Taman kota sejatinya hanya berfungsi sebagai ruang terbuka hijau. Tetapi di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, sejumlah taman kota memiliki banyak fungsi.
Di sejumlah titik sekitar Purwakarta kini terdapat puluhan taman yang telah dibangun sejak lima tahun terakhir. Dari puluhan taman tersebut, ada enam taman yang areanya cukup luas dan multifungsi.
Salah satunya Taman Sri Baduga yang berada di kawasan Situ Buleud, Purwakarta. Taman air mancur terbesar se-Asia Tenggara yang luasnya mencapai sekitar 2 hektare ini sebenarnya hanya sebuah taman kota.
Tapi taman yang satu ini benar-benar ditata dengan baik dan rapi. Bahkan dilengkapi air mancur dengan pencahayaan dan laser yang bergerak menari dengan iringan musik layaknya "Wings of Time" di Singapura.
Layaknya taman kota biasa, masyarakat bisa bebas keluar-masuk ke areal Taman Sri Baduga. Tapi Pemkab Purwakarta mengatur waktu kunjungan ke areal taman tersebut agar keindahan dan kebersihan areal taman tetap
terjaga.
Taman Sri Baduga yang menjadi ikon baru Purwakarta kini tidak hanya berfungsi sebagai ruang terbuka hijau. Tapi juga berfungsi sebagai objek wisata. Bahkan, taman yang berada di jantung kota ini dipercaya menjadi andalan objek wisata di Purwakarta.
Catatan Dinas Perhubungan, Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi setempat, terdapat 20 ribu wisatawan asing dan domestik yang berkunjung ke Purwakarta setiap akhir pekan.
Pengunjung dari berbagai daerah di Jawa Barat dan luar Jawa Barat seperti dari Jakarta, Surabaya, dan daerah lainnya hanya datang saat akhir pekan ke Purwakarta. Sebab hanya setiap malam Minggu digelar pertunjukkan air mancur bercahaya menari-nari di arel Taman Sri Baduga.
Masih di komplek Situ Buleud, jalan raya KK Singawinata, terdapat Taman Surawisesa dan Taman Citra Resmi. Taman Citra Resmi menyajikan lukisan dinding (relief) yang menceritakan perjuangan wanita Sunda.
Hampir setiap hari masyarakat Purwakarta, mulai dari pelajar hingga orang tua memanfaatkan taman ini sebagai lokasi selfie. Sedangkan Taman Surawisesa, sengaja dikhususkan sebagai arena olahraga dan santai.
Taman kota yang cukup besar lainnya berlokasi di sekitar Jalan Ganda Negara, tepatnya di komplek Pemerintah Kabupaten Purwakarta. Taman yang satu ini dikemas layaknya sebuah destinasi wisata yang bisa dikunjungi masyarakat umum.
Ada tiga taman di lokasi itu, yakni Taman Pancawarna, Maya Datar dan Pasanggarahan Padjdjaran. Meski ketiga taman tersebut berada di komplek Pemkab Purwakarta, tapi masyarakat bisa berkunjung ke taman-taman yang cukup indah itu.
"Taman-taman ini boleh dikunjungi masyarakat umum. Kami sudah melengkapi lokasi ini dengan fasilitas-fasilitas lainnya, seperti bangku panjang dan jaringan internet," kata Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.
Ia mengatakan, penataan kota merupakan salah satu komitmen dalam upaya membangun Purwakarta lebih berkarakter. Sejak beberapa tahun ini, dia berupaya memanfaatkan ruang terbuka hijau yang ada untuk dihias
sedemikian rupa agar menjadi lokasi yang indah dan layak menjadi objek wisata.
Itu dilakukan karena masyarakat perkotaan cenderung membutuhkan tempat-tempat relaksasi dan berkumpul bersama keluarga. Maka, sengaja taman-taman yang ada di daerah Purwakarta dipercantik agar lebih menarik.
Taman Panca Warna misalnya, diharapkan bisa menjadi tempat yang juga bisa dikunjungi masyarakat, meskipun berada di areal perkantoran pemkab. Selain Taman Pancawarna, tepat di depannya ada sebuah taman bunga dengan pendopo besar, Taman Maya Datar namanya.
Kemudian di belakang pendopo Taman Maya Datar, terdapat pula taman bunga yang dihiasi air mancur indah. Lokasi itu dulu merupakan Alun Alun Purwakarta. Kini lokasi tersebut ditata sedemikian rupa tanpa menghilangkan keasliannya, lokasi tersebut diberi nama Taman Pesanggrahan Padjadjaran.
Ada hal menarik di Taman Pasanggrahan Padjadjaran ini. Di areal taman itu, Pemkab Purwakarta membuat sebuah ruang khusus berikut fasilitas yang menyajikan "kaulinan budak lembur (permainan tradisional).
