Menjadi tua atau lanjut usia adalah bagian siklus hidup manusia yang hampir pasti dialami setiap orang. Menurut Kementerian Kesehatan, yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas.

Setiap tanggal 29 Mei diperingati sebagai Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) yang tahun ini merupakan HLUN ke-28. Menjadi seseorang yang sudah memasuki usia lanjut, tentu ingin selalu sehat agar tidak menjadi beban diri sendiri maupun keluarga.

Agar dapat menjadi lansia yang dapat berdaya guna bagi dirinya, keluarga dan masyarakat, seorang lansia harus menjadi sehat dan memiliki pola hidup yang baik dan berkualitas.

Dietisien dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dr. Fitri Hudayani SST, SGz, MKM mengatakan aspek penting dalam mencapai proses menua yang sukses atau successful aging dan menjadi lansia yang tetap aktif adalah dengan menerapkan pola hidup sehat, yang salah satunya melalui penerapan gizi seimbang.

Kepada ANTARA Fitri mengatakan proses menua secara alamiah akan berdampak pada berbagai fungsi fisiologis tubuh. Hal itu karena proses menua menyebabkan perubahan susunan tubuh, yakni menurunnya massa dan fungsi otot yang dikenal sebagai sarkopenia yang berdampak pada status kesehatan dan tingkat kemandirian.


Lansia melakukan kegiatan mandiri menyapu halaman (ANTARA/Fitra Ashari)

Lansia mungkin saja mengalami berbagai masalah kesehatan, sehingga akan ada perbedaan kebutuhan gizi dengan yang berusia lebih muda. Oleh karena itu, makanan yang dikonsumsi juga harus disesuaikan agar gizi lansia tetap terjaga demi tercapainya lansia berdaya dan berkualitas.

Kebutuhan gizi lansia berbeda dengan yang berusia lebih muda, sehingga makanan pun harus disesuaikan, Jika akan menjalankan diet atau mengatur makanan tertentu, sangat tergantung dari kondisi kesehatan lansia.

Lansia rata-rata memiliki penyakit penyerta, seperti diabetes melitus, hipertensi atau asam urat. agi yang memiliki sakit, seperti diabetes melitus, lansia harus ikut penerapan diet diabetes melitus untuk mencapai kesehatan yang diinginkan di usia tua.

Prinsip diet diabetes melitus adalah mengurangi dan mengatur konsumsi karbohidrat, sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula darah.

Sementara pada lansia yang mengalami hipertensi, maka harus menerapkan pola makan dengan membatasi garam, seperti ikan asin dan telur asin, makanan berpengawet, serta yang tinggi lemak.

Untuk penderita asam urat, disarankan untuk membatasi atau bahkan menghindari makanan dengan sumber purin, seperti jeroan, air kaldu, lemak dari hewan, misalnya tetelan dan kacang-kacangan dalam jumlah terbatas.

Namun yang terpenting, semua lansia harus mau menjaga pola makannya dengan membatasi konsumsi gula, garam dan lemak dengan aturan yang disarankan oleh Kemenkes, yakni 50 gram (4 sendok makan) gula, 2000 miligram natrium/sodium atau 5 gram garam (1 sendok teh), dan untuk lemak hanya 67 gram (5 sendok makan minyak).

Karena menjaga pola makan lansia sangat berdampak pada permasalahan gizinya. Hal itu karena lansia sangat rentan mengalami defisiensi atau kekurangan gizi, maka sebisa mungkin lansia tidak asal ikut-ikutan mengikuti diet yang sedang tren tanpa mengetahui kondisi tubuhnya dan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Mengonsumsi lebih banyak sayur dan buah menjadi cara yang mudah untuk mendapatkan tubuh sehat.

Aktif berolahraga

Meskipun usia sudah bertambah tua bukan berarti menjadi malas untuk berolahraga atau aktif secara fisik. Berkaca pada negara adidaya Amerika, masih banyak lansia yang mengikuti olahraga di bawah organisasi nirlaba yang mendorong kaum dewasa aktif menjalani gaya hidup sehat.

