Bogor, (Antara Megapolitan) - Sebuah komunitas budaya Sunda pemegang "ageman" atau kujang pusaka Pajajaran, yakni Baraya Kujang Pajajaran memrakarsai upacara adat berupa "Napak Tilas Prabu Siliwangi" yang akan dilaksanakan pada 7 Mei 2017.
"Gagasan itu adalah ejawantah kerinduan orang Sunda akan sosok sang prabu," kata Ahmad Fahir, M.Si, Ketua Panitia Sarasehan "Napak Tilas Eyang Prabu Siliwangi", saat memberi pengantar sambutan pada sarasehan yang dipusatkan di aula Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (22/4).
Sebagai rangkaian menjelang puncak napak tilas, diadakan sebuah sarasehan yang mengusung tema "Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dalam Tinjauan Sejarah", yang dihadiri 150 orang budayawan Sunda dari berbagai daerah.
"Sarasehan ini diselenggarakan sebagai basis ilmiah untuk menyelenggarakan napak tilas Prabu Siliwangi. Kita mendudukkan dan mengkaji Prabu Siliwangi dari tinjauan sejarah," tambah Ahmad Fahir, yang juga salah satu pendiri Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama Institut Pertanian Bogor (KMNU-IPB) itu.
Kegiatan sarasehan napak tilas Prabu Siliwangi tersebut menghadirkan sejumlah tokoh sebagai narasumber, yakni Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor Shahlan Rasyidi, dan Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kota Bogor yang juga Wakil Wali Kota Bogor, Usmar Hariman.
Nara sumber lainnya, yakni sesepuh Baraya Kujang Pajajaran, Abah Wahyu Affandi Suradinata, dosen Universitas Bina Nusantara, Syarif Bastaman, budayawan Bogor Eman Sulaeman, tokoh Bogor Helmi Sutikno, dan sesepuh Giri Tresna Wangi (GTW) Sukabumi, Ki Kalong.
Sarasehan napak tilas Prabu Siliwangi itu dipandu oleh Ketua Baraya Kujang Pajajaran, Bambang Somantri.
Napak tilas Prabu Siliwangi sendiri nantinya dilaksanakan berupa "long march" dari eks lokasi Keraton Pakuan Pajajaran di Batutulis hingga eks Situs Bukit Badigul di Kelurahan Rancamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.
Kepala Disparbud Kota Bogor, H Shahlan Rasyidi mengatakan, pihaknya mengapresiasi kegiatan yang digagas oleh Baraya Kujang Pajajaran.
"Bogor adalah situs yang bersejarah bagi perjalanan hidup Prabu Siliwangi, karena beliau bertahta di Bogor pada 1482 hingga 1521 M. Momen penobatan beliau sebagai raja Pakuan Pajajaran adalah tonggak hari jadi Bogor yang selalu kita peringati setiap tanggal 3 Juni," katanya.
Shahlan mengakui kalau pemerintahan belum memerhatikan secara maksimal tentang permasalahan peninggalan peninggalan bersejarah di wilayah Bogor, termasuk di Kota Bogor.
Akibatnya, cukup banyak peninggalan bersejarah yang rusak atau hancur apalagi yang terletak di tanah milik pribadi.
"Khusus untuk situs Batu Tulis, kita punya rencana melakukan revitalisasi agar bisa tertata rapi dan terlihat dari luar agar tidak di salahgunakan lagi oleh orang orang yang tidak mengerti," katanya menegaskan.

Perlu didaftarkan

Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kota Bogor, Usmar Hariman mengatakan banyak situs�situs di kota dan kabupaten Bogor yang perlu didaftarkan melalui Disbudpar masing-masing.
"Hal ini sebagai cara menyambungkan sejarah. Inventarisasi perlu segera dilakukan hingga nanti dilakukan penelitian-penelitian ilmiah" katanya.
Bogor menurut Usmar mempunyai sejarah yang gemilang. Untuk itu, kearifan lokal harus menjadi tumpuan utama pembangunan.
"Kita mengharapkan dengan adanya sarasehan ini akan muncul catatan catatan penting yang berguna bagi generasi muda yang akan datang" katanya.
Sesepuh BKP, Abah Wahyu Affandi Suradinata mengatakan, Bogor memiliki peran sangat penting pada masa silam sebagai Ibu Kota kemaharajaan Sunda.
Begitu pula deangan sosok Prabu Siliwangi, yang sangat identik dengan Kota dan Kabupaten Bogor.
Kegiatan napak tilas, menurut dia, adalah ikhtiar untuk menggali kembali nilai-nilai adiluhung yang diwariskan Prabu Siliwangi untuk diaplikasikan dalam konteks kekinian.
Budayawan Eman Suleman menambahkan, dari litetatur yang dipelajari dan ditelusuri, Prabu Siliwangi yang wafat pada akhir Desember 1521, dipusarakan di Pasir Badigul, Rancamaya.
"Napak tilas Prabu Siliwangi tepat dilaksanakan dari Batutulis ke Badigul, karena dua situs ini adalah kunci utama eksistensi Kerajaan Pakuan Pajajaran pada masa silam," katanya.

Penghormatan

Abah Wahyu Affandi Suradinata menambahkan bahwa kegiatan napak tilas Prabu Siliwangi yang digagas tersebut sebagai upaya menghormati kelahiran sang prabu, yang jatuh pada 7 Mei 1447.
Prabu Siliwangi kecil, lanjut Abah Wahyu, bernama Raden Pamanah Rasa.
Lahir di keraton Sunda Galuh di daerah Kawali - sekarang Kabupaten Ciamis, Jawa Barat - ia adalah putra Prabu Dewa Niskala, cucu Prabu Niskala Wastu Kancana, dan cicit Prabu Lingga Buana alias Prabu Wangi yang gugur di medan bubat.
Saat didaulat sebagai maharaja Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran pada 3 Juni 1.482, sang prabu memindahkan pusat pemerintahan dari Kawali ke Bogor.
Karena itu, tanggal 3 Juni 1.482 sekaligus menjadi tonggak sejarah Hari Jadi Bogor (HJB) yang selalu diperingati hingga sekarang.
"Prabu Siliwangi bertahta sebagai Raja Pajajaran mulai 1.482 hingga 1521, sekitar 39 tahun. Di bawah kepemimpinannya Pajajaran mengalami puncak keemasan, yang membuat namanya melegenda ke seantero dunia hingga sekarang," kata Wahyu.
Dalam naskah-naskah sejarah Sunda kuno disebutkan bahwa Prabu Siliwangi wafat di Bogor dan dipusarakan di Pasir (bukit) Badigul, yang sekarang masuk dalam areal properti Rancamaya Golf & Country Estate, Kelurahan Rancamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.

Pewarta: Andi Jauhari

Editor : Andi Firdaus


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017