Selain sarana permainan tradisional, lokasi ini pun dilengkapi dengan sarana edukasi. Jadi, bagi masyarakat atau siapapun yang berminat, bisa mempelajari pembuatan makanan dan kerajinan yang berlatar etnik. Misalnya, cara pembuatan kerajinan anyaman bambu dan makanan khas desa.
Bagi yang ingin bermain permainan tradisional, Taman Pasanggaran Padjdjaran ini bisa dinikmati masyarakat secara umum, setiap hari Minggu. Di lokasi itu, pemkab tak hanya menyediakan fasilitas ruang publik, tapi juga melengkapi dengan alat-alat permainan tradisional.
Bupati mengatakan, taman-taman di komplek Pemkab Purwakarta dibuka untuk umum, tapi hanya jam-jam tertentu saja. Khusus taman-taman yang berada di komplek perkantoran pemkab, pada hari-hari biasa hanya bisa
dikunjungi sore hari mulai pukul 15.30-18.00 WIB. Untuk akhir pekan Taman Pancawarna dan Taman Pasanggarahan Padjadjaran bisa dinikmati sejak pagi hingga sore.
Dedi yang selalu berpenampilan nyentrik ini mengaku tidak pernah menyewa jasa konsultan dalam merancang taman-taman kota. Jadi, taman-taman tersebut dibangun semata berdasarkan kontemplasi dirinya melihat kondisi riil masyarakat yang mulai membutuhkan ruang publik untuk interaksi sekaligus rekreasi.
"Ini mah hasil ide saya saja. Saya sering membayangkan, sepertinya ini bagus kalau ada kolam, kalau ada jembatan yang diiringi gemericik air, bunga-bunga ditanam dengan gradasi warna yang menyejukkan mata, itu
saja sih," katanya.
Dilihat dari keberadaan dan fungsinya, maka taman-taman kota yang ada di Purwakarta benar-benar multifungsi. Jadi Selain berfungsi sebagai ruang terbuka hijau, juga berfungsi sebagai tempat santai bersama keluarga dan teman, sarana olahraga, serta objek wisata.
Ada pula taman yang memang didesain sebagai tempat bermain anak. Tapi jangan mencari tempat permainan perosotan atau game online, karena di taman itu hanya tersedia alat-alat permainan tradisional seperti egrang, kelereng, congklak, dan aneka permainan tradisional lainnya.
Tidak percaya, bisa datang langsung ke daerah kecil Purwakarta, menikmati indahnya taman-taman kota atau sekedar mengenang masa kecil dengan bermain aneka permainan tradisional. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
Di sejumlah titik sekitar Purwakarta kini terdapat puluhan taman yang telah dibangun sejak lima tahun terakhir. Dari puluhan taman tersebut, ada enam taman yang areanya cukup luas dan multifungsi.
Salah satunya Taman Sri Baduga yang berada di kawasan Situ Buleud, Purwakarta. Taman air mancur terbesar se-Asia Tenggara yang luasnya mencapai sekitar 2 hektare ini sebenarnya hanya sebuah taman kota.
Tapi taman yang satu ini benar-benar ditata dengan baik dan rapi. Bahkan dilengkapi air mancur dengan pencahayaan dan laser yang bergerak menari dengan iringan musik layaknya "Wings of Time" di Singapura.
Layaknya taman kota biasa, masyarakat bisa bebas keluar-masuk ke areal Taman Sri Baduga. Tapi Pemkab Purwakarta mengatur waktu kunjungan ke areal taman tersebut agar keindahan dan kebersihan areal taman tetap
terjaga.
Taman Sri Baduga yang menjadi ikon baru Purwakarta kini tidak hanya berfungsi sebagai ruang terbuka hijau. Tapi juga berfungsi sebagai objek wisata. Bahkan, taman yang berada di jantung kota ini dipercaya menjadi andalan objek wisata di Purwakarta.
Catatan Dinas Perhubungan, Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi setempat, terdapat 20 ribu wisatawan asing dan domestik yang berkunjung ke Purwakarta setiap akhir pekan.
Pengunjung dari berbagai daerah di Jawa Barat dan luar Jawa Barat seperti dari Jakarta, Surabaya, dan daerah lainnya hanya datang saat akhir pekan ke Purwakarta. Sebab hanya setiap malam Minggu digelar pertunjukkan air mancur bercahaya menari-nari di arel Taman Sri Baduga.
Masih di komplek Situ Buleud, jalan raya KK Singawinata, terdapat Taman Surawisesa dan Taman Citra Resmi. Taman Citra Resmi menyajikan lukisan dinding (relief) yang menceritakan perjuangan wanita Sunda.
Hampir setiap hari masyarakat Purwakarta, mulai dari pelajar hingga orang tua memanfaatkan taman ini sebagai lokasi selfie. Sedangkan Taman Surawisesa, sengaja dikhususkan sebagai arena olahraga dan santai.
