Bogor (Antara Megapolitan) - Guru Besar Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB, Prof Budi Indra Setiawan menyebutkan embung berfungsi menampung kelebihan genangan air terutama di wilayah pertanian, namun karena tidak terawat maka terjadi pendangkalan yang menyebabkan timbulnya banjir di persawahan.

"Embung panjang salah satu solusi untuk mengatasi banjir di kawasan pertanian," kata Budi di Bogor, Jumat.

Menurut Budi, setelah dilanda kekeringan panjang tahun 2015 (El-Nino), sejak awal 2016 dan berlanjut sampai saat ini, beberapa wilayah d Indonesia mengalami kebanjiran (La-Nina) yang sulit diprediksi kapan berakhirnya. Jika kebanjiran di perkotaan pada umumnya terjadi relatif lebih singkat dan surut saat hujan berhenti, kebanjiran dan genangan air di lahan pertanian berlangsung lama dan lebih sulit ditanggulangi.

Ia mencontohkan di Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, menjadi langganan banjir dan terparah. Areal mencapai lebih dari 500 hektare. Petani harus menanam padi berulang kali dengan harapan agar suatu saat selamat dari banjir dan berhasil panen.

"Tidak jarang ada yang sampai tujuh kali tanam ulang untuk mendapat satu kali panen," katanya.

Padahal lanjutnya, lokasi tersebut sudah dibangun embung panjang (long storage) pada tahun 2000 yang diberi nama Kali Malang, memiliki panjang lebih dari tujuh kilo meter. Fungsi embung ini harusnya menampung kelebihan genangan air dari sawah-sawah di sekitarnya. Tapi karena tidak terawat maka terjadi pendangkalan.

"Awalnya, kedalaman embung dua meter tetapi kini tinggal sekitar 70 centimeter," katanya.

Selain itu, semua pintu air rusak berat, pertumbuhan enceng gondok semakin subur, sampah dan limbah rumah tangga bertumpuk di badan air. Sampai saat ini belum ada upaya untuk mengatasinya.

Ia menyebutkan, solusi yang dapat dilakukan harus normalisasi dengan mengeruk sedimen yang menghambat terutama di muara sungai dan mencegah agar sedimentasi tidak mudah terjadi dengan membangun pengendalian aliran lumpur.

Lalu perlu dilakukan pengerukan sedimen, pembersihan sampah, enceng gondok dan perbaikan pintu air serta penyambungan segmen-segmen Kali Malang yang masih terpisah menggunakan sipon air yang melintasi bagian bawah badan sungai.

Pada peringatan Hari Air Sedunia yang diperingati setiap 23 Maret, Budi mengingatkan kembali konsep `zero runoff` sebagai sistem yang dapat digunakan dalam menentukan tata letak dan dimensi embung panjang yang optimal. Yakni, mampu menyerap dan menyimpan kelebihan genangan air yang tidak dikehendaki.

"Simpanan air ini dapat digunakan sebagai cadangan air atau sumber air baku maupun air pertanian pada musim kemarau," katanya.

Menurutnya, perlu ada evaluasi rancangan embung, mengingat sejak selesai dibangun, embung tidak efektif mengatasi banjir dan genangan air. Evaluasi harus dilakukan berdasarkan kondisi iklim dan hidrologis serta kondisi sosial masyarakat setempat.

"Simpanan air seperti embung dan `long storage` yang efektif harus dirancang sesuai kaidah hindrologis dan harus dirawat agar umur efektivitasnya semakin panjang," katanya.

Budi menyebutkan, ada beberapa embung dan `long storage` yang efektif mencegah banjir di lahan pertanian. Misalnya, embung di Pamekasan, Madura, di Indramayu dan Meranti Riau.

Ia menambahkan, embung berfungsi menampung air hujan atau limpasan permukaan. Airnya dapat digunakan sebagai sumber air bersih. Banyak embung kini telah dilapisi lapisan kedap air (geo membrane) sehingga airnya lebih jernih dan lama tersimpan serta tahan longsor.

"Long storage berfungsi menyimpan dan menyerap kelebihan genangan air (banjir) di lahan-lahan yang berada di sebelah atasnya. Bentuknya memanjang dan mengikuti searah kontur tanah. Selain sebagai cadangan air bersih, airnya juga bisa digunakan untuk irigasi," kata Budi.


Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017