Menjelang waktu Shalat Ashar tiba, sekitar 20 anak duduk tertib di teras dan bagian dalam rumah tipe 36 di kompleks Perumahan Umum (Perum) Vidia Indah II, Kota Madya Jambi, Selasa (27/6).
Di depan mereka, Al-Qur'an terkembang di atas rehal (penyangga kitab Al-Qur'an), ada yang sedang murojaah (menjaga hapalan) Al-Qur'an, ada yang membaca, dan ada pula yang bermain dengan rekan-rekannya, khas anak-anak dengan kegembiraan dan keriuhannya.
Ketika sebuah sepeda motor berhenti di depan rumah yang memiliki atap kanopi, anak-anak pun langsung berteriak ke teman-temannya memberitahukan “Pak Nana datang, Pak Nana datang".
Seorang pria berseragam lengkap dengan baret warna biru masuk ke teras dan melepaskan sepatu PDL khas anggota polisi. Lalu memberi salam kepada anak-anak yang telah menunggu. Dengan cepat ia mencopot baret birunya, lalu menggantinya dengan kopiah.
Dia adalah Nana Sumarna, selaku Ps. Pamin 3 Subbagrenmin Bidpropam Polda Jambi berpangkat Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu).
Baca juga: Briptu Mahmuda di Desa Penyamun
Hari itu Aiptu Nana disibukkan dengan persiapan HUT Ke-77 Bhayangkara sebagai salah seorang panitia. Namun, ayah dua anak itu tetap meluangkan waktunya untuk mengajar mengaji kepada anak-anak didiknya.
Selain sebagai anggota Polri, Aiptu Nana merupakan pemilik dan pendiri Lembaga Pendidikan Al-Qur'an (LPQ) Bahrul Ulum yang telah memiliki izin dari Kementerian Agama (Kemenag) kota Jambi dengan Nomor Statistik Lembaga 4 112.15.7.10256.
LPQ itu mengelola taman kanak-kanak Al-Qur'an (TKA), taman pendidikan Al-Qur'an (TPA), Ta’limu Qur'an Aulad (TQA), dan tahfiz Al-Qur'an secara gratis dengan gurunya adalah Aiptu Nana dan istri. Pendidikan ini telah berdiri sejak 2005.
“Ayo siapa yang mau setor hapalan Surah An-Naba,” tanya Nana disambut teriak sejumlah anak-anak yang mengacungkan tangannya.
Mengajar lansia
Sekitar lima anak perempuan maju ke depan, lalu secara berjamaah mereka memulai membaca Surah An-Naba sebanyak 40 ayat. Hapalan surah Alquran merupakan hasil pendidikan selama di LPA Bahrul Ulum milik Aiptu Nana Sumarna.
Tidak hanya anak-anak yang bisa membaca dan mampu menghafal Al-Qur'an, tapi ada juga lansia yang berusia 60 tahun ke atas ikut menjadi murid Aiptu Nana.
Srisumarno (64), salah seorang tetangga Aiptu Nana juga muridnya. Dulu tidak bisa membaca Al-Qur'an, kini ia hapal beberapa surah Al-Qur'an, seperti Al Mulk, Al Waqiah, Ar Rahman 16 ayat, Al Kahfi 10 ayat, dan surah-surat pendek.
Pak Sumarno, sapaannya, mengaku beruntung memiliki tetangga Aiptu Nana. Dulu karena kesibukan pekerjaan sebagai pegawai PTPN VI, kakek dua cucu itu jarang memperhatikan persoalan ibadah hingga tak punya kemampuan membaca Al-Qur'an.
Baca juga: Polres Purwakarta titipkan sejumlah personelnya ke pesantren untuk mengaji
Sejak pindah ke kompleks Perum Vidia Indah II dan bertemu Aitu Nana yang kerap menjadi imam masjid dan mengisi taklim tahun 2005, dengan keberaniannya, Sumarno menyampaikan hajatnya untuk bisa belajar membaca Al-Qur'an dengan tartil.
Ia pun diajarkan membaca dimulai dari Iqra jilid satu sampai enam. Selama sepekan, kemudian baru membaca Al-Qur'an dengan benar. Sumarno mengaku tidak malu belajar Al-Qur'an kala tua. Justru malu ketika kembali menghadap Allah tapi tidak bisa membaca kita suci berisi 114 surat tersebut.
“Pak Nana itu bisa apa saja. Jadi imam bisa, jadi MC bisa, jadi khatib bisa, jadi penasihat pernikahan, mengurus orang melahirkan, hingga menshalati jenazah. Beruntung bertemu Pak Nana, jadi saya sekarang bisa lebih takut kalau ketinggalan shalat. Resah, gitu,” ujar Sumarno.
