Bogor (Antara Megapolitan) - Dua mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) Nur Badri dan Ahmad Trijunianto berhasil menorehkan prestasinya dalam acara Indonesia Youth Festival of Science akhir tahun lalu.
Poster mereka yang mengangkat tema tentang sosial budaya berhasil menjadi juara kedua dalam kompetisi yang diadakan oleh unit kegiatan mahasiswa keilmuan dan penalaran ilmiah (UKM KPI) Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar.
Keduanya mengusung program berjudul Kutanda: Kurikulum Tembikar ala Kaum Janda sebagai program pelestarian seni Tembikar di Kabupaten Bogor.
Yakni sebuah program yang bertujuan untuk menambah perekonomian kaum janda di Kabupaten Bogor sekaligus melestarikan seni Tembikar yang hampir hilang di masyarakat saat ini.
“Kami menggunakan pendekatan Curriculum Based Learning (pembelajaran kurikulum) dengan metode Epesi. Epesi merupakan gabungan dari edukasi, pemodelan dan realisasi melalui siklus segitiga peran antara kaum janda, pengembang inovasi dan distributor. Salah satunya dengan pelatihan pembuatan tembikar untuk janda-janda yang berada di Kabupaten Bogor,†ujar Nur Badri saat diwawancara belum lama ini.
Tembikar memiliki fungsi yang hampir sama dengan gerabah ataupun keramik, akan tetapi tembikar lebih condong terhadap fungsi pemakaian dibandingkan sebagai hiasan rumah atau pajangan. Tembikar sendiri merupakan wadah yang berbahankan tanah liat dan dipanaskan dengan suhu tinggi.
Dahulu, kebanyakan masyarakat Indonesia menggunakan tembikar sebagai salah satu perkakas mereka. Seperti tempayan untuk menyimapan air, kendi untuk menyimpan minuman, kuali untuk memasak sayur dan sebagainya.
Kini ragam tembikar lebih variatif dan memiliki fungsi tambahan sebagai karya seni yang sudah banyak diperjual.
“Seni tembikar ini dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi kaum janda, disamping menjaga kesenian tembikar Sunda ini dari kepunahan,†tandasnya. (GG/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Poster mereka yang mengangkat tema tentang sosial budaya berhasil menjadi juara kedua dalam kompetisi yang diadakan oleh unit kegiatan mahasiswa keilmuan dan penalaran ilmiah (UKM KPI) Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar.
Keduanya mengusung program berjudul Kutanda: Kurikulum Tembikar ala Kaum Janda sebagai program pelestarian seni Tembikar di Kabupaten Bogor.
Yakni sebuah program yang bertujuan untuk menambah perekonomian kaum janda di Kabupaten Bogor sekaligus melestarikan seni Tembikar yang hampir hilang di masyarakat saat ini.
“Kami menggunakan pendekatan Curriculum Based Learning (pembelajaran kurikulum) dengan metode Epesi. Epesi merupakan gabungan dari edukasi, pemodelan dan realisasi melalui siklus segitiga peran antara kaum janda, pengembang inovasi dan distributor. Salah satunya dengan pelatihan pembuatan tembikar untuk janda-janda yang berada di Kabupaten Bogor,†ujar Nur Badri saat diwawancara belum lama ini.
Tembikar memiliki fungsi yang hampir sama dengan gerabah ataupun keramik, akan tetapi tembikar lebih condong terhadap fungsi pemakaian dibandingkan sebagai hiasan rumah atau pajangan. Tembikar sendiri merupakan wadah yang berbahankan tanah liat dan dipanaskan dengan suhu tinggi.
Dahulu, kebanyakan masyarakat Indonesia menggunakan tembikar sebagai salah satu perkakas mereka. Seperti tempayan untuk menyimapan air, kendi untuk menyimpan minuman, kuali untuk memasak sayur dan sebagainya.
Kini ragam tembikar lebih variatif dan memiliki fungsi tambahan sebagai karya seni yang sudah banyak diperjual.
“Seni tembikar ini dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi kaum janda, disamping menjaga kesenian tembikar Sunda ini dari kepunahan,†tandasnya. (GG/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017