Bogor (Antara Megapolitan) - Guru Besar Tetap yang juga pakar Hortikultura Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Muhammad Syukur memprediksikan harga cabai akan mengalami kenaikan di akhir tahun apabila tidak segera ditangani.

"Sekarang petani sudah mulai beralih tidak mau menanam lagi, prediksi November nanti harga cabai kembali melonjak," kata Syukur kepada Antara di Bogor, Senin.

Menurut Syukur, kenaikan harga cabai dipicu oleh berkurangnya jumlah petani menanam. Laporan saat ini petani cabai di Aceh sudah berhenti menanam, demikian pula di Jawa Tengah.

Berhentinya petani menanam cabai dikarenakan harga komoditi tersebut terus turun ke level terendah. Sehingga banyak petani merasa dirugikan.

"Harga cabai di Aceh untuk tingkat petani sudah Rp2.000 per kg, apalagi di Jawa Tengah Rp7.000 per kg, sementara biaya produksi Rp15 ribu," kata dosen berprestasi tahun 2014 ini.

Petani beranggapan dari pada terus merugi karena harga tidak memberikan keuntungan, lebih baik tidak menanam sama sekali.

Jatuhnya harga dikarenakan kelebihan suplai, selain itu Gerakan Nasional Penanaman Cabai (Gertam) yang dilakukan Kementerian Pertanian ikut mempengaruhi over suplai di pasaran.

"Program pemerintah ini bisa dibilang sukses. Tetapi efeknya ke petani, mereka tidak diuntungkan kalau harga-harga terus merosot," katanya.

Menurut penemu cabai pelangi ini, pemerintah harus bisa menyerap cabai dari petani, sehingga harga tidak terus jatuh. Hilirisasi produk cabai juga menjadi solusi agar cabai-cabai petani tetap terserap, tidak terjadi kelebihan suplai di pasar, dan petani dapat menikmati keuntungan.

"Idealnya harga di petani itu Rp15 ribu per kg, jadi dipasaran bisa stabil Rp20 ribu sampai Rp30 ribu," katanya.

Sementara itu, harga cabai di wilayah Bogor berkisar antara Rp30 ribu sampai Rp33 ribu untuk jenis cabai keriting. Dan jenis cabai lainnya masih stabil.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017