Oleh Andi Jauhari
Bogor, (Antara Megapolitan) - Industri mebel Indonesia diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan bagi pasar internasional, kata juru bicara Forest Stewardship Council (FSC) Indonesia Indra Setia Dewi.
"Salah satu unggulannya yakni menggunakan kayu dari hutan berdasarkan standar FSC yang telah diakui secara international," katanya kepada Antara di Bogor, Jawa Barat, Jumat.
Dalam kaitan itu bersama sejumlah pihak digagas ajang kompetisi "Indonesia Designer Challenge (IDC)" tahun 2017.
Parapihak itu yakni Himpunan Desainer Mebel Indonesia (HDMI), FSC Indonesia dan William E. Connor & Associates Ltd, bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian dan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf).
FSC adalah lembaga nirlaba, dan independen yang mendorong pengelolaan hutan yang bertanggungjawab di seluruh dunia.
Ajang IDC mengajak mahasiswa dan desainer muda Indonesia untuk ikut berkompetisi.
Mengutip FSC Indonesia Representative Hartono Prabowo, ia mengemukakan bahwa konsumen negara maju cukup sensitif pada isu ramah lingkungan.
Karena itu, kata dia, melalui karya yang dihasilkan IDC 2017, FSC Indonesia ingin mengomunikasikan ke dunia internasional bahwa Indonesia mampu menghasilkan produk mebel yang kreatif, inovatif, "marketable", namun tetap menjaga hutan Indonesia tetap lestari.
"Yakni dengan menggunakan bahan baku kayu dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab dan bersertifikat FSC," katanya.
Dengan demikian, tambahnya, IDC 2017 yang mengangkat tema "I Feel Wood" diharapkan mampu mendorong dan menginspirasi perancang Indonesia agar dapat menciptakan rancangan yang kreatif, inovatif, dan "marketable" sehingga memberi nilai tambah karya rancangan yang dihasilkan.
"Dan mampu menciptakan `brand` tersendiri di dunia internasional," katanya.
Sementara itu, ketua panitia IDC 2017 Ira Samri mengatakan IDC berbeda dengan kompetisi lainnya, yang tidak hanya menyelenggarakan ajang saja.
Namun, IDC 2017 akan berbagi pengetahuan pasar internasional dan "trend forecasting" dunia kepada peserta yang lolos seleksi melalui lokakarya selama tiga hari di bulan November 2016.
IDC 2017 dilaksanakan dalam bentuk rangkaian kegiatan berupa sosialisasi, kurasi, penjurian, pembuatan prototipe, temu-wicara, klinik dan pameran dengan maksud memromosikan rancangan yang ramah lingkungan di kalangan para perancang muda.
Selain itu, sebagai ajang tantangan bagi perancang muda berperan aktif dan menjadi bagian dari upaya mengurangi laju kerusakan dan kehilangan hutan alam di Indonesia.
Penggunaan bahan baku yang dilombakan tahun ini adalah kayu sebagai material utama.
Material kayu dapat dikombinasikan dengan material pendukung lain seperti metal, kain, kulit, dan sebagainya.
Selain itu produk-produk yang dihasilkan pada IDC 2017 ini akan menggunakan bahan penunjang dan "finishing" ramah lingkungan serta bersertifikasi internasional sebagai bagian dari kepedulian dan tanggung jawab terhadap kelangsungan sumber daya alam dan kehidupan serta memiliki daya jual di tingkat internasional.
Sedangkan Ketua HDMI Bambang Kartono menambahkan Indonesia memiliki sumber daya alam berupa hutan tempat bahan baku kayu serta sumber daya manusia yang produktif mengolah dan menciptakan karya desain yang kreatif dan inovatif.
