Rupanya rumah produksi olahan pangan unggulan yang berdiri di tengah himpitan rumah lainnya, dikembangkan oleh seorang ibu paruh baya bernama Agustina, berusia 55 tahun.
Kisah perempuan produktif ini datang dari seorang ibu paruh baya yang ada di BTN Kendari Permai, Kecamatan Kambu, Kota Kendari. Ia turut membantu perekonomian keluarganya setelah menjadi nasabah dari PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah.
Ia membantu perekonomian keluarga dengan membangun usaha mikro olahan pangan, setelah mendapatkan modal usaha tanpa agunan dari bank di bawah naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini.
Meski begitu, ibu yang murah senyum ini mengaku, sebelum menjadi nasabah di BTPN Syariah, sempat menjadi pendamping di Permodalan Nasional Madani (PNM). Namun karena hamil anak ketiga, ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan.
Wanita berjilbab yang lahir di Kabupaten Kolaka Utara pada 12 April 1968 silam ini, setelah melahirkan anak ketiganya, lalu membangun usaha kecil-kecilan, yakni berjualan sembako di rumahnya dengan harapan bisa menghasilkan Rupiah untuk keluarga kecilnya.
Namun, menjalankan usaha berdagang sembako di rumah dirasakan Agustina saat itu tidak bisa membantu perekonomian keluarga, malah modal usahanya kian menipis, bahkan hampir habis.
Ibu tiga anak ini mengaku kisah pilu itu kini berubah. Dirinya sudah bisa membantu perekonomian keluarga setelah mendapat modal usaha tanpa agunan dari bank yang dikelola secara syariah itu sejak 2018 silam.
Bahkan Agustina tercatat sebagai nasabah inspiratif di bank tersebut karena telah berhasil mengembangkan usaha rumah produksi olahan pangan kacang mete serta memiliki tiga orang karyawan dalam mengembangkan usahanya.
Membuka usaha
Membangun usaha olahan kacang mete yang merupakan pangan unggulan di Sulawesi Tenggara rupanya tak semudah membalikkan telapak tangan, karena Agustina harus menentukan ide terlebih dahulu dan jenis produk apa, sehingga bisa diterima oleh masyarakat luas.
Agustina berhasil menemukan ide setelah melalui berbagi pelatihan yang diselenggarakan sejumlah dinas terkait di Kota Kendari serta saran dari kerabatnya yang merupakan salah satu ketua asosiasi UMKM di daerahnya.
Dirinya juga memilih mengembangkan olahan pangan kacang mete, selain untuk mendapat nilai ekonomi, juga sebagai dukungan terhadap pemerintah setempat untuk mempromosikan pangan unggulan hingga ke level Nasional, bahkan internasional.
Agustina pertama kali mengambil dana di bank tersebut sebesar Rp3 juta pada tahun 2018, untuk membeli sejumlah bahan baku, seperti kacang mete, terigu, telur, dan lainnya.
Setelah produk kacang mete yang ia buat telah jadi, Agustina tidak serta merta memasarkan produknya ke pasar umum, namun hanya sebatas di lingkungan tetangga dan kerabat.
Singkat cerita, setelah kurang lebih empat tahun menggeluti usahanya, kini Agustina telah memasarkan produk UMKM-nya ke sejumlah toko oleh-oleh dan swalayan yang ada di Kota Kendari.
Hingga saat ini, Agustina mengaku masih menjadi nasabah aktif di BTPN Syariah, bahkan ia telah mendapatkan tambahan modal setelah berada di siklus 4 dengan pendanaan Rp9 juta untuk pengembangan usahanya agar lebih maju lagi. Pernyataan tersebut menjadi akhir perbincangan bersama Agustina di kediamannya.
Dibentuk melalui proses konversi PT Bank Sahabat Purba Danarta dan spin off Unit Usaha Syariah BTPN pada 14 Juli 2014, BTPN Syariah menjadi Bank Umum Syariah ke-12 di Indonesia.
Kini bank itu, menjadi satu-satunya bank di Indonesia yang memfokuskan diri melayani keluarga prasejahtera produktif yang memiliki potensi target market lebih dari 40 juta jiwa.
Untuk pembiayaan prasejahtera produktif disebut sebagai Tepat Pembiayaan Syariah diberikan kepada nasabah berkelompok tanpa jaminan untuk modal usaha bagi masyarakat prasejatera produktif, khususnya perempuan.
Pembiayaan berkelompok memiliki tujuan untuk membangun empat karakter pada diri nasabah, di antaranya berani berusaha, disiplin, kerja sama, dan saling bantu yang diharapkan perilaku tersebut dapat menyebar, sehingga tercapai tatanan masyarakat yang memiliki kekuatan secara ekonomi di suatu daerah.
Bantuan ini kemudian dikembalikan dalam bentuk angsuran dua mingguan.
Setelah tiga siklus dapat dilalui dengan baik, nasabah akan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pembiayaan perbaikan rumah dan pendidikan anak.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023