Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi, Koto Bogor akan dilanda cuaca ekstrim sampai dengan awal tahun 2017 mendatang. Intensitas hujan yang tinggi memang terjadi akhir-akhir ini. Seluruh wilayah di Jawa Barat saat ini sudah memasuki musim penghujan. Bahkan beberapa daerah seperti Garut, Sumedang, Ciamis, Sukabumi dan Bandung sudah dilanda banjir.
Banjir juga bisa terjadi di Kota Bogor. Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor, Ganjar Gunawan, ada beberapa wilayah di Kota Bogor yang rawan banjir dan tanah longsor. Terutama banjir lintasan yang mengancam pemukiman di wilayah pinggiran aliran Ciliwung dan Cisadane. Banjir juga rawan terjadi apabila drainase tidak bisa berfungsi secara optimal.
Berdasarkan catatan BPBD Kota Bogor, sampai dengan Oktober 2016 telah terjadi berbagai bencana di Kota Bogor. Tercatat ada 20 kali banjir, 50 kali longsor, 55 kali kebakaran, 7 kali puting beliung, 29 kali pohon tumbang dan 24 kali rumah roboh.
Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kembali berbagai bencana alam, Pemerintah Kota Bogor pertengahan November lalu menggelar Apel Kesiapsiagaan Bencana. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memeriksa kesiapan seluruh jajaran perangkat daerah Pemerintah Kota Bogor dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana. Pada kegiatan itu juga dicanangkan Gerakan Bersama Tanggap Bencana.
Usai apel, Walikota Bogor bersama 200 peserta apel segera bergerak ke Jalan Pengadilan untuk melakukan kegiatan bebersih. Termasuk memeriksa dan membersihkan drainase di sepanjang Jalan Pengadilan.
Lebih lanjut, Pemerintah Kota Bogor juga melakukan normalisasi drainase di beberapa lokasi. Selain di Jalan Pengadilan, juga dilakukan pembersihan drainase di kawasan Pasar Anyar dan Stasiun Bogor. Pembersihan drainase di Stasiun Bogor ditujukan untuk mencegah banjir seperti yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Jika banjir sampai berulang, dapat dipastikan perjalanan kereta api bisa terganggu.
Kegiatan normalisasi drainase itu berlangsung lebih dari dua minggu. Menerjunkan 24 petugas Preservasi Jalan, Drainase dan Jalan dari Dinas Bina Marga dan Sumberdaya Air Kota Bogor. Mereka mulai bekerja pada jam 06.00 pagi setiap hari. Bahkan Walikota Bogor menyempatkan diri untuk ikut membersihkan gorong-gorong tersebut.
Sampah memang sudah menumpuk di drainase itu. Berbagai jenis limbah berjejalan di dalamnya. Mulai dari gumpalan tali-tali rafia, potongan kayu, kardus, botol plastik sampai dengan endapan lumpur yang sudah meninggi. Setiap kali dikeruk, volume sampah yang terkumpul bisa mencapai lebih dari 4 meter kubik yang langsung diangkut dengan menggunakan truk sampah. Sampah-sampah itu adalah limbah dari kegiatan perdagangan yang berlangsung di kawasan tersebut.
Sebetulnya Dinas Bina Marga dan Suberdaya Air Kota Bogor telah memasang saringan penutup terbuat dari besi (gril) dan juga untuk mencegah supaya sampah tidak sampai masuk ke gorong-gorong. Namun hal itu tidak dapat sepenuhnya berhasil mencegah sampah masuk. Kebiasan buruk sebagian masyarakat membuang sampah sembarangan dan kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan membuat fungsi saringan gorong-gorong tidak bisa optimal.
Melalui gerakan bersama peduli bencana, diharapkan masyarakat mau bersikap lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan. Kepedulian tersebut tidak hanya sebatas tidak membuang sampah sembarangan, melainkan juga berani mengingatkan siapapun untuk tidak membuang sampah sembarangan. Apalagi dengan sengaja membuang sampah ke saluran pembuangan air hujan dan juga sungai.
