Guru Besar Tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Prof. Sari Wahyuni, S.I.P., M.Sc., Ph.D. mengatakan Repositioning strategy diperlukan untuk mengembangkan investasi di Indonesia.

"Repositioning strategy dilakukan untuk menarik para invenstor melalui tiga pilar tahap investasi, yaitu factor driven (faktor penggerak ekonomi), efficiency enhancers (peningkatan efisiensi pada proses produksi), dan innovation driven (penggerak inovasi). Keberadaan faktor-faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam pembuatan strategi kluster," kata .Prof. Sari Wahyuni di Kampus UI Depok, Selasa.

Menurut dia di tengah isu pemanasan global saat ini, strategi investasi dengan mempertimbangkan transisi ke ekonomi sirkular bukan hanya merupakan keharusan, tetapi juga peluang untuk pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan. 

"Ekonomi sirkular mempromosikan sistem regeneratif di mana produk dan bahan dirancang untuk digunakan kembali, didaur ulang, dan diregenerasi. Inilah yang disebut dengan closed loop, yaitu saat limbah produksi bisa dimanfaatkan oleh produksi lainnya," ujarnya.

Repositioning strategy kawasan industri harus menekankan manfaat jangka panjang dari investasi sirkular. Meski beberapa solusi sirkular memerlukan biaya di muka, tetapi memberikan hallo economy impact, pendapatan baru bagi perusahaan, dan penyelamatan lingkungan bagi anak cucu di masa depan. 

"Penerapan sirkular ekonomi ini juga bagian penting dari Strategy Environment Social Governance (ESG)," katanya.

Oleh karena itu lanjutnya penting untuk mendukung perusahaan dalam membentuk Industrial Symbiosis Network (ISN), sebagai upaya perusahaan memenuhi tanggung jawabnya atas dampak eksternal bisnis sekaligus meminimalkan investasi.

Prof. Sari mengatakan berinvestasi dalam ekonomi sirkular bukan hanya pilihan etis, tetapi termasuk langkah strategis dan menguntungkan. Dengan menyelaraskan strategi investasi dengan prinsip sirkular, kita dapat mendorong perubahan positif, memitigasi risiko lingkungan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. 

Prof. Sari menyebut bahwa sejatinya Indonesia memiliki natural resources yang berlimpah, tenaga kerja yang murah, dan pasar yang begitu besar sebagai magnet investasi. 

Akan tetapi, faktanya, banyak negara tanpa resources mampu mengembangkan investasi secara pesat, seperti Singapura dan Thailand yang berhasil membangun value chain automotive sehingga dikenal sebagai Detroit of Asia, atau Malaysia yang termasyhur sebagai the Silicon Valley of the East. 

Semua itu bermuara pada strategi memposisikan diri dalam kancah persaingan investasi dunia beserta komitmen untuk menopang strategi tersebut.

"Di sinilah repositioning strategy diperlukan, yaitu dari strategi investasi umum menuju strategi yang lebih innovation driven, unik, dan memiliki daya saing yang berkelanjutan.

Untuk itu, kita harus mengubah mindset dan melakukan change management di setiap lini bisnis. Strategi investasi yang dirancang harus pintar, cermat, dan tangkas dengan melihat peluang yang ada," ujar Prof. Sari.

Di masa pandemi Covid-19, laju investasi sempat melemah. Bahkan, banyak pihak yang terpaksa banting setir ataupun gulung tikar. Pada masa inilah pemerintah perlu menggalakkan repositioning strategy dengan melakukan strategic positioning yang jelas dibandingkan dengan kawasan ekonomi dunia lainnya.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023