Kualitas udara di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya memang menjadi perbincangan belakangan ini. Banyak yang mengira jika kondisi udara yang buruk ini disebabkan karena polusi limbah pabrik hingga polusi kendaraan.
Namun udara yang buruk juga dapat berasal dari lingkungan luar maupun lingkungan di dalam rumah. Tentu saja kita semua tidak menginginkan kondisi ini berdampak buruk bagi kesehatan kita dan keluarga.
Udara bersih sangat dibutuhkan oleh manusia untuk bernafas. Tujuannya adalah agar paru-paru kita yang menghirup udara bersih dapat bekerja dengan baik dan sirkulasi udara dalam tubuh pun berjalan dengan baik.
Bila berbicara mengenai udara, ternyata ada jenis udara yang justru membuat tubuh manusia tidak sehat. Udara tersebut merupakan udara kotor yang berasal dari debu dan polusi.
Pada dasarnya udara di bumi saat ini memang tidak bisa bersih 100 persen dari polutan. Semakin hari jumlah kendaraan, gas-gas sisa dari aktivitas manusia dan ada pula proses alam yang juga mengotori atmosfir.
Pencemaran udara dari aktivitas manusia juga memiliki kadar yang aman dan ada pula yang beracun. Udara yang tidak lagi bisa dikatakan bersih karena kadar racun di dalamnya sudah melebihi ambang aman bagi kesehatan.
Polusi udara adalah bahaya bagi kesehatan semua orang. Menurut data WHO, sebanyak 91 persen penduduk dunia tinggal di tempat yang sangat terpolusi, dengan 600 ribu kematian dini per tahun sebagai akibatnya. Menghirup udara terpolusi terkait dengan berbagai macam penyakit, mulai dari gangguan pernafasan, infeksi telinga, serangan jantung, hingga kanker.
Baca juga: IKU KLHK: Surabaya Jatim masuk 10 besar kota kualitas udara terbersih di Indonesia
Gangguan mental anak
Namun, anak-anak adalah kelompok yang paling rentan terhadap polusi. Anak-anak masih dalam masa pertumbuhan, sehingga fungsi organ mereka belumlah sempurna.
Salah satu organ anak yang sedang berkembang adalah paru-paru. Dengan paru-paru yang lebih kecil dan aktifnya mereka bergerak, anak-anak bernafas 2-3 kali lebih banyak dari orang dewasa. Sebagai hasilnya, kebutuhan anak akan udara bersih pun sangat besar.
Jika anak menghirup udara terpolusi, dampaknya sangatlah besar. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang menghirup udara terpolusi akan terhambat pertumbuhan paru-parunya (stunted) sehingga mereka rawan terkena infeksi pernafasan seperti asma dan bronkitis. Belum lagi berbagai macam penyakit seperti diabetes, infeksi telinga, sampai kanker.
Kecerdasan anak pun turut terdampak. Sebuah penelitian mengungkap bahwa kenaikan partikel PM2,5 sebanyak 2,5 µg/m3 di dalam rumah seorang anak dapat menurunkan IQ anak tersebut sebanyak 1 poin. Tidak hanya itu, kemampuan anak berkonsentrasi dan mengingat pun berkurang.
Namun, yang jarang diketahui adalah polusi udara juga dapat berdampak pada perkembangan mental anak.
Penelitian yang dilakukan oleh University of Chinese Academy of Sciences, University of Birmingham, dan McGill University menunjukkan, udara terpolusi meningkatkan risiko anak terkena autisme hingga 78 persen. Tingginya jumlah PM2,5 diketahui mengubah struktur prefrontal cortex, bagian otak yang mengendalikan dorongan (impulse) pada anak.
Apakah penyebabnya? Polutan dalam udara kotor dengan cepat memasuki aliran darah dan masuk ke otak, dan mempengaruhi neuron, sel yang mengirim sinyal ke otak dan menjadi dasar perkembangan fisik dan kognitif anak.
Semakin tinggi jumlah polutan terhirup, aliran darah menuju neuron berkurang, sehingga fungsi otak terganggu. Hal inilah yang kemudian memicu gangguan mental pada anak, seperti autisme, agresivitas, depresi, hingga skizofrenia.
