Seorang warga di sebuah perumahan merasa tenang. Tepat di depan rumahya terdapat sebuah hidran yang dipasang di pinggir jalan. Ia beranggapan, seandainya terjadi kebakaran di sekitar rumahnya, ia bisa segera membuka hidran tersebut. Lalu dengan segera bisa digunakan untuk memadamkan api. Itulah yang membuatnya merasa tenang.
Ternyata anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Hidran fungsinya tidak berbeda jauh dengan sebuah keran air.
Hidran hanyalah salah satu sumber air yang terhubung dengan jaringan distribusi Perusahaan Daerah Air Minum. Air yang keluar dari hidran masih memerlukan pompa khusus agar bisa menyemprotkan air dengan tekanan tinggi.
Apalagi hidran di beberapa wilayah tertentu sudah tidak memiliki tekanan tinggi. Hal itu terjadi karena air PAM pada jaringan tempat hidran tersebut berada, sudah dipakai oleh banyak warga sekitar.
Oleh karena itu setiap terjadi kebakaran, Damkar Kota Bogor selalu meminta bantuan PDAM Tirta Pakuan untuk menambah suplai air ke jaringan terdekat dengan lokasi kejadian.
Dalam keadaan darurat, hidran memang selalu dipergunakan oleh unit truk pemadam kebakaran untuk memperoleh pasokan air dalam perjuangan mereka memadamkan kobaran api.
Jadi untuk memadamkan sebuah kebakaran, jelas tidak cukup hanya dengan mengandalkan hidran. Tetap diperlukan unit pemadam kebakaran yang akan bisa menyemprotkan air dengan sangat kuat ke dalam kobaran api.
Pemahaman tentang fungsi hidran, merupakan salah satu hal yang lazim disalah-persepsikan oleh kebanyakan warga masyarakat dalam memahami upaya memadamkan kebakaran.
Menurut Marse Hendra Saputra, S.Stp Kepala Bidang Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Satuan Polisi Pamongpraja Kota Bogor, masih banyak pemahaman masyarakat lainnya yang kurang tepat terhadap upaya memadamkan kebakaran.
Misalnya soal kecepatan dalam merespon laporan tentang kebakaran. Masyarakat pada umumnya selalu berharap tim pemadam kebakaran bisa cepat tiba di lokasi kebakaran beberapa saat setelah mereka melaporkan .
“Memang response time idealnya ada di kisaran 12 sampai dengan 15 menit,†ungkap Marse yang menilai sangat wajar apabila masyarakat berharap laporannya bisa direspon sangat cepat.
Sayangnya respon secepat itu terkadang sulit dicapai karena hambatan kondisi di lapangan. Jarak tempuh antara Pos Pemadam Kebakaran dengan lokasi peristiwa yang relatif jauh misalnya, bisa menjadi hambatan.
Apalagi kondisi lalu lintas yang padat makin sering terjadi di Kota Bogor. Belum lagi jalan menuju lokasi yang sulit diakses karena pemukiman tumbuh semakin padat.
Dengan kondisi Kota Bogor sekarang yang lebih dipadati pemukiman di berbagai sudut wilayahnya maka risiko terjadinya kebakaran menjadi semakin tinggi.
Saat ini tercatat rata-rata 7 sampai 8 kali kebakaran terjadi setiap bulan di dalam wilayah Kota Bogor. Jumlah itu belum memperhitungkan kebakaran yang terjadi di wilayah Kabupaten Bogor atau Depok yang juga kerap menjadi tugas Damkar Kota Bogor untuk membantu mengatasinya.
Menyadari tentang perlunya terus diupayakan peningkatan kualitas pelayanan, telah disusun usulan untuk menambah 2 Pos Damkar. Masing-masing untuk melayani wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Tengah dan Kecamatan Tanah Sareal.
“Sebaiknya di masing-masing kecamatan dibangun Pos Damkar, tetapi untuk beberapa waktu ke depan penambahan cukup dengan 2 pos baru,†jelas Marse.
Penambahan pos baru memang bukan perkara sederhana. Sebab hal itu berarti pula harus diikuti dengan penambahan unit mobil pemadam dan petugas pemadam kebakaran.
Kebutuhan ini dinilai sudah perlu dipenuhi, mengingat Kota Bogor terus berkembang menjadi kota besar.
Menurut Marse, untuk 1 pos baru diperlukan tambahan 2 unit mobil damkar dan 1 unit mobil water supply serta 12 petugas.
Saat ini Damkar Kota Bogor baru memiliki 3 Pos Damkar, masing-masing di Yasmin, Sukasari dan Cibuluh.
Semuanya didukung dengan 56 petugas dan 7 unit mobil pemadam yang bisa operasional serta 1 unit mobil yang dilengkapi tangga untuk mengatasi kebakaran gedung bertingkat. Sedangkan 12 unit damkar lainnya sudah tidak laik jalan.
