Bogor (Antara Megapolitan) - Sebanyak enam senyawa bioaktif atau allelokimia cembranoid (antitumor) bersumber dari farmakologi kelautan berhasil ditemukan dari hewan `non-stony corals` salah satunya Karang Lunak Sarcophyton glaucum.

Penemuan ini terungkap dari Sidang Promosi Program Doktor Mayor Ilmu Kelautan IPB atas nama Hedi Indra Januar, yang berlangsung di Pascasarjana Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin.

Indra menyebutkan, enam senyawa bioaktif tersebut ditemukan dari penelitiannya menggunakan algoritme H2BC yang berhasil meningkatkan akurasi program `Logic Structure Determination` (LSD). Karena komputasi tanpa H2BC menghasilkan 22-94 kemungkinan struktur untuk suatu isolat senyawa, sedangkan H2BC menghasikan dua sampai empat kemungkinan struktur.

"Elusidasi ellelokimia Sarcophyton glaucum menemukan enam jenis senyawa cembranoid. Satu dari keenam senyawa tersebut yakni 2-hydroxy-crassocoide E ditemukan sebagai senyawa baru yang memiliki bioaktivitas sebagai antitumor," kata Indra.

Indra melakukan penelitian untuk program doktor dengan judul `Struktur Komunitas Karang dan Allelokimia Cembranoid Sarcophyton glaucum dari Perairan Terasidifikasi Retakan Co2 Vukanik` dibawah bimbingan Prof Dedi Soedharman, Prof Ekowati Chasanah, dan Dr Neviaty Putri Zamani.

Penelitian tersebut dilatarbelakangi keterbatasan informasi mengenai pengaruh allelokimia masih sangat terbatas. Publikasi mengenai penemuan senyawa cembranoid karang lunak Indonesia masih sangat sedikit.

"Proses elusidasi secara umum menjadi permasalahan utama dalam identifikasi struktur kimia di Indonesia," katanya.

Melalui penelitiannya, Indra ingin mengamati karakteristik perairan dan komunitas karang tropik di perairan teradisifikasi retakan CO2 vulkanik perairan dangkal Indonesia, dan menelaah struktur, keragaman, serta kuantitas allelokimia cembranoid karang lunak yang hidup terasidifikasi hingga pH 7,8.

Ia menyebutkan, penelitian dilakukan di perairan retakan CO2 vulkanik Pesisir Minahasa Provinsi Sulawesi Utara, Pulau Gunung Api Provinsi Maluku, dan Pulau Mahengetang Provinsi Sulawesi Utara. Sarcophyton glaucum dipilih sebagai target penelitian, karena berdasarkan hasil riset pendahulu yang menemukan Sarcophyton sebagai karang lunak dominan di perairan yang diamati.

"Penelitian sebelumnya telah disampaikan secara internal di Pusat Penelitian dan Pengembangan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan," kata Indra yang bekerja sebagai peneliti madya di Laboratorium Kimi dan Instrumentasi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan.

Dalam sidang promosi program doktoral, Indra diuji oleh dua penguji luar komisi yakni Prof Dietriech Geoffrey Bengen, Guru Besar Bidang Ilmu Ekologi Pesisir dan Laut IPB, dan Dr Achmad Poernomo selaku staf ahli Menteri Kelautan dan Perikanan bidang Ekonomi, Sosial, dan Budidaya, Peneliti Bidang Keamanan Pangan dan Lingkungan.

Indra merekomendasikan dalam kesimpulan hasil penelitiannya yakni perlu dilakukan spesifikasi baku mutu biota laut. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004, baku mutu biota laut berlaku global, yakni pH 7, sementara trumbu karang lebih spesifik yakni minimal 7,8 sampai 8 pH, karena lebih atau kurang dari itu, keberadaan trumbu karang sudah hilang.

"Saran berikutnya penyusunan zonasi ulang untuk perlindungan trumbu karang. Karena saat ini konservasi perikanan sekarang banyak berbasis ikan, padahal diperairan ada siklus habitan air lainnya. Sehingga zonasi ini daerah yang punya karang yang spesifiki, tutupan tinggi harus dikonservasi," katanya.

Ketua Komisi Pembimbing Dr Nevianty Putri Zamani menyebutkan, penelitian yang dilakukan Indra memiliki kebaruan yakni senyawa allelokimia cembranoid baru, teknik automasi elusidasi struktur senyawa kimi menggunakan LSD dengan tambahan algoritma H2BC, dan perubahan kadar allelokimia cembranoid terhadap tutupan karang lunak Sarcophyton glaucum di perairan terasidifikasi.

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Dr Lucky Andrianto menyebutkan potensi nilai ekonomi farmakologi kelautan Indonesia sebesar 8,6 miliar Euro. Jika ditotalkan dengan empat cabang bisnis keanekaragaman hayati laut (pangan, farmasi, kosmetik dan lingkungan) totalnya mencapai 250 triliun.

"Senyawa yang ditemukan oleh Indra adalah senyawa yang diharapkan dapat menjadi bahan baku obat antitumor. Sehingga potensi ekonomi untuk obat kanker dan tumur besar di farmakologi kelauatan ini," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017