Dirgahayu Badan Intelijen Negara, 7 Mei 2023 Velox Et Exatus, tetap 'Setia, Loyal, Solid, Semangat'.
Kekuatan dunia maya dan ancaman yang muncul di dalamnya telah mengubah mekanisme kerja intelijen. Bahaya keamanan nasional begitu nyata.
Lembaga intelijen negara perlu mendesain ulang dalam menghadapi ancaman yang muncul di domain digital, dengan memanfaatkan kemampuan baru tersebut untuk keunggulan operasional dan wawasan analitik.
Negara asing telah memanfaatkan dunia maya mereka untuk mencuri informasi, mempengaruhi populasi asing, dan mengancam industri swasta dengan infrastruktur fisik dan digital sebagai target favorit. Analisis data dan kemampuan kecerdasan buatan yang dikembangkan oleh negara-negara otokrasi untuk memantau dan mengontrol masyarakat mereka sendiri sekarang telah bertransformasi menjadi anak panah yang menargetkan negara-negara lain, seperti Indonesia.
Kita harus tahu bahwa meskipun teknologi internet berkembang pesat, Amerika Serikat, China, Rusia, Iran, dan Korea Utara tetap menjadi pelakon utama di kancah global.
Selain arena bertarung, dunia maya telah menjadi wilayah politik global untuk berebut pengaruh, berstrategi, dan secara lambat laun mengubah geopolitik. Hal ini terlihat jelas, bagaimana China, Rusia, Iran, dan AS menciptakan media-media pinggiran, konten Youtube dan media baru lainnya yang pada intinya saling menyerang satu sama lain. Operasi untuk memengaruhi opini publik gencar dilakukan.
Setidaknya, kita dapat mengambil pelajaran, jika ingin sukses dalam dunia seni kemungkinan ini, intelijen negara membutuhkan kreativitas, kecerdikan, tekad, dan optimisme.
Intelijen di era transformasi digital ini adalah perpaduan multidisiplin: serangan dunia maya, pertahanan digital, pengumpulan sumber terbuka, ilmu data, AI, dan teknologi informasi. Kesemuanya itu penting untuk meningkatkan sistem deteksi dini intelijen negara.
Pemilu 2024 sangat mungkin dijadikan ladang melancarkan gangguan dan ancaman keamanan nasional.
Inovasi intelijen digital diharapkan mampu mengantisipasi sebelum terjadi. Tantangannya bagaimana menggabungkan keahlian intelijen digital dengan kekuatan tradisional intelijen negara secara teknologi dan sains.
Meski saat ini intelijen negara memiliki Kedeputian Bidang Intelijen Siber, tantangan masa depan membutuhkan lebih dari itu, yaitu inovasi-inovasi baru yang lebih terstruktur, cepat, dan sistematis. Keterlibatan berbagai pihak tak bisa ditolak lagi.
Tantangan yang akan kita hadapi pada masa yang akan datang sangat berat, tetapi dengan pendekatan kemitraan seluruh bangsa lebih erat, kita semua dapat mempertahankan keamanan nasional dari musuh yang ingin merugikan kita.
Negara-negara asing telah mempersiapkan intelijen digitalnya secara inovatif. Badan intelijen AS, telah membentuk struktur inovasi digital sejak 8 tahun lalu. China dan juga negara lain telah menyusun strategi digital berjaring.
Situasi dalam negeri kita sendiri masih membutuhkan kerangka kebijakan yang dapat menjangkau serangan dunia maya.
Tren saat ini adalah pelemahan ekonomi dengan penyerangan objek digital pendukung infrastruktur ekonomi nasional. Kewaspadaan nasional dalam inovasi intelijen digital yang dimotori oleh badan intelijen harus dikembangkan.
Ke depan, dengan ditopang SDM intelijen unggul, berkarakter nasionalis, dan menguasai teknologi merupakan kunci menuju Indonesia Emas 2045. Tentu saja dalam kerangka kerja intelijen untuk mewujudkan ketahanan nasional serta menjaga kepentingan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
* Ngasiman Djoyonegoro adalah pengamat intelijen dan keamanan
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023