Bogor (Antara Megapolitan) - Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian meluncurkan reaksi cepat tanggap pengendalian Wereng Coklat di lapangan tahun 2017.

"Diprediksikan akan terjadi ledakan Wereng Coklat pada musim tanam kedua, jika tidak segera diantisipasi dapat mengancam ketersediaan beras nasional," kata Dr Hermanu Triwidodo dari Departemen Proteksi Tanaman, pada peluncuran Reaksi Cepat Tanggap Pengendalian Wereng Coklat, di Kampus IPB Dramaga, Selasa.

Ia mengatakan, petani mitra Klinik Tanaman dan LPPM IPB melaporkan serangan Wereng Coklat dan virus kerdil hampa pada padi dari berbagai daerah di Pulau Jawa, Lampung, Jambit, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan.

Menurutnya, survei lapangan seminggu terakhir dilakukan oleh petani mitra dan dosen Proteksi Tanaman Faperta IPB menunjukkan bahwa Wereng Coklat dan atau virus kerdil hampa sudah terjadi di berbagai daerah Pulau Jawa, baik Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Jawa Timur daerah yang terkena Wereng Coklat seperti Pasuruan, Nganjuk, Mojokerto, Madiun, Ngawi dan Bojonegoro. Jawa Tengah ada di Pati, Blora, Kudus, Semarang, Sragen, Karanganyar, Kebumen, Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga dan Cilacap.

"Di Jawa Barat terjadi di Indramayu, Subang dan Karawang," katanya.

Ia menyebutkan,serangan Wereng Coklat sudab menjadi ancaman bagi produksi padi nasional. Penanaman yang terus menerus dan penggunaan pestisida yang salah dengan frekuensi yang tinggi menjadi faktor pemicu ledakan hama tersebut.

"Perlu reaksi cepat menghadapi masalah wereng coklat yang sudah mengganas dibeberapa tempat," katanya.

Hermanu mengatakan, IPB melalui peluncuran reaksi cepat tanggap pengendalian wereng coklat berupaya memberikan kontribusi melalui pengelolaan wereng coklat, menyebarluaskan pengetahuan dan teknologi dan pengalaman dalam pengendalian hama tersebut.

Peluncuran reaksi cepat tanggap pengendalian wereng coklat ditandi dengan mengerahkan ratusan mahasiswa IPB ke lapangan untuk mendampingi petani di sejumlah wilayah di Indonesia.

Lalu menggelar forum diskusi grup yang menghadirkan sejumlah narasumber diantaranya, Prof Andi Trisyono dari Faperta UGM, dan Hermanu Triwidodo dari IPB.

Dalam forum diskusi tersebut, Wardono petani dari Klaten mengungkapkan, wereng merebak karena musuh alaminya sudah tidak ada lagi. Hilangnya musuh alami wereng akibat penggunaan pestisida yang salah dan berlebihan.

"Situasi ini karena petani kebanyakan belum paban, sehingga terjadi kerusakan alam. Solusinya, petani harus diberi pemahaman, sehingga tau apa yanb dilakukan," katanya.

Sementara itu, Saiku petani dari Nganjuk menyebutkan, petani sudah sering gagal panen akibat wereng coklat. Jika terus dibiarkan, petani akan terus merugi.

Deni Herdinsyah petani asal Subang, Jawa Barat yang juga alumni IPB melihat kegagal panen berdampak juga secara sosial. Karena petani jika sudah empat kali gagal panen, tapi masih menanam dan gagal lagi, banyak keluarga yang bercerai karena hasil pertanian tidak menguntungkan.

"Sudah dipastikan, kalau tiga kali sudah gagal panen, nanam lagi untuk keempat dan kelima kalinya. Tapi gagal lagi, banyak istri gugat cerai suaminya dan memilih jadi TKW," kata dia.

Deni mengharapkan, peran perguruan tinggi untuk turun ke lapangan membantu pentani agar bisa maju dan mengatasi masalah akibat hama maupun iklim.

Kegaitan peluncuran juga ditandai dengan pelatihan perbanyak agens pengendali hayati wereng coklat (Lecanicillium sp) sebagai Agens Hayati Wereng Coklat. Dan pelayanan klinik tanan tanggap darurat Wereng Coklat.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017