Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri meminta Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) melakukan evaluasi untuk memperbaiki diri.
Pasalnya, Megawati merupakan sosok yang memisahkan Polri dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) memiliki tanggung jawab untuk mendorong instansi kepolisian menjadi lebih baik lagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
Pasalnya, Megawati merupakan sosok yang memisahkan Polri dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) memiliki tanggung jawab untuk mendorong instansi kepolisian menjadi lebih baik lagi.
"Maaf, ya, Pak Polisi. Polisi itu saya yang memisahkan, loh, presiden kelima RI dengan susah payah karena itu Tap MPR. Kalau enggak percaya, lihat sejarah," ujar Megawati saat menjadi pembicara pada peluncuran buku dalam rangka Hari Jadi Ke-58 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI di Gedung Lemhannas, Jakarta Pusat, Sabtu.
Megawati mengemukakan hal itu dalam konteks kejadian akhir-akhir ini, antara lain, peristiwa Ferdy Sambo dan AKBP Achiruddin Hasibuan, yang jauh dari panggilan tugasnya. Putri Proklamator RI Soekarno itu mengaku pusing dengan kejadian tersebut.
"Bagaimana, sih, polisi sekarang itu. Saya ngomong sama Presiden (Jokowi) polisi itu ngapain, saya ngomong sama Kapolri. Gimana sih caranya beliau? Saya punya hak dong, orang saya yang misahin dulu," kata Megawati.
Megawati mengenang sejak memisahkan Polri dari TNI memiliki banyak pekerjaan rumah sebab Polri saat itu tidak memiliki apa-apa karena berpisah dari TNI.
"Saya bagus-bagus bikinnya, rumahnya lagi bikinin terus barangnya karena dipisah tidak ada barangnya. Saya belikan pesawat buat Kapolri saya beli, sekarang enggak tahu dah bobrok atau bagaimana. Ada helikopterlah," ucap Megawati.
Terlihat hadir Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono. Di jajaran menteri, hadir pula Menteri Koordinator Bidang Polhukam Mahfud MD, Menkumham Yasonna H. Laoly, Menteri PAN RB Abdullah Azwar Anas, Menteri ESDM Arifin Tasrif, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Koperasi Teten Masduki, dan Wamen Dalam Negeri John Wempi Wetipo.
Dalam acara tersebut, selain peluncuran 58 buku mengenai Lemhannas, ada juga agenda bedah buku Hasto berjudul Progressive Geopolitical Coexistence yang merupakan disertasinya berjudul Diskursus Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansinya terhadap Pertahanan Negara.
Buku yang disusun Hasto yang kini juga tercatat sebagai dosen Universitas Pertahanan akan dibedah oleh Guru Besar Unhan RI Prof. Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro.
Untuk diketahui, Lemhannas merupakan lembaga pemerintahan yang melaksanakan tugas pada bidang pendidikan pimpinan tingkat nasional, pengkajian strategik ketahanan nasional, dan pemantapan nilai-nilai kebangsaan.
Adapun Bung Karno merupakan perintis dan pendiri Lemhannas RI yang diresmikan pada tanggal 20 Mei 1965.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023