Salah satu peran dari Thoriqoh adalah membentuk pribadi yang baik selalu dekat dengan sang Pencipta, di Indonesia banyak dijumpai Thoriqoh Mu’tabaroh salah satunya Ikhwan Toriqoh Qodiriyah Aroqiyah (ITQA).

Salah satu inti ajarannya adalah sebagaimana Thoriqoh lainnya yaitu mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah mahdoh dan ghoiru mahdhoh.

“Secara rinci kedekatan kepada Allah SWT melalui keikhlasan, tawadhu, berbaik sangka pada orang lain dan lainnya. Artinya, berupaya menjadi pribadi yang baik atau pribadi Sholih dan Muslih. Sholih adalah baik hubungannya pada Allah, kalau Muslih baik pada sesama manusia maupun alam sekitar,” ujar Mursyid ITQA Indonesia KH M. Hilmi Ash Shidiqi Al-Aroqi di Pesantren Al-Hikam, Beji, Depok, Selasa.

Kiai Hilmi mengaku mendapat amanah dari Syekh Abdullah Al-Aroqi dari Sudan untuk mengembangkannya di Indonesia. Bahkan, dalam acara Multaqo Sufi Internasional ITQA mendapatkan undangan yang ditujukan ke Syekh Abdullah Al-Aroqi yang di Sudan.

Dalam kesempatan tersebut, dari Sudan diwakili Syekh Awad dan KH. Hilmi secara resmi dari perwakilan ITQA Indonesia.

“Waktu itu, kita bertemu Rois Aam Jatman NU Habib Lutfi di rumahnya menyampaikan surat dari Syekh Abdullah. Dari pertemuan tersebut kita diterima dan mengakui ITQA sebagai Thoriqoh Mu’tabaroh,” jelasnya.

Menurutnya, ITQA memenuhi syarat sebagai Thoriqoh Mu’tabaroh. Yakni kejelasan sanadnya maupun gurunya yang sampai kepada Syekh Abdul Kodir Jaelani sampai dengan Nabi Muhammad SAW. Dirinya menambahkan, dalam ajarannya sesuai dengan Ahlussunah Wal Jamaah An-Najdliyah atau Aswaja NU.

Dalam aqidah mengikuti ajaran Asy’ariyah dan   Fiqih mengikuti salah satu mazhab 4. Sedangkan, secara tasawuf mengikuti  Imam Junaid Al Baghdadi.

“Visi-misi keberadaan ITQO  di Indonesia  adalah bagaimana berkhidmah kepada umat melalui jalur pendidikan, sosial dan ekonomi. Yaitu dalam rangka mewujudkan Islam Rahmatan Lil Al-Amin (Rahmat untuk alam semesta),” ujarnya.

Dikatakannya dengan didasari kondisi religiusitas dan spiritualitas  baik menjadikan hati serta jiwa yang jernih. Dia menambahkan, kondisi tersebut merupakan  anugerah dari  Allah melalui dzikir asas (pokok) dan dzikir ziyadah (tambahan). Menurutnya, berdasarkan ajaran Rasulullah dianjurkan untuk berdzikir setelah sholat.

Diantaranya, dengan membaca tasbih 33 kali, tahmid 33 kali,  tahllil 33, istighfar 200, sholawat 200, Laila ha illahh 200 kali, Allah 200 kali dan ditutup asmaul Husna.

“Salah satu keistimewaannya adalah mudah mengamalkannya. Pada prakteknya, berdzikir menggunakan tasbih dikenal dengan habbatan (hitungan per biji tasbih dan jardan (menarik biji tasbih). Kita menggunakan Jardan, jadi meskipun jumlah hitungan dzikirnya banyak bisa diselesaikan dalam waktu cepat,” katanya.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023