Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) kembali melanda Riau, melahap areal di perbatasan Kota Dumai dan Kabupaten Bengkalis, yang terjadi sejak 19 April 2023.
Awalnya, kebakaran terjadi di Desa Pelintung di pinggiran Kota Dumai hingga akhirnya meluas ke Desa Tanjung Leban, Kecamatan Bandar Laksamana, Kabupaten Bengkalis. Total area yang terbakar mencapai sekitar 60 hektare.
Lokasi yang terbakar merupakan kawasan gambut dengan kedalaman sekitar 6 meter sehingga menyulitkan pemadaman. Terlebih lagi, lokasi kebakaran juga sulit dijamah kendaraan. Parahnya lagi, area itu berada di dekat pantai sehingga jika sesekali angin bertiup kencang akan memicu api kian besar sehingga ranting dan kayu kering mudah tersulut api.
Asap yang ditimbulkan dari kebakaran itu pun mulai meresahkan warga. Bahkan, Wali Kota Dumai, Paisal, sempat meminta warga untuk mengenakan masker guna mengurangi dampak buruk dari polusi asap kebakaran lahan.
Tim Satgas Karhutla Provinsi Riau yang terdiri, antara lain, TNI, Polri, BPBD, pemerintah daerah, Manggala Agni, pihak swasta, dan sejumlah unsur lainnya bersatu padu berupaya mengendalikan kobaran api agar tidak meluas. Helikopter bolak-balik melakukan pengeboman air atau water bombing akan api tidak meluas.
Cari pembakar
Kebakaran hutan dan lahan merupakan salah satu bencana alam, namun penyebab utamanya harus dicari. Bisa jadi karena cuaca yang terik saat ini atau ada penyebab lain, seperti adanya oknum tertentu yang membakar lahan sebagai jalan pintas untuk membuka lahan perkebunan baru.
Kepala Kepolisian Daerah Brigjen Polisi Mohammad Iqbal menegaskan pihaknya memburu pembakar hutan dan lahan di perbatasan Kota Dumai dan Kabupaten Bengkalis yang sudah terjadi lebih sepekan itu.
Saat ini karhutla di perbatasan Kota Dumai dan Kabupaten Bengkalis tersebut berangsur padam berkat kerja keras tim gabungan yang bekerja tanpa henti dengan dibantu penyiraman air oleh helikopter milik perusahaan swasta.
Pemerintah juga kerap mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar karena hal tersebut sangat berbahaya. Selain merusak lingkungan, juga menimbulkan dampak negatif lainnya seperti pencemaran udara dan rusaknya ekosistem.
Shalat istisqa
Beberapa hari setelah Kapolda Riau datang meninjau lokasi karhutla, kini giliran Gubernur Riau Syamsuar turun ke lokasi untuk melakukan hal sama. Bahkan, orang nomor satu di Provinsi Riau itu turut memadamkan api menggunakan semprotan air.
Sebelum peninjauan dan ikut melakukan pemadaman, Gubernur Syamsuar juga sempat menunaikan shalat istisqa untuk minta hujan kepada Sang Pencipta bersama masyarakat dan petugas di dekat posko terpadu kahrutla di Dumai yang berada di dekat lokasi kebakaran.
Salat istisqa adalah salat sunah muakadah dua rakaat untuk meminta turunnya hujan kepada Allah Swt.
Manusia senantiasa berupaya dan berusaha memadamkan api dengan kekuatannya, tetapi tidak boleh melupakan kekuatan yang maha dahsyat dari Tuhan yang bisa menciptakan segalanya.
Baca juga: Atasi karhutla di Sumsel dengan teknologi modifikasi cuaca
Baca juga: Tim gabungan berjibaku padamkan api Karhutla di Bengkalis Riau
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023
Awalnya, kebakaran terjadi di Desa Pelintung di pinggiran Kota Dumai hingga akhirnya meluas ke Desa Tanjung Leban, Kecamatan Bandar Laksamana, Kabupaten Bengkalis. Total area yang terbakar mencapai sekitar 60 hektare.
Lokasi yang terbakar merupakan kawasan gambut dengan kedalaman sekitar 6 meter sehingga menyulitkan pemadaman. Terlebih lagi, lokasi kebakaran juga sulit dijamah kendaraan. Parahnya lagi, area itu berada di dekat pantai sehingga jika sesekali angin bertiup kencang akan memicu api kian besar sehingga ranting dan kayu kering mudah tersulut api.
Asap yang ditimbulkan dari kebakaran itu pun mulai meresahkan warga. Bahkan, Wali Kota Dumai, Paisal, sempat meminta warga untuk mengenakan masker guna mengurangi dampak buruk dari polusi asap kebakaran lahan.
Tim Satgas Karhutla Provinsi Riau yang terdiri, antara lain, TNI, Polri, BPBD, pemerintah daerah, Manggala Agni, pihak swasta, dan sejumlah unsur lainnya bersatu padu berupaya mengendalikan kobaran api agar tidak meluas. Helikopter bolak-balik melakukan pengeboman air atau water bombing akan api tidak meluas.
Cari pembakar
Kebakaran hutan dan lahan merupakan salah satu bencana alam, namun penyebab utamanya harus dicari. Bisa jadi karena cuaca yang terik saat ini atau ada penyebab lain, seperti adanya oknum tertentu yang membakar lahan sebagai jalan pintas untuk membuka lahan perkebunan baru.
Kepala Kepolisian Daerah Brigjen Polisi Mohammad Iqbal menegaskan pihaknya memburu pembakar hutan dan lahan di perbatasan Kota Dumai dan Kabupaten Bengkalis yang sudah terjadi lebih sepekan itu.
Saat ini karhutla di perbatasan Kota Dumai dan Kabupaten Bengkalis tersebut berangsur padam berkat kerja keras tim gabungan yang bekerja tanpa henti dengan dibantu penyiraman air oleh helikopter milik perusahaan swasta.
Pemerintah juga kerap mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar karena hal tersebut sangat berbahaya. Selain merusak lingkungan, juga menimbulkan dampak negatif lainnya seperti pencemaran udara dan rusaknya ekosistem.
Shalat istisqa
Beberapa hari setelah Kapolda Riau datang meninjau lokasi karhutla, kini giliran Gubernur Riau Syamsuar turun ke lokasi untuk melakukan hal sama. Bahkan, orang nomor satu di Provinsi Riau itu turut memadamkan api menggunakan semprotan air.
Sebelum peninjauan dan ikut melakukan pemadaman, Gubernur Syamsuar juga sempat menunaikan shalat istisqa untuk minta hujan kepada Sang Pencipta bersama masyarakat dan petugas di dekat posko terpadu kahrutla di Dumai yang berada di dekat lokasi kebakaran.
Salat istisqa adalah salat sunah muakadah dua rakaat untuk meminta turunnya hujan kepada Allah Swt.
Manusia senantiasa berupaya dan berusaha memadamkan api dengan kekuatannya, tetapi tidak boleh melupakan kekuatan yang maha dahsyat dari Tuhan yang bisa menciptakan segalanya.
Baca juga: Atasi karhutla di Sumsel dengan teknologi modifikasi cuaca
Baca juga: Tim gabungan berjibaku padamkan api Karhutla di Bengkalis Riau
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023