Promosi Kesehatan di Rumah Sakit masih belum menjadi isu yang  “seksi”, alias hanya program sambilan yang terselip pada instalasi rawat jalan dan hanya menjadi   extra cost “ untuk rumah sakit.

Contohnya dengan menyelipkan leaflet-leaflet, Brosur pada meja-meja unit Rawat Jalan.

Mengapa promosi kesehatan masih belum dikenal oleh masyarakat karena sebagian dari masyarakat umum masih menganggap pelayanan kesehatan lebih dikenal dari upaya kuratif dan rehabilitatif saja.

Masyarakat masih merasakan paradigma sakit bukan ke arah paradigma sehat.

Saat ini belum semua RS di Kota Bogor melaksanakan PKRS, PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan KTR dengan optimal, bahkan mungkin ada RS yang belum memiliki sama sekali instalasi/unit PKRS.

Hal ini kemungkinan disebabkan beberapa hal diantaranya belum tersosialisasikan, belum menjadi prioritas, kekurangan SDM,serta kurangnya sarana prasarana pendukung.

Hal ini dibuktikan melalui capaian penerapan PHBS tatanan sarana pelayanan kesehatan di Kota Bogor terdapat penurunan dari 98,3% (Tahun 2014) menjadi 93,4% (Tahun 2015) dan 2 indikator penyumbang terbesar penurunan adalah penerapan indikator jamban sehat (42,1%) terutama di sub indikator penyediaan jamban sehat untuk laki-laki dan perempuan serta indikator tidak meludah sembarangan (77,7%) terutama untuk sub indikator penyediaan slogan/informasi terkait larangan meludah sembarangan.

Selanjutnya penerapan KTR juga mengalami penurunan capaian yaitu 98% (Tahun 2014) menjadi 84,6% (tahun 2015), hal tersebut kemungkinan dikarenakan kurangnya komitmen pimpinan, dan ketiadaan satgas atau tim pengawas internal yang setiap saat melakukan pemantauan di lingkungan sarana kesehatan.

Seharusnya dalam melaksanakan fungsi sebagai pemberi layanan promotif dan preventif serta kuratif dan rehabilitative, Rumah Sakit  harus menyelenggarakan PKRS.

Promosi Kesehatan di Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya RS untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM), melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, sesuai sosial budaya serta didukung kebijakan publik berwawasan kesehatan.

Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya pembinaan secara berkala untuk memperkuat penerapan PKRS di Rumah Sakit-Rumah Sakit di Kota Bogor.

Melalui pada pertemuan yang dilakukan pada tanggal 26 September 2016 yang diadakan di RS Vania yang berlamat di Jalan Siliwangi No.11a Kota Bogor, yang terdiri dari perwakilan Rumah Sakit di Kota Bogor,  perwakilan Dinas Kesehatan Kota Bogor, Rumah Sakit Doctor Haji Marzoeki Mahdi, RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi yang telah mengembangkan pilot project pengembangan model promosi kesehatan rumah sakit diharapkan mampu menguatkan komitmen direktur atau pimpinanan rumah sakit di Kota Bogor dalam mewujudkan rumah sakit berbasis promosi kesehatan, serta meningkatkan peran rumah sakit dalam mengatasi dampak perubahan iklim.

Selanjutnya, dengan pertemuan Pembinaan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit ini diharapkan mampu menguatkan peran promosi kesehatan rumah sakit untuk mewujudkan Kota Bogor Sehat.

Keberhasilan Promosi Kesehatan bukanlah tanggung jawab dari pemerintah saja, sebenarnya jika promosi kesehatan berhasil pada suatu Rumah Sakit hal ini akan meningkatkan nama baik  atau citra dari rumah sakit itu sendiri, hal ini memang tidak mudah dan memerlukan waktu dan jika pihak swasta ataupun dari Rumah Sakit mempunyai kreatifitas dalam mengembangkan Rumah sakitnya hal ini bisa menjadi keuntungan untuk sisi bisnis selain fungsi sosial yang dikembangkan di Rumah Sakit Kota Bogor.

Pewarta: Dinas Kesehatan Kota Bogor

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016