Purwakarta (Antara Megapolitan) - Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menginginkan agar Masjid Raya Cilodong yang dibangun di atas lahan bekas tempat prostitusi menjadi pusat dakwah Islam.

"Kami ingin agar nantinya masjid itu bisa menjadi pusat dakwah Islam, selain tentunya menyediakan tempat yang nyaman bagi umat Islam untuk beribadah" katanya, di Purwakarta, Minggu.

Atas dasar keinginan tersebut, orientasi pembangunan masjid tersebut ialah menciptakan suasana nyaman untuk beribadah.

Meski begitu, ia mengatakan kalau sebenarnya pembangunan masjid itu bertujuan untuk meningkatkan kehidupan religius sekaligus penataan kota di daerah tersebut.

Itu dilakukan karena kawasan yang termasuk ke dalam wilayah Desa Cikopo sebelumnya dikenal sebagai tempat prostitusi. Warung remang-remang yang berada di sepanjang sisi jalan raya Bungursari Purwakarta itu sebelumnya menyediakan pelayanan plus.

Dedi mengakui sejak tahun 1973 daerah itu dikenal sebagai daerah "esek-esek" atau "wisata maksiat".

Pemkab Purwakarta sendiri sudah mulai membangun kawasan masjid di atas lahan bekas tempat prostitusi tersebut. Kawasan itu akan dilengkapi taman dan air mancur, dengan total seluas 9 hektare.

Kepala Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Purwakarta Aep Durrohman, mengatakan, pembangunannya sudah memasuki tahap awal. Targetnya bisa diselesaikan tahun ini, pada November nanti.

Untuk prosesi peletakan batu pertama pembangunan mesjid telah dilakukan secara langsung oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kiai Ma`ruf Amin pada Jumat (12/5), dibarengi dengan kegiatan Istighotsah kubro menyambut bulan suci Ramadhan.

Lahan yang disediakan di Kampung Cilodong, Desa Cikopo, Kecamatan Bungursari, Purwakarta itu totalnya seluas 9 hektare. Lahan itu akan dibangun masjid dan taman.

Rencananya, masjid yang akan dibangun itu terdiri atas dua lantai, diperkirakan mampu menampung 2.200 jemaah. Taman di kawasan itu juga akan disertai dengan air mancur, termasuk menyediakan tempat parkir yang cukup luas.

Sesuai dengan desain pembangunan Masjid Raya Cilodong, diketahui mengusung kekhasan wilayah. Itu terlihat dari menara massjid yang mirip dengan tusuk sate maranggi, makanan khas Purwakarta.

Kawasan yang dibangun dengan anggaran senilai Rp38 miliar itu juga nantinya akan dilengkapi dengan fasilitas perpustakaan dan museum digital.

Pewarta: M. Ali Khumaini

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017