Kementerian Kesehatan secara resmi meluncurkan "Tempo Kas Tuntas", sebuah upaya inovasi program percepatan eliminasi malaria di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa pada 2023 kasus malaria di Indonesia tercatat sebanyak 418.546 kasus. Jumlah tersebut menjadikan malaria sebagai penyakit menular dengan angka kasus tertinggi kedua setelah tuberkulosis (TBC).
“Tugas kita itu menjaga masyarakat supaya tetap sehat. Jadi, kita harus tahu pola penyakitnya, pola epidemiologinya, sehingga dapat melakukan pencegahan. Karena strategi kesehatan paling benar itu seharusnya melalui upaya promotif dan preventif. Dari segi biaya, jauh lebih murah. Dari sisi kualitas hidup, juga jauh lebih baik,” kata Budi.
Dia juga menyampaikan upaya pencegahan malaria yang dapat dilakukan, mulai dari edukasi hingga skrining untuk mengurangi faktor risiko.
Baca juga: Lima provinsi ini jadi percontohan daerah lain menuju Indonesia bebas malaria 2030
Baca juga: Kemenkes lakukan percepatan eliminasi penyakit malaria di Papua
“Edukasi pencegahan malaria dapat dilakukan mulai dari mengajak masyarakat untuk memasang kelambu saat tidur, menggunakan losion anti-nyamuk, minum obat secara massal (momal) untuk mencegah komunitas tersebut terkena malaria, serta rajin melakukan skrining melalui tes RDT sehingga dapat mengurangi faktor risiko apabila terkena malaria,” katanya.
Dia menjelaskan, program percepatan eliminasi malaria diberi nama Tempo Kas Tuntas, yang merupakan singkatan dari Tanggulangi Eliminasi Malaria melalui Periksa darah, Obati dan Awasi Kepatuhan Pengobatan Sampai Tuntas.
Menurut dia, inovasi ini berfokus pada intervensi pada manusia dan vektor melalui upaya penemuan kasus, pengobatan sesuai standar, pengawasan konsumsi obat sampai tuntas, pemantauan pasca-pengobatan, serta intervensi vektor pada daerah dengan kasus positif.
Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Yudhi Pramono mengungkapkan, penurunan kasus malaria di Papua akan berdampak signifikan pada penurunan angka kasus malaria di seluruh Indonesia, yang pada akhirnya berkontribusi pada capaian eliminasi malaria secara nasional.
Baca juga: Kemenkes: IKN masuk endemis tinggi malaria
“Percepatan penurunan kasus secara intensif akan segera dilakukan dengan cara peningkatan penemuan kasus, pengobatan tuntas, dan pengendalian vektor secara terpadu, serta pemberdayaan masyarakat di wilayah tinggi kasus malaria,” ujar Yudhi.
Pj. Gubernur Papua Tengah Ribka Haluk juga menyampaikan harapannya atas peresmian program inovasi Tempo Kas Tuntas di wilayah Papua Tengah, khususnya di Kabupaten Mimika.
“Eliminasi malaria menjadi fokus kita. Papua Tengah jadi salah satu wilayah dengan kasus malaria yang masih tinggi, jadi perlu adanya kolaborasi lintas sektor mulai dari pemerintah pusat dan daerah, juga dukungan dari organisasi internasional untuk mewujudkan wilayah Papua bebas malaria,” kata Ribka.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa pada 2023 kasus malaria di Indonesia tercatat sebanyak 418.546 kasus. Jumlah tersebut menjadikan malaria sebagai penyakit menular dengan angka kasus tertinggi kedua setelah tuberkulosis (TBC).
“Tugas kita itu menjaga masyarakat supaya tetap sehat. Jadi, kita harus tahu pola penyakitnya, pola epidemiologinya, sehingga dapat melakukan pencegahan. Karena strategi kesehatan paling benar itu seharusnya melalui upaya promotif dan preventif. Dari segi biaya, jauh lebih murah. Dari sisi kualitas hidup, juga jauh lebih baik,” kata Budi.
Dia juga menyampaikan upaya pencegahan malaria yang dapat dilakukan, mulai dari edukasi hingga skrining untuk mengurangi faktor risiko.
Baca juga: Lima provinsi ini jadi percontohan daerah lain menuju Indonesia bebas malaria 2030
Baca juga: Kemenkes lakukan percepatan eliminasi penyakit malaria di Papua
“Edukasi pencegahan malaria dapat dilakukan mulai dari mengajak masyarakat untuk memasang kelambu saat tidur, menggunakan losion anti-nyamuk, minum obat secara massal (momal) untuk mencegah komunitas tersebut terkena malaria, serta rajin melakukan skrining melalui tes RDT sehingga dapat mengurangi faktor risiko apabila terkena malaria,” katanya.
Dia menjelaskan, program percepatan eliminasi malaria diberi nama Tempo Kas Tuntas, yang merupakan singkatan dari Tanggulangi Eliminasi Malaria melalui Periksa darah, Obati dan Awasi Kepatuhan Pengobatan Sampai Tuntas.
Menurut dia, inovasi ini berfokus pada intervensi pada manusia dan vektor melalui upaya penemuan kasus, pengobatan sesuai standar, pengawasan konsumsi obat sampai tuntas, pemantauan pasca-pengobatan, serta intervensi vektor pada daerah dengan kasus positif.
Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Yudhi Pramono mengungkapkan, penurunan kasus malaria di Papua akan berdampak signifikan pada penurunan angka kasus malaria di seluruh Indonesia, yang pada akhirnya berkontribusi pada capaian eliminasi malaria secara nasional.
Baca juga: Kemenkes: IKN masuk endemis tinggi malaria
“Percepatan penurunan kasus secara intensif akan segera dilakukan dengan cara peningkatan penemuan kasus, pengobatan tuntas, dan pengendalian vektor secara terpadu, serta pemberdayaan masyarakat di wilayah tinggi kasus malaria,” ujar Yudhi.
Pj. Gubernur Papua Tengah Ribka Haluk juga menyampaikan harapannya atas peresmian program inovasi Tempo Kas Tuntas di wilayah Papua Tengah, khususnya di Kabupaten Mimika.
“Eliminasi malaria menjadi fokus kita. Papua Tengah jadi salah satu wilayah dengan kasus malaria yang masih tinggi, jadi perlu adanya kolaborasi lintas sektor mulai dari pemerintah pusat dan daerah, juga dukungan dari organisasi internasional untuk mewujudkan wilayah Papua bebas malaria,” kata Ribka.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024