Purwakarta (Antara Megapolitan) - Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mendadak mendapatkan tugas baru sebagai penceramah pada cara peringatan Isra Mi`raj di Masjid Agung Ciwidey, Kabupaten Bandung Jawa Barat, Selasa.
Dedi hadir dalam acara tersebut atas undangan tokoh masyarakat dan pengurus mesjid setempat. Ia hadir dengan mengenakan kemeja putih lengkap dengan peci hitam.
Dihadapan jamaah yang jumlahnya mencapai ribuan, bupati membahas tentang ibu. Pada kesempatan itu, ia juga menceritakan pengalaman hidup ibunya dalam mendidik dan membesarkan dirinya.
"Tanpa gelar sarjana, tanpa kuliah, tanpa bersekolah, ibu saya mendidik saya dan delapan saudara saya yang lain hingga semuanya meraih gelar sarjana. Itulah sejatinya kecerdasan seorang Ibu," kata dia dalam siaran pers yang diterima di Purwakarta.
Ia menyatakan, dalam kehidupan seringkali kebodohan terjustifikasi kepada orang yang tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi. Padahal orang yang tanpa pendidikan tetapi mampu mendidik anak-anak dengan baik adalah orang cerdas yang sebenarnya.
"Orang tua dulu, punya anak sikapnya sopan-sopan. Artinya mereka berhasil mengajarkan tatakrama kepada anak-anaknya. Ibu kita dulu pakai rasa, pakai hati dalam merawat anaknya sehingga dekat dengan Allah. Lihat bagaimana anak-anak kita sekarang? Masya Allah," katanya.
Disela penyampaian materi ceramahnya, suasana haru dialami sejumlah jamaah hadir. Di antaranya dialami Nenah (47), yang terlihat tak mampu menahan tangis mendengarkan ceramah tersebut.
Saat dimintai keterangan usai acara, Nenah mengatakan kalau ceramah Bupati Purwakarta tersebut membuatnya teringat pada almarhumah ibunya yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.
"Tidak kuat menahan air mata, saya jadi ingat ibu saya. Dulu Ibu saya juga harus berjuang membesarkan saya dan kedua adik saya," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Dedi hadir dalam acara tersebut atas undangan tokoh masyarakat dan pengurus mesjid setempat. Ia hadir dengan mengenakan kemeja putih lengkap dengan peci hitam.
Dihadapan jamaah yang jumlahnya mencapai ribuan, bupati membahas tentang ibu. Pada kesempatan itu, ia juga menceritakan pengalaman hidup ibunya dalam mendidik dan membesarkan dirinya.
"Tanpa gelar sarjana, tanpa kuliah, tanpa bersekolah, ibu saya mendidik saya dan delapan saudara saya yang lain hingga semuanya meraih gelar sarjana. Itulah sejatinya kecerdasan seorang Ibu," kata dia dalam siaran pers yang diterima di Purwakarta.
Ia menyatakan, dalam kehidupan seringkali kebodohan terjustifikasi kepada orang yang tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi. Padahal orang yang tanpa pendidikan tetapi mampu mendidik anak-anak dengan baik adalah orang cerdas yang sebenarnya.
"Orang tua dulu, punya anak sikapnya sopan-sopan. Artinya mereka berhasil mengajarkan tatakrama kepada anak-anaknya. Ibu kita dulu pakai rasa, pakai hati dalam merawat anaknya sehingga dekat dengan Allah. Lihat bagaimana anak-anak kita sekarang? Masya Allah," katanya.
Disela penyampaian materi ceramahnya, suasana haru dialami sejumlah jamaah hadir. Di antaranya dialami Nenah (47), yang terlihat tak mampu menahan tangis mendengarkan ceramah tersebut.
Saat dimintai keterangan usai acara, Nenah mengatakan kalau ceramah Bupati Purwakarta tersebut membuatnya teringat pada almarhumah ibunya yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.
"Tidak kuat menahan air mata, saya jadi ingat ibu saya. Dulu Ibu saya juga harus berjuang membesarkan saya dan kedua adik saya," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017