Universitas Pancasila (UP) mendampingi warga di Desa Lembur Sawah, Kota Bogor, Jawa Barat dalam mengusung pelestarian budaya dan lingkungan pada saat acara Sidekah Bumi.

Dekan Fakultas Pariwisata UP Prof. Arissetyanto Nugroho di Jakarta, Senin, menyatakan bahwa Sidekah Bumi merupakan wujud nyata kearifan lokal warga yang diselenggarakan dengan kolaborasi pentahelix masyarakat, pemerintah, akademisi, industri dan media.

"Kami menerjunkan tim dosen dan mahasiswa dalam kegiatan karena Sidekah Bumi sangat sesuai dengan semangat pariwisata berkelanjutan dan menjadi ajang yang sangat baik bagi penerapan keilmuan khususnya dari Prodi Pengelolaan Event yang kami kelola," katanya.

Baca juga: Tradisi Sidekah Bumi di Mulyaharja Kota Bogor jadi daya tarik wisatawan

Sementara itu Ketua Panitia Sidekah Bumi dan Festival Jajanan Lembur Siti Nurfazriah menyampaikan rasa harunya atas sambutan antusias masyarakat.

"Kami hanya berupaya untuk menghidupkan kembali tradisi leluhur, namun sekarang kami juga berbangga bahwa melalui Sidekah Bumi ini kampung Lembur Sawah makin dikenal dan menjadi salah satu destinasi wisata budaya unggulan di Kota Bogor," katanya.

Sekretaris Daerah Kota Bogor Syarifah Sofiah menyatakan bahwa Sidekah Bumi sebagai tradisi syukuran masyarakat mengusung semangat pelestarian lingkungan dan karenanya sangat relevan menjawab isu "climate changes".

"Kalau kita menjaga bumi, maka bumi pun akan menjaga kita," ujarnya.

Baca juga: UP laksanakan PKM di Desa Karang Suraga Banten

Helaran Sidekah Bumi merupakan tradisi khas Sunda yang mengungkap rasa syukur masyarakat kepada Yang Maha Kuasa atas hasil panen yang didapat dalam setahun terakhir, dan secara khusus pada pelaksanaan 2024 mendapat pendampingan dari Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila.

Ratusan warga antusias mengikuti helaran Sidekah Bumi & Festival Jajanan Lembur di Desa Wisata Lembur Sawah, Mulyaharja, Bogor pada Minggu, 7 Juli 2024.

Sejak pagi, warga telah datang beriringan membawa dongdang yang berisi hasil bumi. Aneka bentuk dongdang dihias sesuai kreativitas tiap kelompok warga.

Diawali dengan pembagian bubur syuro bagi hadirin, kemudian acara dibuka dengan pementasan Ratong Hatong yang merupakan tarian khas masyarakat agraris Mulyaharja dan menyimbolkan prosesi panen dan syukuran oleh penari.

Baca juga: Rektor UP: Penerapan AI dalam pendidikan sangat penting

Selanjutnya, arak-arakan dongdang dari berbagai kelompok masyarakat dimulai sejauh kurang lebih 400 meter yang diikuti dengan doa ulama dan sesepuh. Antusiasme tinggi ditunjukkan warga saat berebut berbagai hasil bumi yang terdapat di dongdang dalam suasana penuh keceriaan.

Aneka penganan dan jajanan tradisional karya UMKM warga yang tampil dalam Festival Jajanan Lembur juga diserbu masyarakat. Uniknya, masyarakat menggunakan keping batok kelapa sebagai alat transaksi.

Masyarakat juga dihibur dengan pementasan aneka musik rajah Kang Madun, Tarawangsa, serta ditutup pagelaran Wayang Golek oleh Dalang Supandi Supriatna.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024