“Kami belum memiliki mobil water supply berkapasitas antara 6.000 sampai 8.000 liter yang diperlukan untuk mengatasi kesulitan pengadaan air di lokasi kejadian,†katanya.
Juga dibutuhkan unit pemadam berukuran lebih kecil agar bisa menerobos masuk ke jalan-jalan lingkungan perumahan yang lebih sempit. Selain itu, saat ini belum tersedia unit pemadam non air untuk mengatasi kebakaran dengan penyebab khusus seperti limpahan minyak bahan bakar.
Damkar Kota Bogor juga membutuhkan dukungan peningkatan status keorganisasiannya.
Saat ini Damkar Kota Bogor hanya menjadi salah satu bidang dalam Satpol PP Kota Bogor. Padahal di beberapa wilayah terdekat, organisasi damkar sudah dalam status sebagai Dinas Pemadam Kebakaran.
Perubahan status ini tentu akan berpengaruh pada pelayanan yang bisa dilakukan untuk memberikan rasa aman dan nyaman warga dari bahaya kebakaran.
Dalam rangka meningkatkan kesiap-siagaan, kedepan Damkar Kota Bogor berencana akan mengembangkan konsep Sistem Keselamatan Kebakaran Lingkungan (SKKL).
Konsep ini bertujuan untuk menyiapkan beberapa perangkat pendukung pemadam kebakaran, khususnya untuk di pemukiman-pemukiman padat penduduk yang jalannya sulit diakses mobil pemadam kebakaran.
Dalam konsep SKKL akan dipasang jaringan pipa kering, khususnya di lingkungan pemukiman padat. Pipa tersebut diperlukan untuk membantu mengalirkan air sampai ke lokasi terdekat dengan sumber api.
Alat lain yang diperlukan adalah pompa air portable, selang dan nozle yang bisa disimpan di masing-masing wilayah.
Pompa air portable bahkan diperlukan di pemukiman yang dilalui sungai untuk memudahkan suplai air ke mobil pemadam kebakaran.
Dengan konsep SKKL tersebut, diharapkan penanggulangan kebakaran bisa dilakukan lebih cepat, sehingga besarnya kerugian yang ditimbulkan bisa dikurangi.
(Advertorial)
Bila Terjadi Kebakaran di Lingkungan Anda, Segera Hubungi :
Pos Damkar Yasmin 62 851 - 0498 - 2100 - Mako Damkar Sukasari 0251 - 8322100 - Pos Damkar Cibuluh 0811 9565 100 - Nomor Telepon Panggilan Darurat Kota Bogor 112
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Ternyata anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Hidran fungsinya tidak berbeda jauh dengan sebuah keran air.
Hidran hanyalah salah satu sumber air yang terhubung dengan jaringan distribusi Perusahaan Daerah Air Minum. Air yang keluar dari hidran masih memerlukan pompa khusus agar bisa menyemprotkan air dengan tekanan tinggi.
Apalagi hidran di beberapa wilayah tertentu sudah tidak memiliki tekanan tinggi. Hal itu terjadi karena air PAM pada jaringan tempat hidran tersebut berada, sudah dipakai oleh banyak warga sekitar.
Oleh karena itu setiap terjadi kebakaran, Damkar Kota Bogor selalu meminta bantuan PDAM Tirta Pakuan untuk menambah suplai air ke jaringan terdekat dengan lokasi kejadian.
Dalam keadaan darurat, hidran memang selalu dipergunakan oleh unit truk pemadam kebakaran untuk memperoleh pasokan air dalam perjuangan mereka memadamkan kobaran api.
Jadi untuk memadamkan sebuah kebakaran, jelas tidak cukup hanya dengan mengandalkan hidran. Tetap diperlukan unit pemadam kebakaran yang akan bisa menyemprotkan air dengan sangat kuat ke dalam kobaran api.
Pemahaman tentang fungsi hidran, merupakan salah satu hal yang lazim disalah-persepsikan oleh kebanyakan warga masyarakat dalam memahami upaya memadamkan kebakaran.
Menurut Marse Hendra Saputra, S.Stp Kepala Bidang Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Satuan Polisi Pamongpraja Kota Bogor, masih banyak pemahaman masyarakat lainnya yang kurang tepat terhadap upaya memadamkan kebakaran.
Misalnya soal kecepatan dalam merespon laporan tentang kebakaran. Masyarakat pada umumnya selalu berharap tim pemadam kebakaran bisa cepat tiba di lokasi kebakaran beberapa saat setelah mereka melaporkan .
“Memang response time idealnya ada di kisaran 12 sampai dengan 15 menit,†ungkap Marse yang menilai sangat wajar apabila masyarakat berharap laporannya bisa direspon sangat cepat.
