Bogor (Antara Megapolitan) - Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan) menambah jumlah kuota untuk penerimaan mahasiswa baru Tahun Ajaran 2017/2018 menjadi 300 mahasiswa.

Rektor Unhan Letjen TNI I Wayan Midhio, M.Phil dalam jumpa media di Kampus Universitas Pertahanan di Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu mengatakan penambahan kuota dilihat dari mulai meningkatnya animo terhadap perguruan tinggi tersebut.

"Penerimaan mahasiswa berkembang setiap tahun dari awalnya 78 orang, menjadi 100, lalu 148, naik lagi jadi 228. Tahun lalu 252, sekarang kami tambah lagi jadi 300 orang," kata Wayan.

Ia mengatakan, pendaftaran mahasiswa baru Tahun 2017/2018 telah dibuka sejak Januari lalu. Setiap tahun, Unhan menerima ribuan pendaftar calon mahasiswa baru, namun yang diterima hanya ratusan orang.

Ia menjelaskan, sejak berdiri 11 Maret 2009, Universitas Pertahanan telah meluluskan 1.000 mahasiswa yang semuanya program magister.

Universitas Pertahanan, lanjutnya, membuka kesempatan belajar bagi para perwira TNI dan sipil untuk belajar dan memperdalam ilmu pertahanan dari sudut pandang militer, politik, ekonomi, sosial dan budaya.

"Unhan memiliki empat fakultas, yakni Fakultas Strategi Pertahanan, Manajemen Pertahanan, Keamanan Nasional dan Teknologi Pertahanan," katanya.

Dari empat fakultas, terdapat 17 program studi, terdiri dari 11 program studi yang telah terakreditasi, dan sisanya masih menunggu surat keputusan.

Unhan memberikan beasiswa penuh kepada mahasiswanya. Komposisi mahasiswa saat ini 71 persen didominasi sipil dan swasta dan 39 persen dari kalangan TNI, Polri dan PNS.

"Awalnya komposisi pendidikan di Unhan adalah 60 persen TNI/Polri sisanya sipil, tapi sekarang terbalik justru lebih banyak sipil," katanya.

Menurut Wayan, berubahnya pola dan bentuk ancaman yang dihadapi negara dan bangsa Indonesia, yakni dari ancaman yang bersifat tradisional menuju ancaman yang bersifat nontradisional. Dari ancaman yang bersifat militer berubah menjadi ancaman nonmiliter.

Situasi tersebut, katanya, muncul akibat perubahan paradigma dunia pascaperang dingin, dimana setiap negara menghindari terjadinya konflik dan berupaya menuju sesutu era baru, yaitu kerja sama, baik regional maupun global.

"Urgensi pendirian Universitas Pertahanan berasal dari pemikiran kepala negara saat itu untuk mempersiapkan sumber daya manusia pertahanan yang mampu mempresentasikan dua kekuatan militer dan nonmiliter menjadi kekuatan baru `smart power`," kata Wayan.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017