Bandarlampung (Antara Megapolitan) - Lembaga pengkajian daya saing The Asia Competitiveness Institute (ACI), National University of Singapore (NUS), menempatkan Provinsi Lampung di posisi ke-14 se-Indonesia dalam daya saing. Lembaga yang bernaung di bawah Lee Kuan Yew School of Public Policy (LKYSPP) itu, menaikkan Lampung dari posisi dari posisi 18 pada 2016.

"Peningkatan daya saing ini menempatkan Lampung di level tengah daya saing dan tertinggi ketiga di Sumatera setelah Kepulauan Riau dan Riau," kata Nirwansyah, perwakilan ACI saat memaparkan hasil pengkajian di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Santu Pintu Provinsi Lampung, di Bandarlampung, Selasa (16/5/2017).

Secara umum, ACI menilai daya saing Lampung sejak 2014 atau sejak era pemerintahan Gubernur/Wakil Gubernur Muhammad Ridho Ficardo-Bachtiar Basri, daya saing Lampung naik sebelas poin. Perinciannya, pada 2014 saat pemerintahan Ridho Ficardo-Bachtiar Basri, daya saing Lampung berada di posisi 25 atau level terbawah se-Indonesia.

Daya saing itu terus meningkat pada 2015 ke posisi 24, pada 2016 ke posisi 18, dan pada 2017 ke posisi 14. Dalam paparannya, ACI menyebutkan ada empat indikator yang dipakai yakni stabilitas ekonomi makro, kualitas hidup dan infrastruktur. Kemudian, kondisi fiskal, bisnis, dan tenaga kerja, serta pemerintah dan institusi publik. Selain itu, ACI juga menilai 12 subsektor dan 103 indikator.

Posisi 14 yang diraih Lampung berkat peningkatan pemerintahan dan institusi publik dari posisi ke-19 menjadi 11. Kemudian, kondisi finansial, bisnis, dan tenaga kerja dari posisi ke-16 menjadi 11. Stabilitas ekonomi makro dari posisi ke-22 naik menjadi 16, serta kualitas hidup dan pembangunan infrastruktir dari posisi 23 naik ke 20. Dengan demikian, secara rata-rata, Lampung berada di posisi 14 nasional.

ACI menilai kekuatan Lampung pada posisi kinerja pemerintah dan pelayanan publik. Sedangkan kelemahannya pada pendidikan dan infrastruktur. "Kami merekomendasikan perbaikan infrastruktur pelayanan kesehatan, ketersediaan air bersih, dan perbankan. Selain itu, peningkatan pendidikan, partisipasi sekolah menengah atas, dan ketersediaan tenaga pengajar," kata Nirwansyah.

Penilaian daya saing itu, menurut Nirwansyah, dihasilkan dari 75% data sekunder dan 25% data primer yang diperoleh dari Pemerintah Provinsi Lampung, akademisi Universitas Lampung, dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Lampung. "Kami mememotret daya saing 33 provinsi di Indonesia. Pemetaan ini penting untuk informasi awal bagi investor. Lampung berada pada level tempat berinvestasi baik di Indonesia," kata Nirwansyah.

Kenaikan daya saing itu, menurut ACI, merupakan potret makro ekonomi yang dapat dijadikan indikator tata kelola pemerintah, gairah berinvestasi, yang bermuara pada pertumbuhan ekonomi. "Kenaikan daya saing ini sekaligus menunjukkan upaya menekan disparitas pembangunan di Lampung," kata Nirwansyah.

Hasil Kerja Keras

Menanggapi kenaikan daya saing ini, Gubernur Ridho menyampaikan apresiasi kepada para kepala daerah dan masyarakat Lampung atas kerja keras dalam memajukan Lampung.

Prestasi tersebut, kata Gubenur, merupakan milik seluruh masyarakat Lampung. Untuk itu, Gubernur meminta untuk tidak cepat berpuas diri, karena tantangan pembangunan makin berat, terutama mencari sumber-sumber biaya pembangunan.

"Pemerintah Provinsi bersama kabupaten dan kota terus berupaya menaikkan daya saing Lampung ke posisi lima atau sepuluh besar nasional. Ini tentu butuh kerja keras semua pihak, agar posisi Lampung terus membaik," kata Ridho. (RLs/MHS/ANT/BPJ/MTh).

Pewarta: Humas-Protokol Pemprov Lampung

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017