Temuan-temuan ini membuktikan bahwa perkembangan mental seorang anak sangat dipengaruhi oleh kualitas udara, bahkan sebelum anak tersebut lahir. Ini dikarenakan otak anak masih dalam masa perkembangan, sehingga sangat sensitif terhadap gangguan sekecil apapun. Apalagi jika melihat fakta bahwa 75 persen masalah kesehatan mental dimulai pada masa kanak-kanak, ketika otak sedang berkembang pesat.
Baca juga: 700 gedung milik swasta di DKI Jakarta siap pasang "water mist generator".
Manfaat udara bersih
Udara bersih dan segar memiliki banyak manfaat bagi kesehatan fisik dan mental manusia. Udara segar mengandung banyak oksigen yang dibutuhkan sel tubuh.
Menghirup udara bersih meningkatkan pasokan oksigen ke dalam darah yang membantu keseluruhan organ tubuh berfungsi lebih baik serta membersihkan saluran pernapasan dan paru-paru dari berbagai zat berbahaya seperti polusi dan debu. Itu bermanfaat menjaga kesehatan paru-paru dan mengurangi risiko gangguan pernapasan asma dan bronkitis.
Manfaat lainnya, dengan menghirup udara segar akan meredakan stres, meningkatkan suasana hati, dan mengurangi kecemasan.
Kedua, lingkungan alami yang bersih udaranya dan banyak oksigen mampu meningkatkan kreativitas dan kemampuan berpikir. Waktu di luar ruangan membantu otak untuk menghasilkan ide-ide segar dan solusi kreatif.
Ketiga, menghirup udara segar juga bermanfaat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Terakhir menghabiskan waktu di alam terbuka dan menghirup udara segar mampu meningkatkan kualitas tidur.
Oleh karena itu, kita perlu berupaya untuk memperbaiki kualitas udara di lingkungan sekitar.
Memperbaiki kualitas udara di lingkungan sekitar dapat dimulai dari diri sendiri pada lingkup kecil seperti keluarga dengan langkah mudah dan sederhana.
Berikut langkah-langkah yang yang disarankan oleh WHO agar dapat memastikan kualitas udara tetap baik untuk pernapasan manusia yakni menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan,
mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan beralih ke transportasi umum.
Beralih berjalan kaki atau bersepeda untuk perjalanan jarak dekat, kemudian mengurangi kegiatan membakar sampah di luar ruangan, mendaur ulang barang-barang yang sudah tidak dipakai dan berhenti merokok.
Baca juga: Pakar sebut pemerintah perlu bekerja keras agar kualitas udara menjadi lebih baik
Kualitas udara
Kota Surabaya, Jawa Timur, menjadi salah satu daerah yang kualitas udaranya masuk kategori terbaik di Indonesia. Berdasarkan data indeks kualitas udara (IKU) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK RI), Kota Surabaya menduduki urutan pertama dari 10 daerah lain di Indonesia.
Berdasarkan IKU KLHK, Surabaya memiliki skor 23 pada Senin (11/9/2023) pukul 20.00 WIB. Pada waktu tersebut, kualitas udara Surabaya tergolong baik yang berarti kadar polutan di udara Surabaya sangat minim. Selanjutnya, Semarang menempati posisi kedua dengan indeks kualitas udara 27. Berikutnya, ada Jayapura di posisi ketiga dengan indeks kualitas udara 29.
Sedangkan pada Selasa (12/9/2023), Surabaya turun di peringkat kedua dengan skor 28. Untuk peringkat pertama diraih Kupang, Nusa Tenggara Timur (BTT) dengan skor 21 dan ketiga Manado, Sulawesi Utara dengan skor 35.
Kualitas udara di Surabaya menunjukkan skor IKU 23 menunjukkan bahwa kadar polutan di Kota Pahlawan sangat minim. Nilai tersebut berdasarkan klasifikasi IKU KLHK RI yang diatur dalam Peraturan Menteri LHK Nomor 14 Tahun 2020, yakni dengan parameter 0-50 baik, 51-100 sedang, 101-200 tidak sehat, 201-300 sangat tidak sehat, dan 300+ berbahaya.
