Lembaga Amil Zakat Nasional Baitulmaal Hidayatullah (Laznas BMH) melakukan peluncuran buku terbaru berjudul "Bahagia dengan Berqurban, Ibadah dan Kepedulian Sosial".
Peluncuran buku ini berlangsung di Gedung Pusat Dakwah Hidayatullah, Otista, Polonia, Jakarta.
Tokoh Literasi Nasional, Maman Suherman dalam keterangannya, Kamis memberi apresiasi terhadap terbitnya buku ini. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa buku ini bukan sekadar bacaan biasa, melainkan sebuah wahana edukasi yang penting bagi masyarakat dalam memahami qurban sebagai sebuah ibadah dan bentuk kepedulian sosial.
Menurut Kang Maman, sapaan akrabnya, buku ini menghadirkan berbagai dimensi qurban yang sebelumnya tersebar dan kurang terdokumentasi dengan baik. “Diplomasi kebudayaan qurban pun dibahas di buku ini. Betapa banyak dimensi yang ada di qurban tapi kemudian terserak di mana-mana, seharusnya kita bukukan,” ujar Kang Maman.
Sebagai seorang yang tekun menggeluti dan menggerakan budaya literasi, Kang Maman mengungkapkan harapannya agar buku ini dapat memperluas wawasan masyarakat tentang qurban yang memiliki makna luas dan mendalam. Ia juga memuji kualitas penulisan buku yang dinilainya sangat memadai dan mampu mengemas informasi secara komprehensif.
“Ini hanya 116 halaman, tapi kita bisa dapat semua hal tentang qurban. Kalau dalam jurnalistik W5H1-nya dapat, so what-nya dapat, kemudian ada delapan fungsi jurnalismenya dapat,” kata Kang Maman.
Namun, dengan nada ringan, Kang Maman menambahkan bahwa ada satu aspek yang belum tercover dalam buku ini, yaitu qurban perasaan. “Bagaimana cinta bisa dikurbankan untuk orang tercinta, itu kan luar biasa,” ujarnya, menutup dengan senyum penuh arti.
Tantangan Literasi dan Akses Bacaan di Indonesia
Dalam kesempatan yang sama, Kang Maman juga menyoroti isu literasi di Indonesia, terutama terkait dengan akses terhadap bahan bacaan. Menurutnya, minat baca masyarakat Indonesia sebenarnya tinggi, namun sayangnya tidak diimbangi dengan jumlah buku yang dapat diakses dengan mudah.
"Saya lagi lagi adalah orang yang tidak percaya bahwa kita adalah bangsa yang tidak suka baca. Saya ingin mengatakan ini hanya persoalan akses dan persoalan ekosistem perbukuan. Mau nggak negara mendukung gerakan perbukuan supaya perbukuan kita tidak terjebak dan dijepit oleh dua mahluk yang luar biasa, pajak dan bajak," tegas Kang Maman.
Ia juga berbicara tentang tantangan yang dihadapi penulis dan penerbit dalam mempertahankan hak cipta karya mereka di tengah maraknya pembajakan.
“Buku saya yang 90.000 di toko buku, itu di media online ada yang jual 3.000 PDF-nya. Ini perang yang harus dilakukan bersama-sama,” tambahnya, menggarisbawahi pentingnya perlindungan hak cipta dan dukungan terhadap industri perbukuan.
Laznas BMH Tingkatkan Literasi Sosial
Sementara itu, Imam Nawawi, ketua tim penulis buku, menjelaskan bahwa peluncuran buku ini merupakan bagian dari upaya Laznas BMH untuk terus mengembangkan syiar kebaikan, khususnya terkait zakat dan qurban.
“Buku ini adalah pengingat bahwa di waktu kapanpun kita harus sadar bahwa ada dimensi yang sangat dekat diri kita dengan Allah, itulah qurban. Dengan adanya buku ini, diharapkan kebaikan itu perlu dipicu dan dipacu,” ujarnya.
Imam Nawawi juga menekankan pentingnya literasi sebagai bagian dari peradaban bangsa. Ia percaya bahwa bangsa yang baik adalah bangsa yang banyak menghasilkan pemikiran, salah satunya dalam bentuk buku.
“Buku ini bukan ensiklopedia tentang qurban, tapi sampling tentang bagaimana kebaikan qurban itu berlangsung, khususnya yang menjadi komitmen dan kiprah BMH,” jelasnya.
Sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan umat Islam, Imam Nawawi mengajak masyarakat untuk terus berpikir mengenai langkah-langkah yang dapat dilakukan demi kebaikan umat dan bangsa. Menurutnya, langkah baik yang telah diambil perlu dilipatgandakan melalui berbagai inisiatif, salah satunya dengan menerbitkan buku.
“Upaya menerbitkan buku ini harus menjadi kesadaran bersama untuk menjadikan literasi sebagai arus utama yang membawa umat dan bangsa Indonesia semakin mencintai kebaikan,” tandasnya.
Pada kesempatan ini, Direktur Utama Laznas BMH, Supendi, serta Direktur Program & Pemberdayaan BMH, Syamsuddin, turut memberikan sambutannya.
