Sukabumi (Antara Megapolitan) - Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi, Jawa Barat, menyebutkan, kerugian bencana yang terjadi sepanjang Januari hingga Oktober 2016 mencapai Rp7 miliar.
"Kerugian bencana paling besar akibat kebakaran kompleks Pasar Pelita yang menghanguskan lima kios dan 25 lapak pada 13 Mei lalu," kata Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Sukabumi, Zulkarnain Barhami di Sukabumi, Sabtu.
Menurut dia, sepanjang tahun ini sudah terjadi 134 kali bencana dengan rincian bencana akibat kebakaran sebanyak 14 kejadian, banjir genangan sebanyak 33 kasus, tanah longsor sebanyak 43 kejadian, angin topan 24 kejadian, gempa bumi tiga kali dan bencana lainnya sebanyak 17 kejadian.
Hampir setiap tahun angka bencana selalu bertambah, seperti pada 2015 lalu hingga akhir tahun terjadi 142 kali bencana. Diperkirakan hingga akhir 2016 potensi bencana cukup tinggi, apalagi hujan deras disertai angin kencang sesuai prakiraan BMKG akan terjadi akhir tahun.
Kepala BPBD Kota Sukabumi Asep Suhendrawan menambahkan, bencana memang tidak bisa diprediksi, namun pihaknya berupaya meminimalkan dampak dari bencana tersebut baik jiwa maupun harta.
Kondisi cuaca yang ekstrem ini dengan intensitas curah hujan sangat tinggi, berpotensi terjadinya bencana seperti banjir dan tanah longsor.
Tapi walaupun musim hujan kasus kebakaran juga cukup tinggi seperti beberapa hari lalu terjadi kebakaran yang menghanguskan satu unit rumah milik wanita lanjut usia di Kelurahan Dayeuhluhur, Kecamatan Warudoyong.
"Kami tidak hanya mengimbau warga untuk siaga bencana tanah longsor dan banjir saja, tetapi kebakaran. Karena potensi terjadinya kebakaran cukup tinggi yang disebabkan oleh hubungan pendek arus listrik yang dikarenakan kelalaian manusia," tambahnya.
Ia mengatakan, seluruh kecamatan di Kota Sukabumi rawan terjadi bencana. Untuk rawan bencana banjir dan longsor berada di wilayah Kecamatan Gunungpuyuh, Warudoyong, Baros, Lembursiti dan Cibeureum. Untuk kebakaran seluruh atau tujuh kecamatan berpotensi terjadinya bencana tersebut khususnya Kecamatan Citamiang dan Cikole yang merupakan daerah padat penduduk.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Kerugian bencana paling besar akibat kebakaran kompleks Pasar Pelita yang menghanguskan lima kios dan 25 lapak pada 13 Mei lalu," kata Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Sukabumi, Zulkarnain Barhami di Sukabumi, Sabtu.
Menurut dia, sepanjang tahun ini sudah terjadi 134 kali bencana dengan rincian bencana akibat kebakaran sebanyak 14 kejadian, banjir genangan sebanyak 33 kasus, tanah longsor sebanyak 43 kejadian, angin topan 24 kejadian, gempa bumi tiga kali dan bencana lainnya sebanyak 17 kejadian.
Hampir setiap tahun angka bencana selalu bertambah, seperti pada 2015 lalu hingga akhir tahun terjadi 142 kali bencana. Diperkirakan hingga akhir 2016 potensi bencana cukup tinggi, apalagi hujan deras disertai angin kencang sesuai prakiraan BMKG akan terjadi akhir tahun.
Kepala BPBD Kota Sukabumi Asep Suhendrawan menambahkan, bencana memang tidak bisa diprediksi, namun pihaknya berupaya meminimalkan dampak dari bencana tersebut baik jiwa maupun harta.
Kondisi cuaca yang ekstrem ini dengan intensitas curah hujan sangat tinggi, berpotensi terjadinya bencana seperti banjir dan tanah longsor.
Tapi walaupun musim hujan kasus kebakaran juga cukup tinggi seperti beberapa hari lalu terjadi kebakaran yang menghanguskan satu unit rumah milik wanita lanjut usia di Kelurahan Dayeuhluhur, Kecamatan Warudoyong.
"Kami tidak hanya mengimbau warga untuk siaga bencana tanah longsor dan banjir saja, tetapi kebakaran. Karena potensi terjadinya kebakaran cukup tinggi yang disebabkan oleh hubungan pendek arus listrik yang dikarenakan kelalaian manusia," tambahnya.
Ia mengatakan, seluruh kecamatan di Kota Sukabumi rawan terjadi bencana. Untuk rawan bencana banjir dan longsor berada di wilayah Kecamatan Gunungpuyuh, Warudoyong, Baros, Lembursiti dan Cibeureum. Untuk kebakaran seluruh atau tujuh kecamatan berpotensi terjadinya bencana tersebut khususnya Kecamatan Citamiang dan Cikole yang merupakan daerah padat penduduk.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016