Dosen Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor (IPB) Unoversity Profesor Nampiah menyebutkan dari hasil penelitiannya bersama lembaga penelitian, spesies cendawan alias jamur berpeluang mendapat 27 persen spesies baru di Indonesia bagai megabiodiversitas untuk berbagai kepentingan ekonomi.
"Eksplorasi cendawan dari berbagai ekosistem terestrial dan akuatik di Indonesia berpeluang besar mendapatkan spesies baru (species novelty) yang merupakan sumber bahan bioaktif baru (novel compound) yang bernilai ekonomi penting," kata Nampiah dalam paparan pra orasi ilmiah yang diikuti melalui zoom di Kota Bogor, Kamis.
Nampiah menerangkan, cendawan ialah mikroorganisme yang mampu mengubah dunia dengan menjaga fungsi kelangsungan hidup berbagai organisme dan keseimbangan alam.
Baca juga: Departemen Biologi IPB Gelar Pesta Cendawan
Sebagian besar cendawan hidup sebagai saprob dengan mengurai bahan organik yang kompleks menjadi senyawa sederhana yang dapat diserap oleh tumbuhan, sehingga siklus nutrisi di bumi berjalan lancar.
Dia menyebut, terdapat sekitar 1.5 juta spesies cendawan di dunia, namun baru sebagian kecil yakni 5 persen yang telah diidentifikasi dan dieksplorasi termasuk di Indonesia.
Nampiah menyampaikan, hasil eksplorasi cendawan terestrial tanah dari beragam habitat di Indonesia yang dilakukannya bersama dengan tim penelitian kerja sama Indonesia yakni LIPI, IPB, UI, BPPT dan Balitbangtan)-NBRC Jepang menunjukkan bahwa keanekaragaman cendawan di Indonesia sangat tinggi disebut megabiodiversitas, diperkirakan 27 persen dari cendawan ialah spesies baru.
Baca juga: Cendawan Dibutuhkan Untuk Pertanian Berkelanjutan
Di antaranya, delapan spesies baru cendawan terestrial asal tanah telah berhasil dipublikasikan.
"Spesies baru tidak saja menjadi rujukan untuk identifikasi cendawan di tingkat global, namun juga merupakan sumber senyawa bioaktif baru untuk bioprospeksi dalam berbagai bidang seperti pertanian, kehutanan, lingkungan dan kesehatan," jelasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023