Salah satunya upaya menjaga IKU agar tetap baik selama ini di Surabaya adalah dengan cara memperbanyak ruang terbuka hijau (RTH), meningkatkan uji emisi pada kendaraan bermotor. Bahkan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan melakukan pengukuran waktu berhenti di traffic light (lampu lalu lintas).
Dampak dari pengaturan waktu berhenti di lampu merah tidak akan maksimal, jika tak diimbangi dengan perubahan waktu mobilitas masyarakat di Kota Surabaya. Jika mobilitas warga terjadi pada jam yang sama, maka secara otomatis polusi udara akan semakin meningkat sehingga menyebabkan kualitas udara buruk.
Instansi pemerintahan, perusahaan maupun pabrik di Kota Surabaya juga diminta melakukan rotasi pegawai untuk berada di pekerjaan yang dekat rumah, seperti yang diterapkan terhadap jajaran di Pemkot Surabaya saat ini.
Selain itu, perusahaan dan pabrik diminta untuk berpartisipasi menjaga kualitas udara di Surabaya.
Tak hanya meningkatkan pengawasan di kawasan industri saja, dalam hal menjaga kualitas udara, pemkot terus menggaungkan budaya naik transportasi umum seperti yang ia lakukan bersama jajarannya di pemkot.
Sejauh ini, pemkot telah berupaya meningkatkan fasilitas transportasi umum perkotaan mulai dari adanya Suroboyo Bus dan Trans Semanggi untuk menjangkau wilayah perkotaan hingga layanan pengumpan (feeder) Wira-Wiri untuk menjangkau di kawasan perkampungan.
Agar gerakan budaya naik transportasi umum di Surabaya menjadi efektif maka harus dimulai dari aparatur sipil negara (ASN). Hal itu sudah dilakukan sebagian ASN, tapi belum maksimal. Untuk itu, perlu membiasakan diri. Jadi ASN perlu memberikan contoh terlebih dahulu sebelum masyarakat mengikuti.
Semoga semua itu menjadi ikhtiar bersama untuk menciptakan lingkungan yang baik dengan udara yang bersih dan segar. Salam hidup sehat.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
Namun udara yang buruk juga dapat berasal dari lingkungan luar maupun lingkungan di dalam rumah. Tentu saja kita semua tidak menginginkan kondisi ini berdampak buruk bagi kesehatan kita dan keluarga.
Udara bersih sangat dibutuhkan oleh manusia untuk bernafas. Tujuannya adalah agar paru-paru kita yang menghirup udara bersih dapat bekerja dengan baik dan sirkulasi udara dalam tubuh pun berjalan dengan baik.
Bila berbicara mengenai udara, ternyata ada jenis udara yang justru membuat tubuh manusia tidak sehat. Udara tersebut merupakan udara kotor yang berasal dari debu dan polusi.
Pada dasarnya udara di bumi saat ini memang tidak bisa bersih 100 persen dari polutan. Semakin hari jumlah kendaraan, gas-gas sisa dari aktivitas manusia dan ada pula proses alam yang juga mengotori atmosfir.
Pencemaran udara dari aktivitas manusia juga memiliki kadar yang aman dan ada pula yang beracun. Udara yang tidak lagi bisa dikatakan bersih karena kadar racun di dalamnya sudah melebihi ambang aman bagi kesehatan.
Polusi udara adalah bahaya bagi kesehatan semua orang. Menurut data WHO, sebanyak 91 persen penduduk dunia tinggal di tempat yang sangat terpolusi, dengan 600 ribu kematian dini per tahun sebagai akibatnya. Menghirup udara terpolusi terkait dengan berbagai macam penyakit, mulai dari gangguan pernafasan, infeksi telinga, serangan jantung, hingga kanker.
Baca juga: IKU KLHK: Surabaya Jatim masuk 10 besar kota kualitas udara terbersih di Indonesia
Gangguan mental anak
Namun, anak-anak adalah kelompok yang paling rentan terhadap polusi. Anak-anak masih dalam masa pertumbuhan, sehingga fungsi organ mereka belumlah sempurna.