Sayangnya respon secepat itu terkadang sulit dicapai karena hambatan kondisi di lapangan. Jarak tempuh antara Pos Pemadam Kebakaran dengan lokasi peristiwa yang relatif jauh misalnya, bisa menjadi hambatan.
Apalagi kondisi lalu lintas yang padat makin sering terjadi di Kota Bogor. Belum lagi jalan menuju lokasi yang sulit diakses karena pemukiman tumbuh semakin padat.
Dengan kondisi Kota Bogor sekarang yang lebih dipadati pemukiman di berbagai sudut wilayahnya maka risiko terjadinya kebakaran menjadi semakin tinggi.
Saat ini tercatat rata-rata 7 sampai 8 kali kebakaran terjadi setiap bulan di dalam wilayah Kota Bogor. Jumlah itu belum memperhitungkan kebakaran yang terjadi di wilayah Kabupaten Bogor atau Depok yang juga kerap menjadi tugas Damkar Kota Bogor untuk membantu mengatasinya.
Menyadari tentang perlunya terus diupayakan peningkatan kualitas pelayanan, telah disusun usulan untuk menambah 2 Pos Damkar. Masing-masing untuk melayani wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Tengah dan Kecamatan Tanah Sareal.
“Sebaiknya di masing-masing kecamatan dibangun Pos Damkar, tetapi untuk beberapa waktu ke depan penambahan cukup dengan 2 pos baru,†jelas Marse.
Penambahan pos baru memang bukan perkara sederhana. Sebab hal itu berarti pula harus diikuti dengan penambahan unit mobil pemadam dan petugas pemadam kebakaran.
Kebutuhan ini dinilai sudah perlu dipenuhi, mengingat Kota Bogor terus berkembang menjadi kota besar.
Menurut Marse, untuk 1 pos baru diperlukan tambahan 2 unit mobil damkar dan 1 unit mobil water supply serta 12 petugas.
Saat ini Damkar Kota Bogor baru memiliki 3 Pos Damkar, masing-masing di Yasmin, Sukasari dan Cibuluh.
Semuanya didukung dengan 56 petugas dan 7 unit mobil pemadam yang bisa operasional serta 1 unit mobil yang dilengkapi tangga untuk mengatasi kebakaran gedung bertingkat. Sedangkan 12 unit damkar lainnya sudah tidak laik jalan.
“Kami belum memiliki mobil water supply berkapasitas antara 6.000 sampai 8.000 liter yang diperlukan untuk mengatasi kesulitan pengadaan air di lokasi kejadian,†katanya.
Juga dibutuhkan unit pemadam berukuran lebih kecil agar bisa menerobos masuk ke jalan-jalan lingkungan perumahan yang lebih sempit. Selain itu, saat ini belum tersedia unit pemadam non air untuk mengatasi kebakaran dengan penyebab khusus seperti limpahan minyak bahan bakar.
Damkar Kota Bogor juga membutuhkan dukungan peningkatan status keorganisasiannya.
Saat ini Damkar Kota Bogor hanya menjadi salah satu bidang dalam Satpol PP Kota Bogor. Padahal di beberapa wilayah terdekat, organisasi damkar sudah dalam status sebagai Dinas Pemadam Kebakaran.
Perubahan status ini tentu akan berpengaruh pada pelayanan yang bisa dilakukan untuk memberikan rasa aman dan nyaman warga dari bahaya kebakaran.
Dalam rangka meningkatkan kesiap-siagaan, kedepan Damkar Kota Bogor berencana akan mengembangkan konsep Sistem Keselamatan Kebakaran Lingkungan (SKKL).
Konsep ini bertujuan untuk menyiapkan beberapa perangkat pendukung pemadam kebakaran, khususnya untuk di pemukiman-pemukiman padat penduduk yang jalannya sulit diakses mobil pemadam kebakaran.
Dalam konsep SKKL akan dipasang jaringan pipa kering, khususnya di lingkungan pemukiman padat. Pipa tersebut diperlukan untuk membantu mengalirkan air sampai ke lokasi terdekat dengan sumber api.
Alat lain yang diperlukan adalah pompa air portable, selang dan nozle yang bisa disimpan di masing-masing wilayah.
Pompa air portable bahkan diperlukan di pemukiman yang dilalui sungai untuk memudahkan suplai air ke mobil pemadam kebakaran.
Dengan konsep SKKL tersebut, diharapkan penanggulangan kebakaran bisa dilakukan lebih cepat, sehingga besarnya kerugian yang ditimbulkan bisa dikurangi.
(Advertorial)
Bila Terjadi Kebakaran di Lingkungan Anda, Segera Hubungi :
Pos Damkar Yasmin 62 851 - 0498 - 2100 - Mako Damkar Sukasari 0251 - 8322100 - Pos Damkar Cibuluh 0811 9565 100 - Nomor Telepon Panggilan Darurat Kota Bogor 112
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017