HERE Technologies, sebuah platform data dan teknologi lokasi terkemuka umumkan studi pertama mereka berjudul APAC On The Move, yang memuat hasil temuan pendistribusian dari hulu ke hilir masih sulit dipahami perusahaan logistik di Indonesia.

Penemuan penting dari APAC On The Move 2023 menunjukkan bahwa pelacakan aset dari hulu ke hilir dan visibilitas pengiriman masih menjadi sebuah tantangan bagi perusahaan-perusahaan logistik di Indonesia selama tiga tahun sejak awal pandemi, demikian siaran pers Here Tecnologies yang diterima, Selasa.

Perusahaan-perusahaan logistik Indonesia yang disurvei mengatakan bahwa penerapan teknologi merupakan tantangan terbesar untuk memperoleh tampilan pendistribusian dari hulu ke hilir secara bersamaan, walaupun mereka juga termotivasi untuk memperbaiki efisiensi pada operasional. 

Head of Department, Industry Digital Transformation Dept., Mitsubishi Corporation Singapore Branch Yoshikazu Kuwamura mengatakan digitalisasi adalah kunci untuk mengatasi tantangan dan memberi efisiensi baru dalam pendistribusian saat ini. 

Namun, digitalisasi tersebut tidak cukup untuk mencapai rangkaian pendistribusian dari hulu ke hilir secara menyeluruh. Kolaborasi di seluruh pendistribusian sangat penting untuk menciptakan operasi yang lebih cerdas dan tangguh. 

Ia mengatakan bersama dengan HERE, kami yakin dapat membantu pemain logistik di APAC untuk memanfaatkan intelegensi lokasi dan mengembangkan praktik terbaik, dan strategi yang lebih efektif untuk mengelola risiko dan hal yang tidak terduga.

Sementara itu Direktur Senior & Kepala Bisnis untuk Asia Tenggara dan India di HERE Technologies Abhijit Sengupta mengatakan Industri Logistik di Indonesia memiliki potensi besar untuk tumbuh secara optimal. 

Walaupun pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk menurunkan biaya logistik dan meningkatkan daya tarik sektor ini, masih banyak yang harus dilakukan untuk mendorong perusahaan logistik beralih ke teknologi lokasi guna merampingkan/mempersingkat proses logistik dan pada akhirnya dapat memberikan kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi negara.

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menunjukkan adanya perhatian yang lebih dalam peningkatan industri logistik termasuk pembuatan kebijakan Ekosistem Logistik Nasional yang bertujuan untuk mengurangi biaya logistik dan meningkatkan daya saing perekonomian nasional. 

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memperkirakan industri logistik di Indonesia akan tumbuh 5-8 persen tahun ini, yang mana hal ini didorong oleh digitalisasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Namun, Indeks Kinerja Logistik terbaru dari Bank Dunia menunjukkan Indonesia mengalami penurunan sebanyak 15 peringkat dari posisi 46 di 2018, menjadi peringkat 61 di 2023.

Hal ini menunjukkan masih adanya ruang bagi sektor logistik nasional untuk tumbuh dan memanfaatkan peluang secara maksimal, seperti pada potensi ekonomi regional dan peluang dalam rantai nilai tambah global.

Menurut survei, lebih dari seperlima perusahaan-perusahaan di Indonesia (23 persen) mengatakan adanya kekhawatiran akibat potensi gangguan yang timbul pada proses-proses dan layanan-layanan yang ada di mana hal ini merupakan hambatan terbesar mereka dalam menerapkan teknologi. 

Tantangan dalam mengidentifikasi mitra dan/atau pemasok yang tepat dan kemampuan untuk meraih keuntungan finansial dari sebuah investasi juga masuk dalam peringkat tantangan yang tinggi.

Perusahaan-perusahaan logistik yang disurvei menginginkan adanya solusi yang mudah dipakai dan diterapkan, murah, cepat dan sedikit menggunakan tenaga manusia. 

Menurut studi dari HERE, kurangnya tenaga kerja yang menggunakan perangkat lunak (17 persen), kurangnya waktu untuk mengimplementasikan solusi (16 persen), dan tantangan integrasi perangkat lunak dengan infrastruktur yang ada (15 persen) menjadi masalah utama untuk menerapkan solusi pelacakan aset logistik dan pemantauan pengiriman/kargo.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023