San Francisco (Antara/Xinhua-OANA/Antara Megapolitan) - Satu studi baru menyerukan penyelarasan pemulihan berbagai spesies dan pengurangan tekanan manusia atas korban dan predator yang dieksploitasi pada saat yang sama adalah cara terbaik untuk membantu pemulihan populasi mereka.

Pendekatan baru tersebut, yang dilaporkan pada Senin (27/2) di Nature Ecology and Evolution, tampaknya menghasilkan pemulihan yang lebih cepat dan lebih langsung --lebih cepat daripada pemulihan predator-pertama dan tak terlalu rentan bagi fluktuasi populasi yang mudah berubah dibandingkan dengan pemulihan korban-pertama.

Berdasarkan sejarah, sebanyak separuh upaya dalam pemulihan spesies telah meningkat jadi taktik berurutan satu-spesies-pada-satu-waktu, biasanya spesies korban lebih dulu, lalu si predator.

Bahkan dalam pembangunan kembali jaringan makanan holistik yang berdasarkan ekosistem, yaitu rantai yang saling terkait mengenai "siapa makan siapa", kata Asisten Profesor Mark Novak dari College of Science di Oregon State University (OSU), strategi yang dominan ialah untuk mengeluarkan tekanan pada dasar, dan membiarkan populasi korban kembali ke tempat mereka mestinya menghadapi predator utama secara lebih cepat.

Akibat panen secara berlebihan, kemerosotan banyak populasi hewan, termasuk satu spesies yang mengkonsumsi spesies lain, menjadi ciri utama banyak ekosistem, kata Novak, sebagaimana diberitakan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa siang. Contoh mengenai kemerosotan populasi yang berpasangan secara keseluruhan atau sebagian dan terjadi gara-gara perburuan untuk mencari hadiah, industri perikanan atau perdagangan bulu adalah singa dan rusa kutub; singa laut dan ikan herring Pasifik, dan tikus air serta cerpelai.

Penerjemah: Chaidar.     

Pewarta:

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017