Mereka mengungkapkan rasa syukur dan kebanggaan atas terbitnya buku ini, yang mereka harapkan dapat menjadi inspirasi dan panduan bagi masyarakat dalam melaksanakan ibadah qurban dengan penuh kesadaran dan kepedulian sosial.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
Peluncuran buku ini berlangsung di Gedung Pusat Dakwah Hidayatullah, Otista, Polonia, Jakarta.
Tokoh Literasi Nasional, Maman Suherman dalam keterangannya, Kamis memberi apresiasi terhadap terbitnya buku ini. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa buku ini bukan sekadar bacaan biasa, melainkan sebuah wahana edukasi yang penting bagi masyarakat dalam memahami qurban sebagai sebuah ibadah dan bentuk kepedulian sosial.
Menurut Kang Maman, sapaan akrabnya, buku ini menghadirkan berbagai dimensi qurban yang sebelumnya tersebar dan kurang terdokumentasi dengan baik. “Diplomasi kebudayaan qurban pun dibahas di buku ini. Betapa banyak dimensi yang ada di qurban tapi kemudian terserak di mana-mana, seharusnya kita bukukan,” ujar Kang Maman.
Sebagai seorang yang tekun menggeluti dan menggerakan budaya literasi, Kang Maman mengungkapkan harapannya agar buku ini dapat memperluas wawasan masyarakat tentang qurban yang memiliki makna luas dan mendalam. Ia juga memuji kualitas penulisan buku yang dinilainya sangat memadai dan mampu mengemas informasi secara komprehensif.
“Ini hanya 116 halaman, tapi kita bisa dapat semua hal tentang qurban. Kalau dalam jurnalistik W5H1-nya dapat, so what-nya dapat, kemudian ada delapan fungsi jurnalismenya dapat,” kata Kang Maman.
Namun, dengan nada ringan, Kang Maman menambahkan bahwa ada satu aspek yang belum tercover dalam buku ini, yaitu qurban perasaan. “Bagaimana cinta bisa dikurbankan untuk orang tercinta, itu kan luar biasa,” ujarnya, menutup dengan senyum penuh arti.
Tantangan Literasi dan Akses Bacaan di Indonesia
Dalam kesempatan yang sama, Kang Maman juga menyoroti isu literasi di Indonesia, terutama terkait dengan akses terhadap bahan bacaan. Menurutnya, minat baca masyarakat Indonesia sebenarnya tinggi, namun sayangnya tidak diimbangi dengan jumlah buku yang dapat diakses dengan mudah.
"Saya lagi lagi adalah orang yang tidak percaya bahwa kita adalah bangsa yang tidak suka baca. Saya ingin mengatakan ini hanya persoalan akses dan persoalan ekosistem perbukuan. Mau nggak negara mendukung gerakan perbukuan supaya perbukuan kita tidak terjebak dan dijepit oleh dua mahluk yang luar biasa, pajak dan bajak," tegas Kang Maman.
Ia juga berbicara tentang tantangan yang dihadapi penulis dan penerbit dalam mempertahankan hak cipta karya mereka di tengah maraknya pembajakan.
“Buku saya yang 90.000 di toko buku, itu di media online ada yang jual 3.000 PDF-nya. Ini perang yang harus dilakukan bersama-sama,” tambahnya, menggarisbawahi pentingnya perlindungan hak cipta dan dukungan terhadap industri perbukuan.
Laznas BMH Tingkatkan Literasi Sosial
Sementara itu, Imam Nawawi, ketua tim penulis buku, menjelaskan bahwa peluncuran buku ini merupakan bagian dari upaya Laznas BMH untuk terus mengembangkan syiar kebaikan, khususnya terkait zakat dan qurban.
“Buku ini adalah pengingat bahwa di waktu kapanpun kita harus sadar bahwa ada dimensi yang sangat dekat diri kita dengan Allah, itulah qurban. Dengan adanya buku ini, diharapkan kebaikan itu perlu dipicu dan dipacu,” ujarnya.
Imam Nawawi juga menekankan pentingnya literasi sebagai bagian dari peradaban bangsa. Ia percaya bahwa bangsa yang baik adalah bangsa yang banyak menghasilkan pemikiran, salah satunya dalam bentuk buku.
“Buku ini bukan ensiklopedia tentang qurban, tapi sampling tentang bagaimana kebaikan qurban itu berlangsung, khususnya yang menjadi komitmen dan kiprah BMH,” jelasnya.
Sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan umat Islam, Imam Nawawi mengajak masyarakat untuk terus berpikir mengenai langkah-langkah yang dapat dilakukan demi kebaikan umat dan bangsa. Menurutnya, langkah baik yang telah diambil perlu dilipatgandakan melalui berbagai inisiatif, salah satunya dengan menerbitkan buku.
“Upaya menerbitkan buku ini harus menjadi kesadaran bersama untuk menjadikan literasi sebagai arus utama yang membawa umat dan bangsa Indonesia semakin mencintai kebaikan,” tandasnya.
Pada kesempatan ini, Direktur Utama Laznas BMH, Supendi, serta Direktur Program & Pemberdayaan BMH, Syamsuddin, turut memberikan sambutannya.
Mereka mengungkapkan rasa syukur dan kebanggaan atas terbitnya buku ini, yang mereka harapkan dapat menjadi inspirasi dan panduan bagi masyarakat dalam melaksanakan ibadah qurban dengan penuh kesadaran dan kepedulian sosial.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024