Semarang (Antara Megapolitan) - Petani cabai mengakui mengambil untung  Rp90.000/kg untuk komoditas cabai rawit seiring dengan tingginya risiko gagal panen.

"Keuntungan ini kami ambil dari harga lelang di kisaran Rp106.000/kg dari petani ke pedagang besar," kata Koordinator petani cabai Kabupaten Magelang Tunov Mondroatmojo di Semarang, Rabu.

Dia mengakui keuntungan tersebut wajar mengingat risiko kegagalan panen yang cukup tinggi.

Sebagai gambaran, kata dia, dari 1.000 pohon cabai yang ditanam hanya 500 pohon yang dapat dipanen.

"Atau jika dari satu pohon kami biasanya bisa panen hingga 0,5 kg, untuk saat ini hanya sekitar 2,5-3 ons," katanya.

Dia mengatakan kegagalan panen tersebut merupakan dampak dari tingginya intensitas hujan yang berakibat pada rusaknya pohon atau petani biasa menyebutnya busuk batang.

"Kalau sudah busuk batang, pohon akan layu sebelum berkembang. Jadi tidak bisa dipanen," katanya.

Dia mengakui keuntungan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan jika harga cabai berada di kisaran Rp20.000-25.000/kg. Dari harga tersebut, petani hanya memperoleh keuntungan Rp10.000/kg.

Dia mengatakan mengenai kenaikan harga cabai sudah menjadi tren dari tahun ke tahun. Bahkan, petani sudah bisa memprediksi kapan harga cabai akan mengalami kenaikan.

"Ada juga karena prediksi tersebut, para petani banyak yang lebih memilih menanam cabai daripada tanaman lain," katanya.

Tunov yang juga petani cabai itu, mengatakan kenaikan harga cabai tersebut hanya terjadi sekitar tiga bulan. Untuk selanjutnya, harga cabai akan kembali ke harga semula, yaitu di kisaran Rp25.000/kg.

"Sebetulnya adil saja kalau kami dapat keuntungan besar hanya sekitar tiga bulan dari waktu satu tahun. Sisanya kan keuntungan kami kecil. Di sisi lain, kami mengambil keuntungan besar karena volume panen menurun drastis," katanya.

Pewarta: Aris Wasita Widiastuti

Editor : Andi Firdaus


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017