Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang mengatakan pembuatan lubang biopori di pekarangan rumah merupakan langkah penting mengurangi risiko banjir saat musim hujan tiba.

“Membuat biopori adalah langkah kecil yang dapat diambil oleh masyarakat dalam pelestarian lingkungan yang berkelanjutan. Kita dapat dengan membuat biopori di halaman rumah, untuk mengurangi risiko banjir, meningkatkan kualitas air tanah, dan menyuburkan tanah,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Tihar Sopian dalam keterangannya di Tangerang Rabu.

Ia menuturkan lubang biopori dapat membantu meresapkan air hujan ke dalam tanah dengan lebih cepat. Sehingga hal itu bisa mengurangi genangan air yang dapat menyebabkan terjadinya banjir.

Tak hanya itu, masyarakat dapat ikut melakukan mitigasi musim hujan dengan upaya nonstruktural penanganan banjir seperti pembuatan lubang serapan biopori, sumur resapan komunal warga, penanaman pohon dan budaya membuang sampah pada tempatnya.

Baca juga: Pemkot Depok canangkan pembuatan 100.000 lubang biopori pada hari air sedunia

"Kegiatan ini sangat mudah namun memiliki dampak yang besar bagi lingkungan. Maka itu diharapkan saat ini warga bisa membuat biopori yang bermanfaat mengatasi banjir," ujarnya.

Sementara itu tata cara pembuatan biopori di perkarangan rumah adalah dengan menyiram terlebih dahulu tanah yang menjadi lokasi biopori, agar lebih lunak dan mudah untuk dilubangi.

Setelah itu lubangi tanah menggunakan bor tanah dengan kedalaman 80 hingga satu meter dan diameter 10 hingga 30 cm. Jika sudah selesai, lapisi lubang menggunakan pipa PVC yang sudah dilubangi dan ukurannya sama dengan diameter lubang.

"Kemudian isi dengan sampah organik seperti daun, rumput, kulit buah-buahan, dan sampah yang berasal dari tanaman lainnya. Setelah itu tutup lubang menggunakan kawat besi, atau bisa juga memakai tutup pipa PVC yang sudah dilubangi terlebih dahulu,” katanya.

Baca juga: Meminimalisasi banjir, Wali Kota Depok targetkan pembuatan 100 ribu lubang biopori

Tak hanya itu, masyarakat juga dapat mengisi sampah organik secara bertahap setiap lima hari sekali sampai penuh. Biarkan selama tiga bulan hingga sampah tersebut berubah menjadi kompos.

“Setelah itu, angkat kompos yang sudah jadi dari lubang biopori, dan lubang siap diisi kembali dengan sampah yang baru. Kompos pun siap digunakan untuk memupuk tanaman yang ada di halaman rumah,” katanya.

Kepala DPUPR Kota Tangerang Ruta Ireng Wicaksono menambahkan DPUPR sedang melakukan proses pembangunan sistem pengendalian banjir di berbagai titik lokasi.

Baca juga: Kota Bekasi gencar buat lubang biopori hadapi musim penghujan

Tetapi mitigasi banjir tak bisa hanya dilakukan pemerintah semata. Dengan itu, masyarakat diimbau untuk turut ambil peran, dengan melakukan giat kerja bakti, membersihkan lingkungan sekitar.

Ia menuturkan, giat kerja bakti diharapkan dapat berlangsung diseluruh pemukiman mulai dari membersihkan selokan, parit, dan sungai yang ditumbuhi tanaman liar selama kemarau. Hal ini dilakukan, untuk menghindari luapan atau hambatan arus air hujan, yang kemudian menggenangi ruas jalan.

"Sebelum musim hujan tiba, kita harus bersiap-siap membersihkan lingkungan. Jangan sampai nanti ketika hujan sudah turun malah terjadi masalah. Seperti, sungai mampet dan lainnya karena sebelumnya tidak dibersihkan,” katanya.

Pewarta: Achmad Irfan

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023