Pemerintah Kabupaten Kediri, Jawa Timur, mengungkapkan nilai ekonomis pembenihan ikan lele mencapai Rp1,5 triliun per tahun atau setara dengan 14 miliar ekor benih lele.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Kediri Nur Hafid mengemukakan saat ini benih ikan lele menjadi salah satu unggulan Kabupaten Kediri dan memasok kebutuhan nasional.
"Kabupaten Kediri itu se-Jatim nomor satu untuk budi daya ikan lele, kalau benih nasional terbanyak. Kami juga pasok secara nasional," katanya di Kediri, Jatim, Sabtu.
Untuk jumlah pembudi daya ikan lele di Kabupaten Kediri mencapai 2.500 orang.
Baca juga: Republik Lele Kediri jadi contoh model bisnis budi daya berkelanjutan
Ia menyebut pembesaran lele konsumsi di Kabupaten Kediri per tahun mencapai 16.500 ton dengan nilai ekonomis Rp300 miliar. Sedangkan, yang untuk benih ikan lele hingga 14 miliar ekor dengan nilai ekonomis hingga Rp1,5 triliun per tahun.
Nur menambahkan saat kemarau seperti ini juga berpengaruh dengan budi daya terutama untuk pembenihan. Proses pembenihan menjadi terganggu dengan tingkat keberhasilan hidup anak lele yang berkurang serta lele bunting juga menjadi agak lama.
"Kendalanya indukan itu buntingnya agak lama, ini karena faktor cuaca. Kalau sudah begitu harga benih juga naik. Ukuran lima sentimeter itu Rp120 per ekor, sebelumnya di bawah itu. Kalau yang konsumsi sekitar Rp19 ribu per kilogram," kata dia.
Baca juga: Dua kunci sukses budi daya Lele Sangkuriang
Ia mengatakan pihaknya memberikan edukasi kepada peternak ikan lele di kabupaten ini, memberikan pendampingan soal pemberian pakan termasuk cara pembenihan ikan lele.
"Ada pelatihan. Jadi, kami fasilitasi pelatihan, kami hubungkan dengan perguruan tinggi. Protein pakan juga ditingkatkan, jadi buntingnya bisa maksimal. Bertelurnya dengan angka yang tinggi," kata dia.
Sementara itu, Muhammad Yusron, salah seorang pembudi daya ikan lele di Kabupaten Kediri, mengakui saat kemarau ada beberapa kendala yang menyebabkan budi daya menjadi tidak maksimal. Selain tingginya suhu, yang menjadi kendala adalah tingginya risiko kematian telur ikan, sehingga gagal berkembang.
Baca juga: Perusahaan berdayakan perempuan melalui budi daya lele
"Pengaruhnya banyak saat kemarau seperti ini. Kebanyakan di bulan pertama itu agak sulit karena suhu bisa lebih dari 41 derajat Celcius. Jadi, harus lebih teliti. Kalau produksi benih saat kemarau ini yang berhasil hanya 40 persen," kata dia.
Ia menambahkan peternak pun juga mempunyai cara untuk memastikan agar produksi benih tetap ada, yang salah satunya dengan teknik kawin suntik. Hal ini dilakukan karena jika kawin alami potensinya hanya sedikit yang berhasil. Sedangkan, untuk jenis ikan lele yang dibudidayakan mayoritas lele mutiara.
"Ada terobosan baru dengan kawin suntik. Jadi, tidak kawin alami. Itu bisa meningkatkan produksi. Yang alami potensi produksinya hanya 40 persen, kalau kawin suntik bisa hingga 70 persen," kata Yusron.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Kediri Nur Hafid mengemukakan saat ini benih ikan lele menjadi salah satu unggulan Kabupaten Kediri dan memasok kebutuhan nasional.
"Kabupaten Kediri itu se-Jatim nomor satu untuk budi daya ikan lele, kalau benih nasional terbanyak. Kami juga pasok secara nasional," katanya di Kediri, Jatim, Sabtu.
Untuk jumlah pembudi daya ikan lele di Kabupaten Kediri mencapai 2.500 orang.
Baca juga: Republik Lele Kediri jadi contoh model bisnis budi daya berkelanjutan
Ia menyebut pembesaran lele konsumsi di Kabupaten Kediri per tahun mencapai 16.500 ton dengan nilai ekonomis Rp300 miliar. Sedangkan, yang untuk benih ikan lele hingga 14 miliar ekor dengan nilai ekonomis hingga Rp1,5 triliun per tahun.
Nur menambahkan saat kemarau seperti ini juga berpengaruh dengan budi daya terutama untuk pembenihan. Proses pembenihan menjadi terganggu dengan tingkat keberhasilan hidup anak lele yang berkurang serta lele bunting juga menjadi agak lama.
"Kendalanya indukan itu buntingnya agak lama, ini karena faktor cuaca. Kalau sudah begitu harga benih juga naik. Ukuran lima sentimeter itu Rp120 per ekor, sebelumnya di bawah itu. Kalau yang konsumsi sekitar Rp19 ribu per kilogram," kata dia.
Baca juga: Dua kunci sukses budi daya Lele Sangkuriang
Ia mengatakan pihaknya memberikan edukasi kepada peternak ikan lele di kabupaten ini, memberikan pendampingan soal pemberian pakan termasuk cara pembenihan ikan lele.
"Ada pelatihan. Jadi, kami fasilitasi pelatihan, kami hubungkan dengan perguruan tinggi. Protein pakan juga ditingkatkan, jadi buntingnya bisa maksimal. Bertelurnya dengan angka yang tinggi," kata dia.
Sementara itu, Muhammad Yusron, salah seorang pembudi daya ikan lele di Kabupaten Kediri, mengakui saat kemarau ada beberapa kendala yang menyebabkan budi daya menjadi tidak maksimal. Selain tingginya suhu, yang menjadi kendala adalah tingginya risiko kematian telur ikan, sehingga gagal berkembang.
Baca juga: Perusahaan berdayakan perempuan melalui budi daya lele
"Pengaruhnya banyak saat kemarau seperti ini. Kebanyakan di bulan pertama itu agak sulit karena suhu bisa lebih dari 41 derajat Celcius. Jadi, harus lebih teliti. Kalau produksi benih saat kemarau ini yang berhasil hanya 40 persen," kata dia.
Ia menambahkan peternak pun juga mempunyai cara untuk memastikan agar produksi benih tetap ada, yang salah satunya dengan teknik kawin suntik. Hal ini dilakukan karena jika kawin alami potensinya hanya sedikit yang berhasil. Sedangkan, untuk jenis ikan lele yang dibudidayakan mayoritas lele mutiara.
"Ada terobosan baru dengan kawin suntik. Jadi, tidak kawin alami. Itu bisa meningkatkan produksi. Yang alami potensi produksinya hanya 40 persen, kalau kawin suntik bisa hingga 70 persen," kata Yusron.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023