Purwakarta (Antara Megapolitan) - Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, terus berinovasi di dunia pendidikan dengan mengeluarkan kebijakan setiap pelajar diharuskan ikut membantu pekerjaan yang digeluti oleh orang tuanya selama dua kali dalam sepekan.

Bupati setempat Dedi Mulyadi, di Purwakarta, Selasa, mengatakan, kebijakan itu dikeluarkan berkaitan dengan penguatan program "Tujuh Hari Pendidikan Istimewa" yang merupakan bagian dari pelaksanaan Perbup Nomor 69 tentang Pendidikan Berkarakter di Purwakarta.

Melalui kebijakan itu, seluruh pelajar tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama di Purwakarta diharuskan untuk ikut serta membantu pekerjaan yang digeluti oleh orang tua mereka.

"Program ini dilaksanakan setiap Selasa dan Rabu, mulai efektif pemberlakuannya mulai hari ini. Total 110 ribu siswa Sekolah Dasar dan 35 ribu siswa Sekolah Menengah Pertama secara serempak melaksanakan program tersebut," kata dia.

Di antara latar belakang digulirkannya kebijakan itu ialah untuk menumbuhkembangkan sikap empati di kalangan pelajar, sehingga ke depan diharapkan pelajar mampu merasakan kesulitan yang dialami oleh orang tua dalam melakoni pekerjaannya sehari-hari.

Pada Selasa, bupati mengunjungi Kampung Cimanglid, Desa Sukatani, Purwakarta, guna meninjau langsung realiasi kebijakan setiap pelajar diharuskan ikut membantu pekerjaan yang digeluti oleh orang tuanya.

"Itu diterapkan di seluruh Purwakarta, menjadi bagian dari pendidikan berbasis profesi keluarga," kata Dedi.

Menurut dia, saat ini pelajar tidak memiliki relasi dengan pekerjaan orang tuanya, sehingga mereka cenderung bersikap egois. Waktu luang yang mereka miliki pun tidak digunakan untuk peningkatan kemampuan akademik maupun aplikatif, melainkan digunakan untuk bermain.

"Kalau mereka bekerja bareng orang tuanya, mereka akan merasakan dan menghayati kesulitan yang dialami orang tua saat menjalani pekerjaannya," katanya.

Selain itu, transformasi pengetahuan dari orang tua kepada anak tentang deskripsi pekerjaan pun diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan pelajar itu sendiri.

"Kalau orang tuanya tukang bangunan, siapa tahu kelak sang anak memiliki kemampuan lebih baik dalam membangun. Bahkan Anggota DPRD pun saya minta untuk membawa anaknya, Kalau ada orang tuanya yang bekerja di luar kota, bisa ikut saudaranya, ada transfer ilmu yang akan tercipta melalui program ini," kata dia.

Pantauan di beberapa desa, terlihat para pelajar hari ini tidak masuk sekolah karena diharuskan membantu kegiatan atau pekerjaan yang dijalani oleh orang tuanya sehari-hari mulai, dari berjualan bubur, membuat keramik, bekerja di kebun dan sawah.

Pewarta: M Ali Khumaini

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016