Salah satu organ anak yang sedang berkembang adalah paru-paru. Dengan paru-paru yang lebih kecil dan aktifnya mereka bergerak, anak-anak bernafas 2-3 kali lebih banyak dari orang dewasa. Sebagai hasilnya, kebutuhan anak akan udara bersih pun sangat besar.
Jika anak menghirup udara terpolusi, dampaknya sangatlah besar. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang menghirup udara terpolusi akan terhambat pertumbuhan paru-parunya (stunted) sehingga mereka rawan terkena infeksi pernafasan seperti asma dan bronkitis. Belum lagi berbagai macam penyakit seperti diabetes, infeksi telinga, sampai kanker.
Kecerdasan anak pun turut terdampak. Sebuah penelitian mengungkap bahwa kenaikan partikel PM2,5 sebanyak 2,5 µg/m3 di dalam rumah seorang anak dapat menurunkan IQ anak tersebut sebanyak 1 poin. Tidak hanya itu, kemampuan anak berkonsentrasi dan mengingat pun berkurang.
Namun, yang jarang diketahui adalah polusi udara juga dapat berdampak pada perkembangan mental anak.
Penelitian yang dilakukan oleh University of Chinese Academy of Sciences, University of Birmingham, dan McGill University menunjukkan, udara terpolusi meningkatkan risiko anak terkena autisme hingga 78 persen. Tingginya jumlah PM2,5 diketahui mengubah struktur prefrontal cortex, bagian otak yang mengendalikan dorongan (impulse) pada anak.
Apakah penyebabnya? Polutan dalam udara kotor dengan cepat memasuki aliran darah dan masuk ke otak, dan mempengaruhi neuron, sel yang mengirim sinyal ke otak dan menjadi dasar perkembangan fisik dan kognitif anak.
Semakin tinggi jumlah polutan terhirup, aliran darah menuju neuron berkurang, sehingga fungsi otak terganggu. Hal inilah yang kemudian memicu gangguan mental pada anak, seperti autisme, agresivitas, depresi, hingga skizofrenia.
Temuan-temuan ini membuktikan bahwa perkembangan mental seorang anak sangat dipengaruhi oleh kualitas udara, bahkan sebelum anak tersebut lahir. Ini dikarenakan otak anak masih dalam masa perkembangan, sehingga sangat sensitif terhadap gangguan sekecil apapun. Apalagi jika melihat fakta bahwa 75 persen masalah kesehatan mental dimulai pada masa kanak-kanak, ketika otak sedang berkembang pesat.
Baca juga: 700 gedung milik swasta di DKI Jakarta siap pasang "water mist generator".
Manfaat udara bersih
Udara bersih dan segar memiliki banyak manfaat bagi kesehatan fisik dan mental manusia. Udara segar mengandung banyak oksigen yang dibutuhkan sel tubuh.
Menghirup udara bersih meningkatkan pasokan oksigen ke dalam darah yang membantu keseluruhan organ tubuh berfungsi lebih baik serta membersihkan saluran pernapasan dan paru-paru dari berbagai zat berbahaya seperti polusi dan debu. Itu bermanfaat menjaga kesehatan paru-paru dan mengurangi risiko gangguan pernapasan asma dan bronkitis.
Manfaat lainnya, dengan menghirup udara segar akan meredakan stres, meningkatkan suasana hati, dan mengurangi kecemasan.
Kedua, lingkungan alami yang bersih udaranya dan banyak oksigen mampu meningkatkan kreativitas dan kemampuan berpikir. Waktu di luar ruangan membantu otak untuk menghasilkan ide-ide segar dan solusi kreatif.
Ketiga, menghirup udara segar juga bermanfaat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Terakhir menghabiskan waktu di alam terbuka dan menghirup udara segar mampu meningkatkan kualitas tidur.
Oleh karena itu, kita perlu berupaya untuk memperbaiki kualitas udara di lingkungan sekitar.
Memperbaiki kualitas udara di lingkungan sekitar dapat dimulai dari diri sendiri pada lingkup kecil seperti keluarga dengan langkah mudah dan sederhana.
