Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) berhasil mencapai zero terrorist attack atau nol serangan teroris pada tahun 2023 berkat terpadunya penerapan strategi kebijakan penanggulangan terorisme dan meningkatkan kemampuan aparat keamanan dalam penindakan.
"Kinerja baik tersebut (zero terrorist attack), selain karena meningkatnya kemampuan aparat keamanan dalam penindakan, juga terpadunya strategi kebijakan penanggulangan terorisme," ujar anggota Kelompok Ahli BNPT Bidang Kerja sama Internasional Darmansjah Djumala dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Mantan Duta Besar Indonesia untuk Austria dan PBB itu berpendapat bahwa terpadunya kebijakan penanggulangan terorisme yang dimulai dari hulu (preventive/pencegahan) hingga hilir (law enforcement/penegakan hukum) membuat penanganan isu terorisme di dalam negeri lebih efektif.
Baca juga: Pemkab Bogor terima penghargaan dari BNPT karena sukses cegah ekstrimisme
Baca juga: Khofifah Indar Parawansa terima Anugerah Pin Emas BNPT 2024
"Mengingat virus terorisme sekarang juga menjangkiti wanita dan anak-anak, pelibatan (engagement) berbagai stakeholders (pemangku kepentingan) dipercaya sebagai cara yang efektif untuk pencegahan meluasnya basis pelaku terorisme," kata dia.
Hal lain yang juga menuai sorotan Djumala adalah kerja sama internasional, baik pada tataran bilateral, regional, maupun global.
Djumala mengutip GTI atau Global Terrorism Index tahun 2024 yang menunjukkan peningkatan tren terorisme di tataran internasional, tepatnya di kawasan Timur Tengah, Afrika Utara, dan Asia Selatan selama tahun 2023.
Di India, kata dia, terdeteksi adanya tindak terorisme yang dilakukan oknum Islam radikal dari Bangladesh yang ditengarai mempunyai jaringan dengan pengungsi militan Rohingya.
Baca juga: BNPT resmikan Museum Nasional Penanggulangan Terorisme di Bogor
Di sisi lain, data Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) pada Mei 2024 mencatat di Indonesia terdapat 2.026 orang pengungsi Rohingya.
Sehubungan hal tersebut, Djumala menegaskan pentingnya bekerja sama dengan India di bidang pertukaran informasi jaringan terorisme.
"Khususnya yang terkait dengan Rohingya dan (kerja sama) capacity building dalam penindakan terorisme, diharapkan mampu meningkatkan kapasitas kedua negara dalam menanggulangi terorisme di kedua negara," kata Djumala.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
"Kinerja baik tersebut (zero terrorist attack), selain karena meningkatnya kemampuan aparat keamanan dalam penindakan, juga terpadunya strategi kebijakan penanggulangan terorisme," ujar anggota Kelompok Ahli BNPT Bidang Kerja sama Internasional Darmansjah Djumala dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Mantan Duta Besar Indonesia untuk Austria dan PBB itu berpendapat bahwa terpadunya kebijakan penanggulangan terorisme yang dimulai dari hulu (preventive/pencegahan) hingga hilir (law enforcement/penegakan hukum) membuat penanganan isu terorisme di dalam negeri lebih efektif.
Baca juga: Pemkab Bogor terima penghargaan dari BNPT karena sukses cegah ekstrimisme
Baca juga: Khofifah Indar Parawansa terima Anugerah Pin Emas BNPT 2024
"Mengingat virus terorisme sekarang juga menjangkiti wanita dan anak-anak, pelibatan (engagement) berbagai stakeholders (pemangku kepentingan) dipercaya sebagai cara yang efektif untuk pencegahan meluasnya basis pelaku terorisme," kata dia.
Hal lain yang juga menuai sorotan Djumala adalah kerja sama internasional, baik pada tataran bilateral, regional, maupun global.
Djumala mengutip GTI atau Global Terrorism Index tahun 2024 yang menunjukkan peningkatan tren terorisme di tataran internasional, tepatnya di kawasan Timur Tengah, Afrika Utara, dan Asia Selatan selama tahun 2023.
Di India, kata dia, terdeteksi adanya tindak terorisme yang dilakukan oknum Islam radikal dari Bangladesh yang ditengarai mempunyai jaringan dengan pengungsi militan Rohingya.
Baca juga: BNPT resmikan Museum Nasional Penanggulangan Terorisme di Bogor
Di sisi lain, data Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) pada Mei 2024 mencatat di Indonesia terdapat 2.026 orang pengungsi Rohingya.
Sehubungan hal tersebut, Djumala menegaskan pentingnya bekerja sama dengan India di bidang pertukaran informasi jaringan terorisme.
"Khususnya yang terkait dengan Rohingya dan (kerja sama) capacity building dalam penindakan terorisme, diharapkan mampu meningkatkan kapasitas kedua negara dalam menanggulangi terorisme di kedua negara," kata Djumala.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024