Kepedulian semua pihak terutama ditujukan untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya bencana dalam berbagai bentuk. Jangan salahkan alam ketika bencana terjadi, tetapi salahkan diri kita dan mereka yang tidak peduli terhadap masalah lingkungan. (Advertorial)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
Banjir juga bisa terjadi di Kota Bogor. Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor, Ganjar Gunawan, ada beberapa wilayah di Kota Bogor yang rawan banjir dan tanah longsor. Terutama banjir lintasan yang mengancam pemukiman di wilayah pinggiran aliran Ciliwung dan Cisadane. Banjir juga rawan terjadi apabila drainase tidak bisa berfungsi secara optimal.
Berdasarkan catatan BPBD Kota Bogor, sampai dengan Oktober 2016 telah terjadi berbagai bencana di Kota Bogor. Tercatat ada 20 kali banjir, 50 kali longsor, 55 kali kebakaran, 7 kali puting beliung, 29 kali pohon tumbang dan 24 kali rumah roboh.
Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kembali berbagai bencana alam, Pemerintah Kota Bogor pertengahan November lalu menggelar Apel Kesiapsiagaan Bencana. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memeriksa kesiapan seluruh jajaran perangkat daerah Pemerintah Kota Bogor dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana. Pada kegiatan itu juga dicanangkan Gerakan Bersama Tanggap Bencana.
Usai apel, Walikota Bogor bersama 200 peserta apel segera bergerak ke Jalan Pengadilan untuk melakukan kegiatan bebersih. Termasuk memeriksa dan membersihkan drainase di sepanjang Jalan Pengadilan.
Lebih lanjut, Pemerintah Kota Bogor juga melakukan normalisasi drainase di beberapa lokasi. Selain di Jalan Pengadilan, juga dilakukan pembersihan drainase di kawasan Pasar Anyar dan Stasiun Bogor. Pembersihan drainase di Stasiun Bogor ditujukan untuk mencegah banjir seperti yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Jika banjir sampai berulang, dapat dipastikan perjalanan kereta api bisa terganggu.
Kegiatan normalisasi drainase itu berlangsung lebih dari dua minggu. Menerjunkan 24 petugas Preservasi Jalan, Drainase dan Jalan dari Dinas Bina Marga dan Sumberdaya Air Kota Bogor. Mereka mulai bekerja pada jam 06.00 pagi setiap hari. Bahkan Walikota Bogor menyempatkan diri untuk ikut membersihkan gorong-gorong tersebut.
Sampah memang sudah menumpuk di drainase itu. Berbagai jenis limbah berjejalan di dalamnya. Mulai dari gumpalan tali-tali rafia, potongan kayu, kardus, botol plastik sampai dengan endapan lumpur yang sudah meninggi. Setiap kali dikeruk, volume sampah yang terkumpul bisa mencapai lebih dari 4 meter kubik yang langsung diangkut dengan menggunakan truk sampah. Sampah-sampah itu adalah limbah dari kegiatan perdagangan yang berlangsung di kawasan tersebut.
Sebetulnya Dinas Bina Marga dan Suberdaya Air Kota Bogor telah memasang saringan penutup terbuat dari besi (gril) dan juga untuk mencegah supaya sampah tidak sampai masuk ke gorong-gorong. Namun hal itu tidak dapat sepenuhnya berhasil mencegah sampah masuk. Kebiasan buruk sebagian masyarakat membuang sampah sembarangan dan kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan membuat fungsi saringan gorong-gorong tidak bisa optimal.
Melalui gerakan bersama peduli bencana, diharapkan masyarakat mau bersikap lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan. Kepedulian tersebut tidak hanya sebatas tidak membuang sampah sembarangan, melainkan juga berani mengingatkan siapapun untuk tidak membuang sampah sembarangan. Apalagi dengan sengaja membuang sampah ke saluran pembuangan air hujan dan juga sungai.
Kepedulian semua pihak terutama ditujukan untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya bencana dalam berbagai bentuk. Jangan salahkan alam ketika bencana terjadi, tetapi salahkan diri kita dan mereka yang tidak peduli terhadap masalah lingkungan. (Advertorial)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016