Berikut langkah-langkah yang yang disarankan oleh WHO agar dapat memastikan kualitas udara tetap baik untuk pernapasan manusia yakni menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan,
mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan beralih ke transportasi umum.
Beralih berjalan kaki atau bersepeda untuk perjalanan jarak dekat, kemudian mengurangi kegiatan membakar sampah di luar ruangan, mendaur ulang barang-barang yang sudah tidak dipakai dan berhenti merokok.
Baca juga: Pakar sebut pemerintah perlu bekerja keras agar kualitas udara menjadi lebih baik
Kualitas udara
Kota Surabaya, Jawa Timur, menjadi salah satu daerah yang kualitas udaranya masuk kategori terbaik di Indonesia. Berdasarkan data indeks kualitas udara (IKU) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK RI), Kota Surabaya menduduki urutan pertama dari 10 daerah lain di Indonesia.
Berdasarkan IKU KLHK, Surabaya memiliki skor 23 pada Senin (11/9/2023) pukul 20.00 WIB. Pada waktu tersebut, kualitas udara Surabaya tergolong baik yang berarti kadar polutan di udara Surabaya sangat minim. Selanjutnya, Semarang menempati posisi kedua dengan indeks kualitas udara 27. Berikutnya, ada Jayapura di posisi ketiga dengan indeks kualitas udara 29.
Sedangkan pada Selasa (12/9/2023), Surabaya turun di peringkat kedua dengan skor 28. Untuk peringkat pertama diraih Kupang, Nusa Tenggara Timur (BTT) dengan skor 21 dan ketiga Manado, Sulawesi Utara dengan skor 35.
Kualitas udara di Surabaya menunjukkan skor IKU 23 menunjukkan bahwa kadar polutan di Kota Pahlawan sangat minim. Nilai tersebut berdasarkan klasifikasi IKU KLHK RI yang diatur dalam Peraturan Menteri LHK Nomor 14 Tahun 2020, yakni dengan parameter 0-50 baik, 51-100 sedang, 101-200 tidak sehat, 201-300 sangat tidak sehat, dan 300+ berbahaya.
Salah satunya upaya menjaga IKU agar tetap baik selama ini di Surabaya adalah dengan cara memperbanyak ruang terbuka hijau (RTH), meningkatkan uji emisi pada kendaraan bermotor. Bahkan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan melakukan pengukuran waktu berhenti di traffic light (lampu lalu lintas).
Dampak dari pengaturan waktu berhenti di lampu merah tidak akan maksimal, jika tak diimbangi dengan perubahan waktu mobilitas masyarakat di Kota Surabaya. Jika mobilitas warga terjadi pada jam yang sama, maka secara otomatis polusi udara akan semakin meningkat sehingga menyebabkan kualitas udara buruk.
Instansi pemerintahan, perusahaan maupun pabrik di Kota Surabaya juga diminta melakukan rotasi pegawai untuk berada di pekerjaan yang dekat rumah, seperti yang diterapkan terhadap jajaran di Pemkot Surabaya saat ini.
Selain itu, perusahaan dan pabrik diminta untuk berpartisipasi menjaga kualitas udara di Surabaya.
Tak hanya meningkatkan pengawasan di kawasan industri saja, dalam hal menjaga kualitas udara, pemkot terus menggaungkan budaya naik transportasi umum seperti yang ia lakukan bersama jajarannya di pemkot.
Sejauh ini, pemkot telah berupaya meningkatkan fasilitas transportasi umum perkotaan mulai dari adanya Suroboyo Bus dan Trans Semanggi untuk menjangkau wilayah perkotaan hingga layanan pengumpan (feeder) Wira-Wiri untuk menjangkau di kawasan perkampungan.
Agar gerakan budaya naik transportasi umum di Surabaya menjadi efektif maka harus dimulai dari aparatur sipil negara (ASN). Hal itu sudah dilakukan sebagian ASN, tapi belum maksimal. Untuk itu, perlu membiasakan diri. Jadi ASN perlu memberikan contoh terlebih dahulu sebelum masyarakat mengikuti.
Semoga semua itu menjadi ikhtiar bersama untuk menciptakan lingkungan yang baik dengan udara yang bersih dan segar. Salam hidup sehat.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023