Bogor (Antara Megapolitan) - Para akademisi bidang Optik dari sebelas negara hadir dan terlibat dalam 11th International Symposium on Modern Optics and its Aplications (ISMOA), 7-10 Agustus 2017.
Acara digelar di IPB International Convention Center (IICC) Bogor. Mereka berasal dari Jerman, Belanda, Singapura, Malaysia, Austria, Australia, Singapura, Inggris, Meksiko, Jepang dan Korea.
Sementara, peserta dari dalam negeri diantaranya dari Institut Pertanian Bogor (IPB), ITB, Undip, ITS, Ukrida, UPH, Unpad, LIPI, dan Uhamka. Dengan jumlah peserta pemakalah 42 orang dan partisipan sekira 80 peneliti dan mahasiswa.
Acara dibuka oleh Sekretaris Institut (SI) IPB, Dr. Ibnul Qayim. Dalam sambutannya ia menyampaikan bahwa bidang optik sebagai salah satu cabang tertua fisika dan sains telah berkembang dengan cepat untuk melayani kebutuhan akan kegiatan ilmiah dan teknologi, serta kesejahteraan manusia pada umumnya.
Perkembangannya terbukti memainkan peran penting dalam penemuan berbagai fenomena baru dan mendukung pengembangan aplikasi teknologi baru.
Dikatakannya, sistem komunikasi dan informasi optik berkecepatan tinggi dan optik nano, plasmonics dan nano biophotonics, optik bio medis dan optik kuantum adalah contoh kontribusi penting dari bidang ini.
''Di bidang pertanian dan ilmu hayati pada umumnya, saya percaya bahwa optik akan memainkan kontribusi yang sangat signifikan terutama di teknologi sensor untuk aplikasi pertanian presisi,'' ujarnya.
Acara ini menghadirkan 10 invited speaker, 4 orang diantaranya Fellow of the Optical Society (OSA) yang merupakan asosiasi dunia untuk bidang optik.
Ketua panitia penyelenggara, Dr. Husin Alatas, yang juga peneliti optik dari IPB, mengatakan optik adalah salah satu bidang paling penting dari ilmu fisika yang mendasari banyak kemajuan teknologi terkini, termasuk bidang teknologi sensor.
Dr. Husin yang juga merupakan Presiden Himpunan Optika Indonesia atau Indonesian Optical Society (INoS) ini menyampaikan bahwa dengan teknologi optik bisa mencitrakan di bagian tubuh manusia tanpa merusak, non invasive bisa mencitrakan gambar jejaring di bawah kulit untuk teknologi biomedis.
''Terkait dengan IPB, teknologi optik dapat dimanfaatkan untuk membuat presisition agricultural, juga penggunaan pupuk secara cepat. Biosensor juga dipergunakan untuk mendeteksi kehadiran bakteri, virus dan bahan bahan berbahaya. Namun amat disayangkan Indonesia masih tertinggal jauh. Komunitas optik Indonesia relatif kecil, secara khusus belum diakomodir, belum berkembang. Sementara di luar negeri, teknologi ini sudah sangat maju,'' paparnya.
Ia mengatakan, sebagai perguruan tinggi yang fokus pada bidang pertanian, IPB juga menangani optik melalui biophotonics seperti melakukan penelitian tentang karakteristik bioluminescence pada organisme alami dan aplikasinya.
Dalam acara ini juga digelar Kongres Himpunan Optika Indonesia atau Indonesian Optical Society (INoS) yang beranggota 80-an orang. Ia berharap simposium ini dapat memperkenalkan dunia optik ke mahasiswa, mengenal ilmuwan kelas dunia, dan membuat jejaring kerjasama. (dh).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Acara digelar di IPB International Convention Center (IICC) Bogor. Mereka berasal dari Jerman, Belanda, Singapura, Malaysia, Austria, Australia, Singapura, Inggris, Meksiko, Jepang dan Korea.
Sementara, peserta dari dalam negeri diantaranya dari Institut Pertanian Bogor (IPB), ITB, Undip, ITS, Ukrida, UPH, Unpad, LIPI, dan Uhamka. Dengan jumlah peserta pemakalah 42 orang dan partisipan sekira 80 peneliti dan mahasiswa.
Acara dibuka oleh Sekretaris Institut (SI) IPB, Dr. Ibnul Qayim. Dalam sambutannya ia menyampaikan bahwa bidang optik sebagai salah satu cabang tertua fisika dan sains telah berkembang dengan cepat untuk melayani kebutuhan akan kegiatan ilmiah dan teknologi, serta kesejahteraan manusia pada umumnya.
Perkembangannya terbukti memainkan peran penting dalam penemuan berbagai fenomena baru dan mendukung pengembangan aplikasi teknologi baru.
Dikatakannya, sistem komunikasi dan informasi optik berkecepatan tinggi dan optik nano, plasmonics dan nano biophotonics, optik bio medis dan optik kuantum adalah contoh kontribusi penting dari bidang ini.
''Di bidang pertanian dan ilmu hayati pada umumnya, saya percaya bahwa optik akan memainkan kontribusi yang sangat signifikan terutama di teknologi sensor untuk aplikasi pertanian presisi,'' ujarnya.
Acara ini menghadirkan 10 invited speaker, 4 orang diantaranya Fellow of the Optical Society (OSA) yang merupakan asosiasi dunia untuk bidang optik.
Ketua panitia penyelenggara, Dr. Husin Alatas, yang juga peneliti optik dari IPB, mengatakan optik adalah salah satu bidang paling penting dari ilmu fisika yang mendasari banyak kemajuan teknologi terkini, termasuk bidang teknologi sensor.
Dr. Husin yang juga merupakan Presiden Himpunan Optika Indonesia atau Indonesian Optical Society (INoS) ini menyampaikan bahwa dengan teknologi optik bisa mencitrakan di bagian tubuh manusia tanpa merusak, non invasive bisa mencitrakan gambar jejaring di bawah kulit untuk teknologi biomedis.
''Terkait dengan IPB, teknologi optik dapat dimanfaatkan untuk membuat presisition agricultural, juga penggunaan pupuk secara cepat. Biosensor juga dipergunakan untuk mendeteksi kehadiran bakteri, virus dan bahan bahan berbahaya. Namun amat disayangkan Indonesia masih tertinggal jauh. Komunitas optik Indonesia relatif kecil, secara khusus belum diakomodir, belum berkembang. Sementara di luar negeri, teknologi ini sudah sangat maju,'' paparnya.
Ia mengatakan, sebagai perguruan tinggi yang fokus pada bidang pertanian, IPB juga menangani optik melalui biophotonics seperti melakukan penelitian tentang karakteristik bioluminescence pada organisme alami dan aplikasinya.
Dalam acara ini juga digelar Kongres Himpunan Optika Indonesia atau Indonesian Optical Society (INoS) yang beranggota 80-an orang. Ia berharap simposium ini dapat memperkenalkan dunia optik ke mahasiswa, mengenal ilmuwan kelas dunia, dan membuat jejaring kerjasama. (dh).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017