Ketua DPRD Kota Bogor, Jawa Barat, Atang Trisnanto mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor berkolaborasi dengan pemerintah pusat, untuk mempercepat langkah penurunan harga beras jelang bulan Ramadhan.

Dari data yang diterimanya, harga beras medium di pasar tradisional melonjak hingga Rp16 ribu per liter. Sedangkan penjualan beras premium kemasan 5 kilogram dan 10 kilogram mengalami keterbatasan.

Menurut Atang di Kota Bogor, Jumat, kenaikan harga jelang hari raya seperti Ramadan dan Idul Fitri memang kerap terjadi. Namun kali ini menyentuh pada kebutuhan pokok yang paling dasar yakni beras sehingga perlu langkah cepat dan efektif.

“Beras merupakan bahan pokok masyarakat Indonesia. Jelang Ramadhan dan Idul Fitri 1445 tahun ini, harga beras terlalu tinggi dan sangat memberatkan masyarakat. Hemat saya, ada empat langkah setidaknya untuk mengatasi ini, terutama merilis cadangan beras pemerintah (CBP),” kata Atang.

Baca juga: Satgas Pangan Polresta Bogor Kota telusuri kenaikan harga beras di pasar

Langkah pertama bisa dilakukan dengan Pemkot Bogor minta gelontoran beras dari Bulog. Selain stok reguler, Bulog punya cadangan beras pemerintah yang bisa disalurkan dalam kondisi darurat seperti sekarang.

Beras-beras tersebut merupakan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang digelontorkan pemerintah melalui Perum Bulog. Harga yang dipatok untuk beras SPHP pada zona 1 sebesar Rp10.900 per kilogram, zona 2 Rp11.500 per kilogram, dan zona 3 Rp11.800 per kilogram diedarkan di pasar tradisional, ritel modern, outlet Perum Bulog, dan pemerintah daerah.

Pemerintah perlu memastikan stok tersebut bisa membanjiri pasar sehingga dapat memancing turunnya harga beras di pasaran.

“Pemerintah tidak boleh berlama-lama membiarkan harga beras tinggi. Segera banjiri pasar dengan beras kualitas yang baik dan harga yang terjangkau. Proses ini harusnya bisa cepat karena rantai pasoknya sudah jelas,” ujarnya.

Baca juga: Wali Kota Bogor cek pasar dan mal, pastikan stok beras tersedia

Selanjutnya, Atang memandang langkah kedua yang perlu dilakukan ialh memastikan kendala distribusi diurai dengan cepat, dengan kehadiran Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang dapat terkoneksi dengan beberapa kementerian dan lembaga. Sekaligus untuk memotong rantai distribusi dari pemasok hingga sampai ke pasar.

Atang menilai, pemerintah dapat menggunakan berbagai teknologi informasi untuk memantau jalannya distribusi pangan, khususnya beras sehingga meminimalisasi potensi penimbunan, waktu pengiriman dan moda transportasi pengiriman yang tepat di tengah cuaca musim penghujan.

“Kita punya lengkap lembaga dan kementerian yang membidangi masalah pangan, ada Bapanas, Bulog, Kemendag dan Kementan. Sudah saatnya kontrol masalah distribusi dapat dipecahkan dengan cepat hasil kolaborasi antar lembaga dan bantuan teknologi,” katanya.

Ketiga, sambung Atang, sambil menunggu masalah distribusi ke pasar terurai, operasi pasar pangan murah yang dilakukan pemerintah melalui Bulog bekerja sama pemerintah daerah lebih masif. Karena keterjangkauan daya beli masyarakat sangat penting untuk menghindari gejolak ekonomi dan sosial masyarakat jelang Ramadan ini.

Baca juga: Antisipasi harga beras naik, Pemkot Bogor siap-siap gelar operasi pasar

Di Kota Bogor, Pemkot Bogor bekerja sama Perum Bulog telah mempersiapkan operasi pasar murah beras SPHP Bulog Siaga di 14 titik kelurahan dari 68 kelurahan yang ada di 6 kecamatan. Operasi pasar itu dilakukan mulai Selasa (20/2) hingga Jumat (8/3).

Atang menilai, perlu ada tambahan titik-titik operasi pasar tersebut sebelum memasuki Ramadan, untuk menjaga daya beli masyarakat secara merata.

“Masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah itu tersebar di semua wilayah Kota Bogor. Operasi pasar perlu menyentuh semua warga yang membutuhkan di semua wilayah,” ujarnya.

Terakhir, Atang mendorong pemerintah dan pihak terkait dapat mengantisipasi penimbunan beras jelang Ramadhan dengan terus berkeliling ke agen-agen. Agar tidak ada celah oknum dapat membeli dalam jumlah banyak.

“Kita perlu memastikan tidak ada potensi penimbunan beras di agen maupun oleh oknum yang membeli dalam jumlah banyak di situasi ini,” ucap Atang. (KR-SBN)

Pewarta: Shabrina Zakaria

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024