Sukabumi, 22/8 (ANTARA) - Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Sukabumi menyatakan Thoriqoh Tijaniyah tidak sesat, tetapi yang sesat adalah ajaran Sumarna yang mengaku sebagai pemimpin ajaran Tijaniyah di Desa Bojong Tipar, Kecamatan Jampangtengah.

"Ajaran Sumarna yang sesat dan mengaku sebagai pemimpin Tijaniyah, padahal setelah duduk bersama dengan para pemimpin Thoriqoh Tijaniyah, Sumarna ada orang yang pernah berlajar ajaran Tijaniyah kepada yang salah sehingga ajaran yang diajarkannya sesat," kata Ketua MUI Kabupaten Sukabumi Zezen Zainal Abidin dalam konferensi pers di Gedung Pendopo Kabupaten Sukabumi, Selasa (21/8) malam.

Pada konferensi persnya yang sampai tengah malam, Zezen menambahkan, Sumarna merupakan orang yang pernah diusir dari Bogor karena mengajarkan ajaran sesat, seperti shalat hanya empat waktu dan tidak ada shalat Jumat.

Selain itu, Sumarna juga diduga telah melakukan pembunuhan berencana kepada ustadz di Kampung Cisalopa, Desa Bojongtipar, Endin karena korban telah menentang keras ajaran yang disebarkan oleh Sumarna.

"Kepada para pengikut Sumarna, kami telah mensyahadatkan dan tidak kembali lagi kepada ajaran sesat yang diajarkan Sumarna," tambahnya.

Kepada anggota Thoriqoh Tijaniyah, pihaknya mengimbau agar tidak terpancing isu yang belum jelas kebenarannya.

Pihaknya telah menegaskan bahwa ajaran Thoriqoh Tijaniyah tidak sesat dan diakui oleh Nahdatul Ulama (NU) dan negara.

"Kami juga berusaha agar kasus ini tidak panjang, karena sudah jelas siapa yang sesat, ternyata Sumarna yang mengaku sebagai pemimpin Tijaniyah atau orang Tijani. Dan kita juga berusaha agar para pengikut Sumarna bisa kembali diterima masyarakat sekitar dan tidak lagi melaksanakan ajaran sesat yang diajarkan oleh seorang Sumarna," kata Zezen.

Sementara itu, Mukodam Thoriqoh Tijaniyah Muhamad Yunus Abdul Hamid mengatakan, Sumarna adalah orang yang sesat dan dahulunya pernah belajar kepada orang yang salah untuk mendalami ajaran Thoriqoh Tijaniyah.

Sehingga, kata dia, dalam mengajarkan amalannya Sumarna salah dan sesat serta bukan ajaran agama Islam.

"Sumarna pernah kami usir dari Bogor, karena mengajarkan ajaran yang sesat tentang ajaran Thoriqoh Tijaniyah, sesungguhnya dan diduga melarikan diri ke Jampangtengah sekitar lima tahun yang lalu. Kemudian mengajarkan ajaran sesatnya di daerah tersebut," kata Yunus.

Ditambahkannya, di Indonesia hanya ada 12 orang yang diangkat menjadi mukodam atau pemimpin ajaran Thoriqoh Tijaniyah dan Sumarna bukanlah salah satu dari muqodam Thoriqoh Tijaniyah.

Maka dari itu, pihaknya dalam konferensi pers itu ingin meluruskan siapa Sumarna tersebut.

"Kami juga akan terus berupaya mengembalikan nama baik Thoriqoh Tijaniyah, setelah terjadinya kasus ini. Dan kepada anggota Thoriqoh Tijaniyah, kami imbau tidak melakukan tindakan yang bisa menambah panjang konflik ini," tambahnya.

 Di tempat yang sama, Bupati Sukabumi Sukmawijaya mengatakan, agar semua pihak menahan diri biarkan muspida yang menyelesaikan kasus ini. Sebenarnya, warga marah kepada ajaran sesat yang diajarkan oleh Sumarna, sehingga menyulut emosi warga sekitar dengan cara membakar perkampungan yang didirikan oleh Sumarna.

"Kami juga berupaya mengembalikan kembali para pengikut Sumarna ke masyarakat asalkan tidak lagi mengamalkan ajaran yang diajarkan oleh pemimpin aliran sesat ini. Dan kami juga menegaskan, bahwa yang sesat di sini adalah ajaran Sumarna bukan ajaran Thoriqoh Tijaniyah," kata Sukmawijaya.

Sebelumnya, Kapolres Sukabumi, AKBP Muhamad Firman mengatakan, pihaknya telah menangkap dan menahan Sumarna atas kasus ajaran sesat dan ada dugaan menjadi otak pembunuhan seorang ustad di daerah tersebut."Kami sudah menahan Sumarna yang merupakan pimpinan ajaran sesat, selain itu telah mengumpulkan barang bukti di lokasi tempat Sumarna tinggal di Jampangtengah," kata Firman.

Dikatakannya, untuk mengantisipasi terjadinya kembali aksi anarkis massa di pemukiman milik Sumarna dan pengikutnya, puluhan anggota Brimob Jabar diturunkan untuk menenangkan situasi. Selain itu, puluhan anggota TNI juga diturunkan untuk ikut menjaga keamanan di daerah tersebut agar kasus pembakaran dan anarkis tidak terjadi kembali.  Pada konferensi pers tersebut dihadiri oleh pimpinan pusat Thoriqoh Tijaniyah, Dandim 0622 Firmansyah, Bupati Sukabumi, Sukmawijaya, Ketua MUI, Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi dan pimpinan organisasi islam.
 


Aditya

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012