Dedikasi Polri
Perjalanan Aiptu Nana menjadi anggota Polri tidak semudah yang dibayangkan. Dengan segala keahlian yang dimiliki pria asal Sumedang itu, iw pernah dua kali gagal tes seleksi polisi. Sampai akhirnya lulus pada tahun 2000, ia pun menjadi anggota paling tua di angkatannya.
Keahliannya di bidang ilmu agama dan Al-Qur'an diperoleh Aiptu Nana sebelum masuk kepolisian. Ia pernah mengenyam di perguruan tinggi sebagai guru madrasah ibtidaiyah (MI), dan mondok sebagai santri di Sumedang, hingga Kuningan tahun 1997.
Terlahir dari keluarga sederhana, dengan bapak dan ibu bekerja sebagai petani, Nana membiayai sendiri pendidikannya di pesantren, hingga ia terlatih berjualan untuk mendapatkan biaya hidup. Keahlian itu pun masih diteruskannya. Meski sudah menjadi anggota polisi, Nana dan istri membuka warung dengan menjual kue-kue kering.
Dengan usaha yang dimilikinya, Aiptu Nana kerap menyisihkan sedikit gajinya untuk mendukung operasional LPQ asuhannya. Seperti membelikan mushaf Al-Qur'an, rehal, hingga membeli camilan sebagai hadiah buat anak-anak yang setoran hapalan.
Nana muda berupaya mencari keahlian sebanyak-banyaknya yang bisa membuatnya menghasilkan uang. Ia pernah mengikuti pelatihan mengelas untuk dikirim sebagai pekerja ke Jepang, namun gagal berangkat. Hingga akhirnya pada tahun ketiga mencoba tes seleksi polisi tahun 2000 dan dinyatakan lulus lalu ditempatkan di Polda Jambi sampai sekarang.
Tadinya cita-cita Nana mau jadi guru MI.
Baca juga: Gerakan Nusantara Mengaji Bekasi Jaring 8.000 Peserta
Menurut Nana, profesi sebagai anggota Polri merupakan modal dasar untuknya bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Analoginya, masyarakat biasa tidak bisa mengajak preman ke masjid, hanya polisi yang bisa mengajak preman masuk masjid.
Tugas mengajar mengaji, menjadi imam masjid, mengisi kajian, hingga menjadi khatib shalat Jumat dilakoni Aiptu Nana sebagai bagian dari tugas pokok dan fungsi anggota Polri, yakni menjaga keselamatan, jiwa raga, dan harta benda.
Polri menjaga harta benda dengan melakukan patroli, menjaga keamanan lalu lintas, juga bagaimana menjaga jiwa masyarakat. Menjaga jiwa, menurut Aiptu Nana, supaya masyarakat menjadi tenang. Penjabaran dari tenang adalah ketika masyarakat mengamalkan agama dengan baik dan benar. Maka di situlah tugas pokok utama seorang anggota polis.
Aset Polri
Keikhlasannya dalam menjalankan tugas agar manusia yang bermanfaat bagi orang lain, menjadikan Aiptu Nana sebagai sosok yang dekat dengan masyarakat dan diandalkan dalam berbagai urusan.
Mujiman, Ketua RT 17, menyebut warga beruntung memiliki tetangga Aiptu Nana. Kala Masjid Nurul Ikhsan dibangun, warga kebingungan mencari imam yang bakal memimpin ibadah.
Aiptu Nana pun tampil sebagai imam dan hingga kini didapuk sebagai imam tetap dan Ketua Dewan Masjid (DKM). Pembangunan masjid yang dulu dari dinding papan, kini sudah jadi dua lantai dan mendapat bantuan dari rekan-rekan Nana.
Camat Paal Merah Muhammad Toyyib memuji dedikasi Aiptu Nana untuk wilayahnya termasuk untuk keluarganya sendiri.
Aiptu Nana, kata Toyyib, berhasil menjadikan anaknya seorang penghapal Al-Qur"an dan diterima masuk anggota Polri lewat jalur Tahfiz Qur'an.
Kapolda Jambi Irjen Pol. Rusdi Hartono menyebut, Aiptu Nana senantiasa memimpin pengajian setiap hari di Mapolda. Ia tidak pernah terlibat pelanggaran sehingga menjadi aset yang bisa terus dikembangkan demi membawa nama baik Polri dan Polda Jambi khususnya.
“Terus terang, kami melihat Aiptu Nana bukan hanya sebagai polisi. Dengan tugasnya sebagai penegak hukum kamtibmas, pengayom, dan pelindung masyarakat, pada sisi lain dengan segala kemampuannya, ia memberi sesuatu yang lebih kepada lingkungannya,” kata Rusdi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023