Karena itu, industri mebel Indonesia harus mampu menghasilkan karya-karya inovatif yang dapat dijadikan rujukan bagi negara-negara lain, termasuk mampu menciptakan citra tersendiri di dunia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
Bogor, (Antara Megapolitan) - Industri mebel Indonesia diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan bagi pasar internasional, kata juru bicara Forest Stewardship Council (FSC) Indonesia Indra Setia Dewi.
"Salah satu unggulannya yakni menggunakan kayu dari hutan berdasarkan standar FSC yang telah diakui secara international," katanya kepada Antara di Bogor, Jawa Barat, Jumat.
Dalam kaitan itu bersama sejumlah pihak digagas ajang kompetisi "Indonesia Designer Challenge (IDC)" tahun 2017.
Parapihak itu yakni Himpunan Desainer Mebel Indonesia (HDMI), FSC Indonesia dan William E. Connor & Associates Ltd, bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian dan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf).
FSC adalah lembaga nirlaba, dan independen yang mendorong pengelolaan hutan yang bertanggungjawab di seluruh dunia.
Ajang IDC mengajak mahasiswa dan desainer muda Indonesia untuk ikut berkompetisi.
Mengutip FSC Indonesia Representative Hartono Prabowo, ia mengemukakan bahwa konsumen negara maju cukup sensitif pada isu ramah lingkungan.
Karena itu, kata dia, melalui karya yang dihasilkan IDC 2017, FSC Indonesia ingin mengomunikasikan ke dunia internasional bahwa Indonesia mampu menghasilkan produk mebel yang kreatif, inovatif, "marketable", namun tetap menjaga hutan Indonesia tetap lestari.
"Yakni dengan menggunakan bahan baku kayu dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab dan bersertifikat FSC," katanya.
Dengan demikian, tambahnya, IDC 2017 yang mengangkat tema "I Feel Wood" diharapkan mampu mendorong dan menginspirasi perancang Indonesia agar dapat menciptakan rancangan yang kreatif, inovatif, dan "marketable" sehingga memberi nilai tambah karya rancangan yang dihasilkan.
"Dan mampu menciptakan `brand` tersendiri di dunia internasional," katanya.
Sementara itu, ketua panitia IDC 2017 Ira Samri mengatakan IDC berbeda dengan kompetisi lainnya, yang tidak hanya menyelenggarakan ajang saja.
Namun, IDC 2017 akan berbagi pengetahuan pasar internasional dan "trend forecasting" dunia kepada peserta yang lolos seleksi melalui lokakarya selama tiga hari di bulan November 2016.
IDC 2017 dilaksanakan dalam bentuk rangkaian kegiatan berupa sosialisasi, kurasi, penjurian, pembuatan prototipe, temu-wicara, klinik dan pameran dengan maksud memromosikan rancangan yang ramah lingkungan di kalangan para perancang muda.
Selain itu, sebagai ajang tantangan bagi perancang muda berperan aktif dan menjadi bagian dari upaya mengurangi laju kerusakan dan kehilangan hutan alam di Indonesia.
Penggunaan bahan baku yang dilombakan tahun ini adalah kayu sebagai material utama.
Material kayu dapat dikombinasikan dengan material pendukung lain seperti metal, kain, kulit, dan sebagainya.
Selain itu produk-produk yang dihasilkan pada IDC 2017 ini akan menggunakan bahan penunjang dan "finishing" ramah lingkungan serta bersertifikasi internasional sebagai bagian dari kepedulian dan tanggung jawab terhadap kelangsungan sumber daya alam dan kehidupan serta memiliki daya jual di tingkat internasional.
Sedangkan Ketua HDMI Bambang Kartono menambahkan Indonesia memiliki sumber daya alam berupa hutan tempat bahan baku kayu serta sumber daya manusia yang produktif mengolah dan menciptakan karya desain yang kreatif dan inovatif.
Karena itu, industri mebel Indonesia harus mampu menghasilkan karya-karya inovatif yang dapat dijadikan rujukan bagi negara-negara lain, termasuk mampu menciptakan citra tersendiri di dunia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016