraih rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dalam kegiatan Gotong Sisingaan terbanyak di dunia.

Senior Customer Relation Manager MURI Triyono di Subang, Sabtu, mengatakan kehadiran MURI dalam acara tersebut untuk melestarikan kebudayaan asli Indonesia, khususnya Sisingaan.

Pihaknya telah melakukan verifikasi dan mencatat tidak kurang dari 220 sisingaan ikut serta dalam kegiatan Gotong Sisingaan terbanyak di dunia.

Kegiatan tersebut dibalut melalui acara Kolosal Sisingaan dan Pawai Pemuda Tahun 2024 di Alun-Alun Subang, Sabtu.

Baca juga: KAI Daop 8 Surabaya Jatim raih penghargaan MURI parade lokomotif bercorak terbanyak
Baca juga: Pemkab Karawang raih rekor MURI bentuk peta daerah dari 1.800 nasi tumpeng

Penjabat Bupati Subang Imran menyampaikan apresiasi terhadap pelaksanaan Kolosal Sisingaan dan Pawai Pemuda yang merupakan bagian dari rangkaian peringatan Sumpah Pemuda yang jatuh setiap 28 Oktober.

Ia menekankan pentingnya peran pemuda dalam memajukan Subang dengan semangat yang terus berlanjut pada tahun-tahun mendatang.

Ia mengungkapkan pada Oktober banyak peristiwa penting yang dapat diperingati dan direfleksikan demi pembangunan Subang, antara lain HUT TNI, pelantikan presiden, Hari Santri, dan Hari Sumpah Pemuda.

Kesenian Sisingaan suatu bentuk kreativitas budaya Kabupaten Subang yang mendukung keaktifan masyarakat. Sisingaan simbol perjuangan masyarakat Subang menghadapi penjajah pada masa lalu atau dari ketertindasan.

Baca juga: Pemkab Bogor berhasil pecahkan 3 rekor MURI di puncak peringatan Hari Pramuka

Namun, menurut Abah Salim, perajin patung singa, awal mula keberadaan kesenian sisingaan di daerah itu dari ritual masyarakat yang akan menyunat anak laki-laki dengan cara dihibur terlebih dahulu, lalu diarak keliling kampung menggunakan kursi yang dihias atau disebut jampana.

Jampana diusung empat orang dewasa, sedangkan calon pengantin sunat duduk di atas kursi yang telah dihias (jampana), musik pengiring dalam arak-arakan tersebut menggunakan alat musik seadanya, seperti dog-dog, kendang, kempul, dan kecrek, dengan pola tabuh pencak silat dan improvisasi bersifat spontan.

Gerak tari pengusung jampana tersebut belum ada gerak baku, masih bersifat helaran atau berjalan secara biasa, kostum yang digunakan seadanya.

Berdasarkan perubahan waktu dan zaman, seiring pergeseran fungsi dan bentuk kreativitas masyarakat, jampana mengalami perubahan pada bentuk patung singa bongsang, yaitu patung singa yang terbuat dari rangkaian bambu yang dibungkus karung goni, kepala dan kakinya terbuat dari kayu randu, rambutnya terbuat dari tali rafia, matanya terbuat dari tutup botol minuman, diusung oleh empat orang.

Pewarta: M.Ali Khumaini

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024