Taman kota yang cukup besar lainnya berlokasi di sekitar Jalan Ganda Negara, tepatnya di komplek Pemerintah Kabupaten Purwakarta. Taman yang satu ini dikemas layaknya sebuah destinasi wisata yang bisa dikunjungi masyarakat umum.
Ada tiga taman di lokasi itu, yakni Taman Pancawarna, Maya Datar dan Pasanggarahan Padjdjaran. Meski ketiga taman tersebut berada di komplek Pemkab Purwakarta, tapi masyarakat bisa berkunjung ke taman-taman yang cukup indah itu.
"Taman-taman ini boleh dikunjungi masyarakat umum. Kami sudah melengkapi lokasi ini dengan fasilitas-fasilitas lainnya, seperti bangku panjang dan jaringan internet," kata Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.
Ia mengatakan, penataan kota merupakan salah satu komitmen dalam upaya membangun Purwakarta lebih berkarakter. Sejak beberapa tahun ini, dia berupaya memanfaatkan ruang terbuka hijau yang ada untuk dihias
sedemikian rupa agar menjadi lokasi yang indah dan layak menjadi objek wisata.
Itu dilakukan karena masyarakat perkotaan cenderung membutuhkan tempat-tempat relaksasi dan berkumpul bersama keluarga. Maka, sengaja taman-taman yang ada di daerah Purwakarta dipercantik agar lebih menarik.
Taman Panca Warna misalnya, diharapkan bisa menjadi tempat yang juga bisa dikunjungi masyarakat, meskipun berada di areal perkantoran pemkab. Selain Taman Pancawarna, tepat di depannya ada sebuah taman bunga dengan pendopo besar, Taman Maya Datar namanya.
Kemudian di belakang pendopo Taman Maya Datar, terdapat pula taman bunga yang dihiasi air mancur indah. Lokasi itu dulu merupakan Alun Alun Purwakarta. Kini lokasi tersebut ditata sedemikian rupa tanpa menghilangkan keasliannya, lokasi tersebut diberi nama Taman Pesanggrahan Padjadjaran.
Ada hal menarik di Taman Pasanggrahan Padjadjaran ini. Di areal taman itu, Pemkab Purwakarta membuat sebuah ruang khusus berikut fasilitas yang menyajikan "kaulinan budak lembur (permainan tradisional).
Selain sarana permainan tradisional, lokasi ini pun dilengkapi dengan sarana edukasi. Jadi, bagi masyarakat atau siapapun yang berminat, bisa mempelajari pembuatan makanan dan kerajinan yang berlatar etnik. Misalnya, cara pembuatan kerajinan anyaman bambu dan makanan khas desa.
Bagi yang ingin bermain permainan tradisional, Taman Pasanggaran Padjdjaran ini bisa dinikmati masyarakat secara umum, setiap hari Minggu. Di lokasi itu, pemkab tak hanya menyediakan fasilitas ruang publik, tapi juga melengkapi dengan alat-alat permainan tradisional.
Bupati mengatakan, taman-taman di komplek Pemkab Purwakarta dibuka untuk umum, tapi hanya jam-jam tertentu saja. Khusus taman-taman yang berada di komplek perkantoran pemkab, pada hari-hari biasa hanya bisa
dikunjungi sore hari mulai pukul 15.30-18.00 WIB. Untuk akhir pekan Taman Pancawarna dan Taman Pasanggarahan Padjadjaran bisa dinikmati sejak pagi hingga sore.
Dedi yang selalu berpenampilan nyentrik ini mengaku tidak pernah menyewa jasa konsultan dalam merancang taman-taman kota. Jadi, taman-taman tersebut dibangun semata berdasarkan kontemplasi dirinya melihat kondisi riil masyarakat yang mulai membutuhkan ruang publik untuk interaksi sekaligus rekreasi.
"Ini mah hasil ide saya saja. Saya sering membayangkan, sepertinya ini bagus kalau ada kolam, kalau ada jembatan yang diiringi gemericik air, bunga-bunga ditanam dengan gradasi warna yang menyejukkan mata, itu
saja sih," katanya.
Dilihat dari keberadaan dan fungsinya, maka taman-taman kota yang ada di Purwakarta benar-benar multifungsi. Jadi Selain berfungsi sebagai ruang terbuka hijau, juga berfungsi sebagai tempat santai bersama keluarga dan teman, sarana olahraga, serta objek wisata.
Ada pula taman yang memang didesain sebagai tempat bermain anak. Tapi jangan mencari tempat permainan perosotan atau game online, karena di taman itu hanya tersedia alat-alat permainan tradisional seperti egrang, kelereng, congklak, dan aneka permainan tradisional lainnya.
Tidak percaya, bisa datang langsung ke daerah kecil Purwakarta, menikmati indahnya taman-taman kota atau sekedar mengenang masa kecil dengan bermain aneka permainan tradisional. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016