Jonggol, Bogor (Antara Megapolitan) - Warga Jonggol Kabupaten Bogor mengeluhkan jalan alternatif yang diusulkan pemerintah Provinsi Jawa Barat terkait amblasnya Jembatan Cipamingkis, yang menghubungkan jalan dari Cileungsi Bogor menuju Kabupaten Cianjur, menjadi terlalu jauh dan membutuhkan biaya tambahan.
"Saya libur narik hari ini, nggak berani kalau lewat Cibsrusah terlalu jauh angkot mau ngasih harga ongkos berapa," kata Sopir angkot trayek nomor 60 Wahyu Hidayat (46) warga Rt01/RW06 Kampung Jagaita, Desa Jonggol Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor, di area Jembatan Cipamingkis Bogor, Jumat.
Menurutnya, jarak dari arah Cileungsi melalui Cibuncil-Cibarusah-Jagatamu- Rawabogo Cariu bisa mencapai satu setengah jam sehingga dengan jarak tempuh berlipat tentu ongkos pun tidak mungkin sama.
Sehingga dirinya khawatir masyarakat kesulitan untuk membayar lebih dan mengeluh jarak yang terlalu jauh.
Ia menjabarkan Trayek Angkot Nomor 60 dengan jurusan Cileungsi-Pasir Tanjung yang tadinya melewati Jembatan Cipamingkis berkisar antara RP7.000 hingga RP14.000.
Jika dengan perubahan jalur sementara, kata Dia sopir angkot bisa menanggung penurunan penumpang yang drastis.
"Warga yang biasa turun di antara setelah jembatan pasti susah, sebaliknya warga Cibarusah jadi dilewati angkot kita, tapi jaraknya tetap jadi terlalu jauh," ujarnya.
Oleh sebab itu, kata Dia untuk memberi solusi warga di perbatasan dua desa yaitu Desa Bendungan dan Desa Jonggol yang terputus akses jalannya, ia memilih bekerja bakti bersama warga lain membuat jembatan bambu sebagai jembatan alternatif warga.
Jadi warga tetap bisa mengakses jalur Jembatan Cipamingkis yang amblas pada Kamis (13/4) pada sekitar pukul 23.30 WIB namun melalui jembatan bambu.
Dengan begitu, tuturnya angkot tetap bisa menjemput warga meski tetap memutar jalan melalui jalan Cibarusah.
Sementara itu, Warga Rt02/05 kampung Ciledung, Desa Bendungan Jajat Sudrajat (45) merasa jalan alternatif melalui Cibarusah membuat dirinya kebingungan karena jarak dan biaya transportasi kerjanya jadi meningkat.
"Saya kerja di Cileungsi lewat Cibarusah jauh sekali bensin tidak cukup satu liter bolak balik," katanya.
Apalagi, kata Dia jika harus menggunakan angkot yang ongkosnya pasti bertambah, diperkirakan bisa menghabiskan RP50.000 hanya untuk transportasi.
Sedangkan rata-rata warga di sekitarnya pun merupakan buruh pabrikan di daerah Cileungsi hingga Citeureup.
Camat Jonggol Beben Suhendar mengatakan dirinya mengapresiasi warga yang berinisiatif mencari solusi sementara hingga ada tindakkan lanjutan dari perintah Provinsi Jawa Barat maupun bantuan sosial dari Pemerintah Kabupaten Bogor.
"Inginnya ada bantuan terhadap kerja keras warga, maka saya terus komunikasi, saya terus memikirkan ini dan berterima kasih kepada masyarakat," kata Dia.
Dari pantauan Antara, warga mulai menyusun batu dan kawat sebagai tanjakkan awal membuat jembatan bambu yang di antara kedua desa.
Warga dan Camat Jonggol Beben Suhendar baru membubarkan diri sekitar pukul 18.00 WIB karena cuaca yang mulai gelap.
"Kalau alatnya memadai In sya Allah bisa beres dua hari ini," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Saya libur narik hari ini, nggak berani kalau lewat Cibsrusah terlalu jauh angkot mau ngasih harga ongkos berapa," kata Sopir angkot trayek nomor 60 Wahyu Hidayat (46) warga Rt01/RW06 Kampung Jagaita, Desa Jonggol Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor, di area Jembatan Cipamingkis Bogor, Jumat.
Menurutnya, jarak dari arah Cileungsi melalui Cibuncil-Cibarusah-Jagatamu- Rawabogo Cariu bisa mencapai satu setengah jam sehingga dengan jarak tempuh berlipat tentu ongkos pun tidak mungkin sama.
Sehingga dirinya khawatir masyarakat kesulitan untuk membayar lebih dan mengeluh jarak yang terlalu jauh.
Ia menjabarkan Trayek Angkot Nomor 60 dengan jurusan Cileungsi-Pasir Tanjung yang tadinya melewati Jembatan Cipamingkis berkisar antara RP7.000 hingga RP14.000.
Jika dengan perubahan jalur sementara, kata Dia sopir angkot bisa menanggung penurunan penumpang yang drastis.
"Warga yang biasa turun di antara setelah jembatan pasti susah, sebaliknya warga Cibarusah jadi dilewati angkot kita, tapi jaraknya tetap jadi terlalu jauh," ujarnya.
Oleh sebab itu, kata Dia untuk memberi solusi warga di perbatasan dua desa yaitu Desa Bendungan dan Desa Jonggol yang terputus akses jalannya, ia memilih bekerja bakti bersama warga lain membuat jembatan bambu sebagai jembatan alternatif warga.
Jadi warga tetap bisa mengakses jalur Jembatan Cipamingkis yang amblas pada Kamis (13/4) pada sekitar pukul 23.30 WIB namun melalui jembatan bambu.
Dengan begitu, tuturnya angkot tetap bisa menjemput warga meski tetap memutar jalan melalui jalan Cibarusah.
Sementara itu, Warga Rt02/05 kampung Ciledung, Desa Bendungan Jajat Sudrajat (45) merasa jalan alternatif melalui Cibarusah membuat dirinya kebingungan karena jarak dan biaya transportasi kerjanya jadi meningkat.
"Saya kerja di Cileungsi lewat Cibarusah jauh sekali bensin tidak cukup satu liter bolak balik," katanya.
Apalagi, kata Dia jika harus menggunakan angkot yang ongkosnya pasti bertambah, diperkirakan bisa menghabiskan RP50.000 hanya untuk transportasi.
Sedangkan rata-rata warga di sekitarnya pun merupakan buruh pabrikan di daerah Cileungsi hingga Citeureup.
Camat Jonggol Beben Suhendar mengatakan dirinya mengapresiasi warga yang berinisiatif mencari solusi sementara hingga ada tindakkan lanjutan dari perintah Provinsi Jawa Barat maupun bantuan sosial dari Pemerintah Kabupaten Bogor.
"Inginnya ada bantuan terhadap kerja keras warga, maka saya terus komunikasi, saya terus memikirkan ini dan berterima kasih kepada masyarakat," kata Dia.
Dari pantauan Antara, warga mulai menyusun batu dan kawat sebagai tanjakkan awal membuat jembatan bambu yang di antara kedua desa.
Warga dan Camat Jonggol Beben Suhendar baru membubarkan diri sekitar pukul 18.00 WIB karena cuaca yang mulai gelap.
"Kalau alatnya memadai In sya Allah bisa beres dua hari ini," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017