Di Indonesia ada beberapa pegiat olahraga yang sudah lanjut usia, namun masih aktif bergelut di bidang yang memerlukan kekuatan fisik, salah satunya yang sempat mendapat penghargaan dari Kementerian Sosial sebagai lansia berprestasi adalah atlet tinju profesional Indonesia Ellyas Pical.

Lansia yang memiliki kualitas hidup baik memang harus rajin bergerak. Hal ini sangat dianjurkan agar dapat mempertahankan kekuatan otot, sehingga lansia tidak menjadi lemas.

Porsi olahraga pada lansia tentu berbeda dengan usia muda. Menjaga kekuatan otot bagi lansia bisa dilakukan dengan kegiatan yang menyenangkan dan juga bisa menjadi relaksasi mengisi masa tua.

Melakukan aktivitas fisik ringan, seperti jalan kaki, bersepeda, berkebun dan melakukan olahraga ringan lainnya dapat membantu kelenturan otot dan relaksasi otot. Selain untuk otot, aktivitas fisik juga dapat membantu merangsang kerja organ usus, sehingga dapat membantu kelancaran pencernaan.

Meskipun banyak lansia yang masih dapat melakukan pekerjaan fisik secara mandiri, kehadiran caregiver atau pengasuh juga penting untuk menjaga aktivitas lansia dari hal-hal yang tidak diinginkan. Lansia juga dianjurkan untuk banyak berisitirahat, di sini pengasuh berperan untuk mengingatkan lansia untuk teratur dalam pola tidurnya agar tetap bugar menjalani aktivitas.

Pengasuh, baik dari keluarga maupun pihak luar, memiliki peran yang dapat membantu lansia terdampingi dan terperhatikan asupan makanan yang sesuai dengan anjuran gizi seimbang. Pengasuh juga perlu secara berkala mengingatkan lansia atau membantu lansia melakukan pengecekan kesehatan untuk memantau perkembangan kesehatannya serta aktif untuk mengajak lansia berkonsultasi ke dokter terkait kesehatannya.

 

Posyandu lansia

Menjaga kesehatan lansia tentunya tidak hanya bisa dipantau dari makanan saja, namun juga harus rutin memeriksakan dirinya untuk kesejahteraan secara keseluruhan.

Untuk mempermudah lansia memantau kesehatannya adalah dengan mendatangi fasilitas layanan kesehatan yang terdekat.

Karena keterbatasan waktu dan rasa malas yang masih dimiliki sebagian lansia membuat mereka masih enggan untuk memeriksakan kesehatannya.

Maka dari itu diperlukan peran serta masyarakat dan komunitas wilayah setempat yang turut perhatian untuk meningkatkan kualitas hidup lansia, salah satunya adanya pos pelayanan terpadu (posyandu) khusus lansia atau juga dikenal sebagai pos binaan terpadu (posbindu).

Kehadiran posbindu dengan sasaran lansia tentunya sangat membantu masyarakat berusia di atas 60 tahun untuk rajin memantau perkembangan kesehatannya untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

Tidak hanya memeriksa kondisi kesehatannya, posbindu lansia juga diharapkan bisa membantu lansia memantau kondisi gizinya. Misalnya lansia dapat mengetahui adanya gejala kekurangan atau kelebihan gizi dengan menimbang berat badan, riwayat penurunan berat badan dan adanya masalah makan, misalnya kehilangan nafsu makan.

Posbindu juga dapat secara berkala melakukan pendidikan kesehatan dan gizi pada lansia maupun pengasuhnya, sehingga lansia dapat selalu terjaga dan tercapai kondisi kesehatan dan gizi optimalnya.

Hal itu juga yang diberikan Posbindu Lansia Krismaya Senja RW 07 tepatnya di Jl. Ismaya yang ada di kawasan Cinere, Depok, Jawa Barat. Posbindu ini diinisiasi oleh Kelurahan Cinere, yang dijalankan RW 07 setiap bulannya.

Posbindu RW 07 ini dilakukan rutin sebulan sekali pada hari Selasa pekan keempat. Selain posbindu yang menyasar pada lansia, RW 07 juga rutin menggelar posyandu untuk bayi dan balita setiap tanggal 20 setiap bulan dan posyandu untuk remaja pada Sabtu pekan kedua setiap bulan.

