Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek Ahmad Mahendra mengatakan bahwa program “Sandiwara Sastra Musim Kedua” yang menampilkan 10 episode drama audio bertemakan “Misteri Nusantara” dapat menjembatani generasi muda untuk mengenal tradisi nusantara.

“Harapannya ini akan menjadi platform bagi kita untuk mengangkat kembali sastra dan folklore (cerita rakyat). Itu juga sangat penting. Jadi itu konsep yang kita pilih untuk menjadi jembatan literasi kepada generasi muda,” ucap Mahendra di kantor Kemendikbudristek, Jakarta, Senin (30/10) malam.

Dia menyatakan bahwa seringkali sulit mengenalkan berbagai tradisi di Nusantara kepada generasi muda jika tidak dikemas dengan cara yang inovatif.

Baca juga: Kemendikbudristek: Pemerintah tak bisa hidupkan sastra sendirian tanpa tanpa kolaborasi dengan komunitas

“Kadang-kadang kalau kita memaksakan untuk langsung (mengenalkan generasi muda) ke tradisi itu sulit, ya ‘kan? Nah, kita harus ada jembatan untuk itu,” ujar Mahendra.

Oleh karena itu, ia menuturkan bahwa Kemenikbudristek berupaya memperkenalkan warisan budaya Indonesia, baik yang berwujud (tangible) maupun yang tak benda (intangible), dengan sentuhan teknologi kepada generasi muda.

“Berbagai kesenian, tradisi, dan sebagainya dikemas dengan cara baru, tanpa tidak meninggalkan pakemnya,” kata dia.

Mahendra pun menyatakan bahwa cerita-cerita dalam “Sandiwara Sastra Musim Kedua” disajikan dalam bentuk drama audio karena masih banyak penggemar media hiburan dengan format seperti ini.

Baca juga: Guru Besar FIB UI: Sastra dapat menjadi media diplomasi yang andal

Bahkan, lanjutnya, seri pertama dari “Sandiwara Sastra” yang dirilis pada 2020 lalu mendapatkan penghargaan dari Podcast Awards 2021 untuk kategori drama audio.

“Kita bangga sekali program podcast (siniar) ini menang mengalahkan dua ribu podcast yang lain. Itu luar biasa,” ucap Mahendra.

Program “Sandiwara Sastra Musim Kedua” mengangkat sepuluh cerita rakyat maupun legenda urban dari Aceh hingga Papua.

Cerita-cerita tersebut ditulis oleh sastrawan kenamaan Indonesia, yaitu Aprila R. Wayar, Kurnia Effendi, Putu Wijaya, Mario F. Lawi, Faisal Oddang dan Feby Indirani, Risa Saraswati, Ilya Sigma dan Priesnanda Dwisatria, Hasan Aspahani dan Ali Sadli Salim, Guntur Alam, serta Azhari Aiyub.

Baca juga: Webinar HISKI berikan wawasan teoritis terkini dalam analisis sastra

Publik dapat mengunjungi pameran poster serta mendengarkan sampel audio dari beberapa cerita yang ditampilkan dalam program ini di Lobi Gedung E, Kantor Kemendikbudristek, Jakarta, pada 30 Oktober hingga 12 November 2023.

Sementara itu, kesepuluh cerita tersebut dapat mulai dinikmati pendengar secara penuh melalui siniar mulai 3 November 2023.

Pewarta: Uyu Septiyati Liman

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023