London (Antara Megapolitan) - Komite Buku Indonesia menampilkan berbagai buku sastra Indonesia dalam London Book Fair 2017 sebagai upaya memperkenalkan karya sastra Tanah Air itu di Kerajaan Inggris yang terkenal dengan sastra klasik dari William Shakespeare tersebut.
"Kami menampilkan lebih banyak buku-buku karya sastra sesuai dengan tema yang diangkat Indonesia 'Seeing Words', dengan menampilkan karya desainer grafis dalam menginterpretasikan sastra klasik dengan wajah baru," ujar Koordinator Pameran Buku Internasional dari Komite Buku Nasional (KBN) Sari Meutia kepada Antara di London, Selasa.
Buku karya sastra Indonesia yang dihadirkan dalam pameran buku terbesar kedua setelah Frakfurt Book Fair itu, bagian dari 200 judul buku lainnya.
Dalam pameran London Book Fair yang berlangsung di Gedung Olympia di kawasan Barat London mulai 14 sampai 16 Maret mendatang itu, Indonesia tampil dalam acara Insights Program.
Indonesia menampilkan penulis muda sekaligus pelaku industri digital, Irfan Amali, yang akan membicarakan Digital Nation: Beyond the Book in Indonesia.
Selain itu, penulis Indonesia, Haidar Bagir, hadir dalam diskusi Publishing for Muslims sekaligus meluncurkan edisi bahasa Inggris bukunya, "Islam, the Faith of Love and Happiness" yang diadakan Kube Publishing.
Acara dilanjutkan Trading in Indonesia and Country in Spotlight, The Impact of Book Fair Program serta Indonesia Reception di stan Indonesia yang menjadi ajang penerbit Indonesia bersilaturahim dengan penerbit asing sambil membicarakan prospek bisnis.
Koordinator Promosi Sastra KBN Siti Gretiani mengatakan penjualan buku di negara-negara barat telah meningkat lebih dari lima persen selama tahun lalu.
Hal itu, katanya, menjadikan lebih banyak kesempatan penerbitan Indonesia untuk terus menjadi pemain di panggung global, baik dari segi fiksi dan non-fiksi.
"London Book Fair menyediakan kesempatan besar untuk memamerkan bakat sastra Indonesia dan potensi pertumbuhan," katanya.
London Book Fair 2017, salah satu pertemuan publisher terbesar di dunia, menampilkan 618 stan, yang mewakili 400 perusahaan. Mereka berasal dari lebih 30 negara.
Dalam kesempatan itu, Indonesia menghadirkan 200 judul buku pilihan dan memberikan wawasan tentang industri penerbitan di Indonesia.
Ketua Komite Buku Nasional Laura Prinsloo mengatakan program komite itu sejalan dengan pemerintah, dalam mewujudkan kemandirian melalui stimulasi sektor-sektor strategis dalam perekonomian domestik, terutama industri buku dan posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam industri buku dan ruang lingkup internasional MEA.
Menurut Laura, manfaat yang diperoleh dari partisipasi dalam pameran buku itu sejalan dengan program pemerintah, antara lain meningkatkan kerja sama bilateral dan multilateral di bidang pendidikan dan kebudayaan, meningkatkan produktivitas dan daya saing di pasar internasional agar bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa lain di Asia.
Selain itu, katanya, Indonesia telah diusulkan untuk menjadi London Book Fair Market Focus 2019.
"Yang berarti peluang besar untuk kehadiran yang berkembang di pasar internasional," katanya. (Ant/ZG).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Kami menampilkan lebih banyak buku-buku karya sastra sesuai dengan tema yang diangkat Indonesia 'Seeing Words', dengan menampilkan karya desainer grafis dalam menginterpretasikan sastra klasik dengan wajah baru," ujar Koordinator Pameran Buku Internasional dari Komite Buku Nasional (KBN) Sari Meutia kepada Antara di London, Selasa.
Buku karya sastra Indonesia yang dihadirkan dalam pameran buku terbesar kedua setelah Frakfurt Book Fair itu, bagian dari 200 judul buku lainnya.
Dalam pameran London Book Fair yang berlangsung di Gedung Olympia di kawasan Barat London mulai 14 sampai 16 Maret mendatang itu, Indonesia tampil dalam acara Insights Program.
Indonesia menampilkan penulis muda sekaligus pelaku industri digital, Irfan Amali, yang akan membicarakan Digital Nation: Beyond the Book in Indonesia.
Selain itu, penulis Indonesia, Haidar Bagir, hadir dalam diskusi Publishing for Muslims sekaligus meluncurkan edisi bahasa Inggris bukunya, "Islam, the Faith of Love and Happiness" yang diadakan Kube Publishing.
Acara dilanjutkan Trading in Indonesia and Country in Spotlight, The Impact of Book Fair Program serta Indonesia Reception di stan Indonesia yang menjadi ajang penerbit Indonesia bersilaturahim dengan penerbit asing sambil membicarakan prospek bisnis.
Koordinator Promosi Sastra KBN Siti Gretiani mengatakan penjualan buku di negara-negara barat telah meningkat lebih dari lima persen selama tahun lalu.
Hal itu, katanya, menjadikan lebih banyak kesempatan penerbitan Indonesia untuk terus menjadi pemain di panggung global, baik dari segi fiksi dan non-fiksi.
"London Book Fair menyediakan kesempatan besar untuk memamerkan bakat sastra Indonesia dan potensi pertumbuhan," katanya.
London Book Fair 2017, salah satu pertemuan publisher terbesar di dunia, menampilkan 618 stan, yang mewakili 400 perusahaan. Mereka berasal dari lebih 30 negara.
Dalam kesempatan itu, Indonesia menghadirkan 200 judul buku pilihan dan memberikan wawasan tentang industri penerbitan di Indonesia.
Ketua Komite Buku Nasional Laura Prinsloo mengatakan program komite itu sejalan dengan pemerintah, dalam mewujudkan kemandirian melalui stimulasi sektor-sektor strategis dalam perekonomian domestik, terutama industri buku dan posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam industri buku dan ruang lingkup internasional MEA.
Menurut Laura, manfaat yang diperoleh dari partisipasi dalam pameran buku itu sejalan dengan program pemerintah, antara lain meningkatkan kerja sama bilateral dan multilateral di bidang pendidikan dan kebudayaan, meningkatkan produktivitas dan daya saing di pasar internasional agar bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa lain di Asia.
Selain itu, katanya, Indonesia telah diusulkan untuk menjadi London Book Fair Market Focus 2019.
"Yang berarti peluang besar untuk kehadiran yang berkembang di pasar internasional," katanya. (Ant/ZG).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017