Bupati Purwakarta, Jawa Barat, Anne Ratna Mustika mengimbau agar masyarakat membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), karena musim kemarau panjang sebagai dampak dari El Nino akan mempengaruhi kondisi kesehatan manusia.
"Musim kemarau yang ekstrem akan berpengaruh pada daya tahan tubuh manusia. Jadi mari kita tingkatkan kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat," katanya, di Purwakarta, Sabtu.
Bupati juga menginstruksikan para pemangku kepentingan di jajaran Pemkab Purwakarta untuk mewaspadai setiap fenomena alam yang terjadi, seperti kualitas udara yang berdampak pada kesehatan masyarakat.
"Kita harus bersiaga penuh untuk mencegah dan mengantisipasi setiap fenomena yang terjadi. Sebab melakukan pencegahan itu jauh lebih baik dari pada mengobati," katanya.
Baca juga: Pemkab Purwakarta akan bangun puluhan saluran irigasi untuk pertanian
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Purwakarta, Elitasari Kusuma Wardani, menyampaikan kalau pada musim kemarau seperti sekarang ini, masyarakat harus disiplin saat beraktifitas di luar rumah, seperti menggunakan masker.
Menurut dia, banyaknya debu saat kemarau bisa memicu terjadinya penyakit seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), yakni batuk pilek, sinusitis, radang tenggorokan akut, laringitis akut dan radang paru-paru.
"Usahakan menggunakan masker saat beraktifitas di luar rumah agar debu tidak langsung masuk ke hidung dan mulut kita. Karena debu di jalan apabila masuk langsung ke rongga hidung bisa menyebabkan alergi dan infeksi, dan memicu terjadinya batuk filek, radang tenggorokan serta lainnya," kata dia.
Baca juga: Ratusan desa di Purwakarta berisiko kekeringan akibat kemarau panjang
Adanya peningkatan penderita ISPA di kota-kota besar sempat mendapat perhatian karena adanya peningkatan penyakit ISPA di wilayah tersebut.
Untuk antisipasi hal itu, sejauh ini pihaknya terus melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk penanganan kualitas udara di Purwakarta. Bahkan, laporan yang diterimanya tidak ada peningkatan untuk penderita ISPA.
"Kualitas udara di Purwakarta masih cukup baik, tidak ada lonjakan penyakit seperti ISPA. Data dari Januari-Juli 2023 penderita penyakit itu sekitar 2.160 kasus. Data itu tidak jauh berbeda dari tahun 2022, dari Januari-Agustus penderita 2.442 kasus," katanya
Baca juga: Purwakarta antisipasi kebakaran hutan dan lahan pada musim kemarau panjang
Sementara itu, berdasarkan pemantauan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Purwakarta melalui metode passive sampler kualitas udara di daerahtersebut dalam kondisi cukup baik, dan tidak tercemar.
Metode passive sampler merupakan pemantauan mutu udara ambien, dan merupakan salah satu upaya untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan program pengendalian pencemaran udara.
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan dan Lingkungan (P2KL) DLH Purwakarta Agung Mutaqin mengatakan, faktor pendukung lainnya seperti ruang terbuka hijau yang berada di pusat kota cukup membantu menjaga kualitas udara di Purwakarta.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
"Musim kemarau yang ekstrem akan berpengaruh pada daya tahan tubuh manusia. Jadi mari kita tingkatkan kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat," katanya, di Purwakarta, Sabtu.
Bupati juga menginstruksikan para pemangku kepentingan di jajaran Pemkab Purwakarta untuk mewaspadai setiap fenomena alam yang terjadi, seperti kualitas udara yang berdampak pada kesehatan masyarakat.
"Kita harus bersiaga penuh untuk mencegah dan mengantisipasi setiap fenomena yang terjadi. Sebab melakukan pencegahan itu jauh lebih baik dari pada mengobati," katanya.
Baca juga: Pemkab Purwakarta akan bangun puluhan saluran irigasi untuk pertanian
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Purwakarta, Elitasari Kusuma Wardani, menyampaikan kalau pada musim kemarau seperti sekarang ini, masyarakat harus disiplin saat beraktifitas di luar rumah, seperti menggunakan masker.
Menurut dia, banyaknya debu saat kemarau bisa memicu terjadinya penyakit seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), yakni batuk pilek, sinusitis, radang tenggorokan akut, laringitis akut dan radang paru-paru.
"Usahakan menggunakan masker saat beraktifitas di luar rumah agar debu tidak langsung masuk ke hidung dan mulut kita. Karena debu di jalan apabila masuk langsung ke rongga hidung bisa menyebabkan alergi dan infeksi, dan memicu terjadinya batuk filek, radang tenggorokan serta lainnya," kata dia.
Baca juga: Ratusan desa di Purwakarta berisiko kekeringan akibat kemarau panjang
Adanya peningkatan penderita ISPA di kota-kota besar sempat mendapat perhatian karena adanya peningkatan penyakit ISPA di wilayah tersebut.
Untuk antisipasi hal itu, sejauh ini pihaknya terus melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk penanganan kualitas udara di Purwakarta. Bahkan, laporan yang diterimanya tidak ada peningkatan untuk penderita ISPA.
"Kualitas udara di Purwakarta masih cukup baik, tidak ada lonjakan penyakit seperti ISPA. Data dari Januari-Juli 2023 penderita penyakit itu sekitar 2.160 kasus. Data itu tidak jauh berbeda dari tahun 2022, dari Januari-Agustus penderita 2.442 kasus," katanya
Baca juga: Purwakarta antisipasi kebakaran hutan dan lahan pada musim kemarau panjang
Sementara itu, berdasarkan pemantauan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Purwakarta melalui metode passive sampler kualitas udara di daerahtersebut dalam kondisi cukup baik, dan tidak tercemar.
Metode passive sampler merupakan pemantauan mutu udara ambien, dan merupakan salah satu upaya untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan program pengendalian pencemaran udara.
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan dan Lingkungan (P2KL) DLH Purwakarta Agung Mutaqin mengatakan, faktor pendukung lainnya seperti ruang terbuka hijau yang berada di pusat kota cukup membantu menjaga kualitas udara di Purwakarta.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023