Sekretaris Posbindu Krismaya Senja RW 07 Juwita atau Ibu Ita mengatakan posbindu yang diadakan biasanya berbarengan dengan pengajian ibu-ibu setempat. Hal itu lebih mempermudah petugas karena para lansia bisa berkumpul di satu tempat.

Rata-rata yang datang memeriksakan kesehatan tidak hanya lansia berusia 60 tahun ke atas, namun juga wanita mulai usia 30 tahun boleh ikut memeriksakan kesehatannya.

Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan dasar, seperti timbang berat badan, cek tekanan darah, gula darah, kolesterol dan asam urat.

Setiap pengunjung yang datang dicatat oleh sebagai catatan bulanan. Dari catatan tersebut akan dipantau kesehatan para lansia dan memastikan baik kadar gula darah, tekanan darah, kolesterol dan asam urat tetap terjaga.

Kegiatan posbindu ini rata-rata dihadiri oleh lansia wanita, namun bukan berarti lansia pria tidak mau ikut untuk memeriksakan kesehatannya. Alasannya lansia pria merasa malu untuk ikut bergabung dengan ibu-ibu, namun para petugas kesehatan juga aktif mendatangi rumah-rumah lansia untuk memeriksakan kesehatan secara langsung.

Selama pemeriksaan, Juwita dan petugas lainnya juga kerap memberikan edukasi berdasarkan seberapa tinggi kadar tes kesehatan yang sudah dilakukan, seperti mengharuskan menjaga pola makan.

Bila lansia mengalami gula darah yang tinggi, para kader memberikan wejangan untuk tidak terlalu sering mengonsumsi minuman manis, atau jika kolesterol tinggi, diimbau untuk tidak mengonsumsi banyak makanan yang berminyak, seperti gorengan. Mereka juga memberikan tip makanan sehat agar kolesterol atau tekanan darah para lansia bisa terjaga.

Selain petugas dari RW, setiap bulan tenaga kesehatan dari puskesmas setempat juga datang untuk memberikan penyuluhan kesehatan dan melayani konsultasi.

Meskipun sudah diperiksa, masih ada para lansia yang tidak mau memperhatikan kesehatannya, seperti tidak ingin berobat, meskipun sudah tahu kolesterol tinggi, atau tidak ingin berobat karena tidak mau mengantri di puskesmas.

Hal itu juga diakui Ketua Posyandu RW 07 Eni Puspita. Dengan adanya posbindu di sekitar rumah warga, meningkatkan antusias warga RW 07 untuk memeriksakan kesehatannya.

Rata-rata lansia yang datang memiliki penyakit penyerta, seperti darah tinggi, kesulitan berjalan karena pengaruh usia dan pengapuran, dan gula darah karena pengaruh makanan dan kurangnya olahraga. Dengan pemeriksaan langsung, mereka tergerak untuk menjaga kesehatannya demi umur panjang.

Fasilitas yang diberikan pemerintah juga cukup memadai untuk memantau kesehatan lansia, seperti alat tensi dan alat ukur gula darah, asam urat dan kolesterol yang tiap bulan disediakan puskesmas.

Hal itu juga yang dirasakan Ibu Samah yang berusia 70 tahun. Ia mengaku senang kegiatan posbindu ada setiap bulan, terlebih karena dekat dengan rumahnya. Dari sini ia bisa memantau kesehatannya dan diberikan edukasi terkait kondisinya.

Untuk menjadi lansia yang berkualitas juga perlu dipupuk sejak muda, dengan mengonsumsi makanan bergizi dan memperhatikan kesehatan. Olahraga juga diperlukan untuk mendapatkan tulang dan otot yang sehat agar bisa tetap aktif.

Menjadi lansia bukan sekadar bertambahnya usia, namun bagaimana menjadi lansia yang berdaya dan sejahtera di kondisi yang sudah sepuh. Selamat Hari Lansia Nasional 2024.


 

Pewarta: Fitra Ashari

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024