Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) sedang mengembangkan sistem critical infrastructure untuk memitigasi kemampuan peralatan dan fasilitas pendukung produksi migas.

Langkah tersebut dilakukan untuk memastikan keandalan peralatan dan fasilitas produksi dalam mendukung optimasi produksi.

Kepala Divisi Produksi dan Pemeliharaan SKK Migas Bambang Prayoga melalui keterangan yang diterima di Kabupaten Badung, Bali, Jumat mengatakan selama ini terdapat beberapa permasalahan dalam manajemen fasilitas produksi, di antaranya kurangnya kontrol, ketersediaan peralatan, kemampuan kapasitas dari infrastruktur, dan tantangan keekonomian.

Baca juga: LKBN ANTARA raih penghargaan sebagai media terbaik dari SKK Migas

Hal itu disampaikannnya di sela concurrent forum bertema Advancing Oil and Gas Production Through Facility Management pada International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIUOG) 2023 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kabupaten Badung, Bali, Rabu (20/9/2023).

Menurutnya, salah satu poin krusial untuk mengatasi tantangan tersebut ialah melalui pendataan komprehensif yang dilakukan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dan SKK Migas. Melalui pendataan tersebut akan ditentukan rencana pemeliharaan maupun pemanfaatan fasilitas ataupun peralatan di masa depan.

"SKK Migas mengembangkan PC 2B, yaitu sistem cricital infrastructure. Sistem ini untuk memudahkan investor dalam mengambil keputusan investasi. Ini dapat langsung diawasi oleh KKKS," ungkap Bambang.

Baca juga: Ini 10 potensi wilayah cadangan migas Indonesia

 

Pewarta: Benardy Ferdiansyah

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023