Jakarta (Antara Megapolitan) - Program teknik pertanian konservasi (Conservation Agriculture/CA) yang digagas Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) bekerja sama dengan Kementerian Pertanian telah melibatkan 6.000 petani di Indonesia.

"Sebanyak 6.000 orang petani itu adalah anggota 264 kelompok tani di mana sepertiga anggotanya adalah petani perempuan," kata pernyataan bersama FAO-Kementan RI yang diwakili Kepala Perwakilan FAO di Indonesia Mark Smulders dan Kepala Badan Litbang Kementan Dr Ir Muhammad Syakir di Jakarta, Selasa.

Pernyataan bersama itu dihasilkan pada konsultasi nasional "Pertanian Konservasi mendukung Kedaulatan Pangan Indonesia".

Selama tiga tahun terakhir, FAO bekerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan (Badan Litbang) Pertanian Kementan memperkenalkan teknik pertanian konservasi itu di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Program pertanian konservasi tersebar di sembilan kabupaten, 27 kecamatan dan 65 desa di NTT dan NTB.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya adaptasi petani terhadap perubahan iklim.

Tiga prinsip utama pertanian konservasi adalah, pertama pengolahan tanah seringan-ringannya, kedua, penutupan permukaan tanah secara permanen, dan ketiga rotasi tanaman dengan kacang-kacangan.

Konsultasi nasional itu sendiri bertujuan untuk membangun jaringan kelembagaan dan memulai proses adopsi kebijakan nasional untuk menerapkan tehnik ini pada wilayah lain di Indonesia.

Selain menyasar kepada para petani, program pertanian konservasi itu juga diberikan kepada para penyuluh pertanian.

Melalui kerja sama dengan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) NTT dan Badan Koordinasi Penyuluhan (BAKORLUH) NTB, kegiatan pertanian konservasi dikembangkan melalui pelatihan bagi para penyuluh.

Pelatihan pertanian konservasi di tingkat Provinsi NTT dan NTB diikuti oleh 49 orang penyuluh dari 10 kabupaten di NTT dan NTB.

Selanjutnya di masing-masing kabupaten sasaran telah dilaksanakan pelatihan yang diikuti oleh para penyuluh dari lima Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) dan Sekolah Kejuruan Pertanian.

Jumlah keseluruhan peserta pelatihan pertanian konservasi adalah 275 orang penyuluh, 30 orang guru dan 321 orang siswa Sekolah Kejuruan Pertanian.

Dalam kurun waktu tersebut teknik pertanian konservasi telah berhasil meningkatkan hasil jagung rata-rata 77 persen dari praktik pertanian konvensional.

Kepala Badan Litbang Kementan Muhammad Syakir menyambut baik hasil yang positif dari program ini dan akan menerapkan teknik-teknik pertanian konservasi di daerah-daerah lain di Indonesia.

Kepala Perwakilan FAO di Indonesia Mark Smulders menyatakan bahwa visi FAO adalah perubahan iklim, kemiskinan dan kelaparan harus dihadapi secara bersama.

Karena itu, FAO berkolaborasi dengan pemerintah Indonesia telah berhasil memperkenalkan teknik pertanian konservasi di NTB dan NTT yang ternyata dapat meningkatkan hasil secara nyata.

"Serta menjadikan sistem pertanian lebih tangguh dalam menghadapi perubahan iklim," katanya.

Sedangkan pimpinan Komisi IV DPR RI Herman Khaeron yang ikut dalam konsultasi itu menegaskan bahwa pertanian konservasi merupakan hal yang cukup prospektif dalam meningkatkan kesejahteraan petani.

"Terutama bagi para petani yang bekerja di lahan kering," katanya.

Pewarta: Andy Jauhari

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016