Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Pancasila (UP), Prof. Dr. Yusi Anggriani M.Kes, Apt mengatakan, sejauh ini pengawasan yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah melakukan tugas dan fungsinya dengan baik.
"Kalau berdasarkan hasil studi kita ya terlihat, dari hasil studi Systematic Tracking of At-Risk Medicines (Starmed) itu tidak jauh berbeda dengan hasil pengawasan yang dilakukan oleh BPOM, walaupun jumlah sampel kami lebih kecil," kata Prof. Yusi Anggriani usai acara Kelas Jurnalis yang membahas tentang Obat-obatan di Jakarta, Selasa.
Yusi mengatakan, studi yang kami lakukan ternyata memang dalam pengawasan obat itu banyak tantangan, seperti ketersediaan anggaran dan sumber daya manusia apalagi melakukan pengawasan produk yang begitu besar di Indonesia.
"Kalau kita bandingkan dengan studi di negara lain, bahwa negara lain itu mempunyai anggaran yang cukup besar untuk menjamin agar obat itu bisa aman dan bermutu untuk dikonsumsi masyarakat," katanya.
Baca juga: Universitas Pancasila kerja sama dengan Himpunan Psikologi Indonesia
Baca juga: Universitas Pancasila beri penyuluhan Bahaya Sinyal dan Radiasi kepada Guru PAUD Depok
Dikatakannya dari sisi fungsinya BPOM telah menjalankan dengan baik, tinggal mengoptimalkan bagaimana satu dari SDM, kemudian yang kedua anggaran dan yang ketiga mungkin infrastruktur karena Indonesia yang sangat luas.
"Namun kita kan harus realistis. Kalau mau nuntut bagus ya harus didukung dengan anggaran dan SDM yang cukup. Kalau misalnya kurang, ya tetap fungsinya sudah dilakukan, tetapi belum optimal," ujar dia.
Menurut dia, dari sisi studi ini sudah kelihatan bahwa BPOM sudah berusaha sekuat tenaga menjamin obat agar tetap aman. "Tetapi mungkin karena keterbatasan yang ada untuk itu harus dipikirkan bersama," katanya.
Baca juga: Universitas Pancasila berdayakan perempuan dengan edukasi membuat yoghurtBaca juga: Universitas Pancasila berdayakan perempuan dengan edukasi membuat yoghurt
Lebih lanjut Yusi mengatakan untuk itu Universitas Pancasila dengan project Systematic Tracking of At-Risk Medicines (Starmed) melakukan salah satu aspek kegiatan yang berwujud untuk pengabdian kepada masyarakat.
Salah satu program itu adalah dengan menggelar pelatihan untuk para jurnalis. "Jadi kita memberikan info kepada para jurnalis terkait dengan bagaimana sebenarnya pengawasan mutu obat di Indonesia," katanya.
Tujuannya supaya pengetahuan tentang bidang farmasi bisa disebarluaskan ke masyarakat. Bagaimana bahwa obat itu harus dipastikan keamanan mutu ketersediaannya," ucap dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
"Kalau berdasarkan hasil studi kita ya terlihat, dari hasil studi Systematic Tracking of At-Risk Medicines (Starmed) itu tidak jauh berbeda dengan hasil pengawasan yang dilakukan oleh BPOM, walaupun jumlah sampel kami lebih kecil," kata Prof. Yusi Anggriani usai acara Kelas Jurnalis yang membahas tentang Obat-obatan di Jakarta, Selasa.
Yusi mengatakan, studi yang kami lakukan ternyata memang dalam pengawasan obat itu banyak tantangan, seperti ketersediaan anggaran dan sumber daya manusia apalagi melakukan pengawasan produk yang begitu besar di Indonesia.
"Kalau kita bandingkan dengan studi di negara lain, bahwa negara lain itu mempunyai anggaran yang cukup besar untuk menjamin agar obat itu bisa aman dan bermutu untuk dikonsumsi masyarakat," katanya.
Baca juga: Universitas Pancasila kerja sama dengan Himpunan Psikologi Indonesia
Baca juga: Universitas Pancasila beri penyuluhan Bahaya Sinyal dan Radiasi kepada Guru PAUD Depok
Dikatakannya dari sisi fungsinya BPOM telah menjalankan dengan baik, tinggal mengoptimalkan bagaimana satu dari SDM, kemudian yang kedua anggaran dan yang ketiga mungkin infrastruktur karena Indonesia yang sangat luas.
"Namun kita kan harus realistis. Kalau mau nuntut bagus ya harus didukung dengan anggaran dan SDM yang cukup. Kalau misalnya kurang, ya tetap fungsinya sudah dilakukan, tetapi belum optimal," ujar dia.
Menurut dia, dari sisi studi ini sudah kelihatan bahwa BPOM sudah berusaha sekuat tenaga menjamin obat agar tetap aman. "Tetapi mungkin karena keterbatasan yang ada untuk itu harus dipikirkan bersama," katanya.
Baca juga: Universitas Pancasila berdayakan perempuan dengan edukasi membuat yoghurtBaca juga: Universitas Pancasila berdayakan perempuan dengan edukasi membuat yoghurt
Lebih lanjut Yusi mengatakan untuk itu Universitas Pancasila dengan project Systematic Tracking of At-Risk Medicines (Starmed) melakukan salah satu aspek kegiatan yang berwujud untuk pengabdian kepada masyarakat.
Salah satu program itu adalah dengan menggelar pelatihan untuk para jurnalis. "Jadi kita memberikan info kepada para jurnalis terkait dengan bagaimana sebenarnya pengawasan mutu obat di Indonesia," katanya.
Tujuannya supaya pengetahuan tentang bidang farmasi bisa disebarluaskan ke masyarakat. Bagaimana bahwa obat itu harus dipastikan keamanan mutu ketersediaannya," ucap dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023