Pemerintah Kota Depok, Jawa Barat, berupaya menekan terjadinya tawuran pelajar di kota tersebut dengan membentuk satuan tugas (satgas) antitawuran pelajar.

"Kami bicarakan dengan pihak kepolisian yang menangani soal ini. Kami pemerintah bersama forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda) akan mendiskusikan soal pembentukan satgas antitawuran pelajar," kata Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Hartono di Depok, Rabu.

Imam mengatakan pihaknya juga berupaya untuk menekankan pentingnya pendidikan dalam keluarga dan pendidikan agama bagi anak didik untuk mencegah perilaku tawuran.

"Pendidikan agama yang kuat dapat menjadi landasan untuk menghindari tawuran," ujarnya.

Baca juga: Pemkot Depok lakukan kajian terkait fenomena meningkatnya tawuran remaja

Terkait pendidikan agama Pemerintah Kota Depok kata pria yang akrab disapa Bang Imam telah memberikan insentif bagi guru agama dan guru ngaji untuk memberi pendidikan rohani bagi masyarakat.

"Peran guru ngaji dan pembimbing rohani ini penting untuk memberi bimbingan kepada masyarakat agar tidak melakukan tindakan pidana seperti memakai narkoba, tawuran dan lain-lain," ujar Bang Imam.

Sementara itu Wakapolres Depok AKBP Eko Wahyu Fredian Polres Metro Depok akan meningkatkan patroli di wilayah kota tersebut.

Menurutnya metode patroli ini terbukti efektif mencegah tawuran selama Ramadan 1444 H lalu.

Baca juga: Polres Metro Depok amankan 367 pelaku tawuran rata-rata masih berstatus pelajar

"Kalau soal tawuran, seperti biasa kami akan tingkatan patroli. Metode ini terbukti cukup efektif mencegah tawuran saat bulan Ramadan 1444 Hijriah lalu," kata Eko Wahyu Fredian.

Lebih lanjut ia mengatakan Polres Metro Depok akan menggandeng Pemkot Depok dan kelompok sadar keamanan dan ketertiban masyarakat untuk mengimbau ke sekolah-sekolah terhadap bahaya tawuran.

"Pak Kapolres juga telah memerintahkan untuk melakukan razia bagi anak-anak SMP yang membawa kendaraan," jelas Eko Wahyu Fredian.

Baca juga: Pemkot Depok cari solusi untuk atasi tawuran pelajar

Ia menjelaskan fasilitas seperti ini berperan penting saat terjadinya tawuran. Apalagi usia anak-anak SMP belum diperkenankan untuk membawa kendaraan bermotor.

"Razia akan dilakukan secara rutin, tempatnya random. Waktunya bisa jam sekolah, tetapi bisa juga jam malam. Anak-anak kan biasanya janjian melalui media sosial lalu menggunakan kendaraan saat tawuran. Waktunya bisa siang, bisa malam," katanya.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023