Jakarta (Antara Megapolitan) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius menegaskan radikalisme saat ini sudah masuk keruang-ruang intelektualitas para mahasiswa.
"Radikalisme bukan hanya karena kemiskinan, kebodohan, kekecewaan, ketidakadilan tetapi sudah terpapar di kaum intelektual," katanya ketika memberikan kuliah umum di Sekoalah Pascasarjana Universitas Pancasila Jakarta, Jumat malam.
Mantan kapolres Depok ini mengatakan pola perekrutan radikalisme sudah semakin canggih hanya dalam waktu dua jam seseorang sudah bisa dicuci otaknya untuk bisa melakukan hal-hal yang radikal.
Sejumlah perguruan tinggi ternama di Indonesia sudah dimasuki oleh paham-paham radikalisme, sehingga perlu pengawasan yang intensif. Para mahasiswa yang berprestasi juga sudah dimasuki paham radikalisme.
"Saya mengimbau para dosen, dekan dan juga rektor serta para guru dan kepala sekolah agar terus memantau kegiatan mahasiswa dan siswa terutama yang bersifat eksklusif," katanya.
Suhardi juga mengatakan para kelompok radikalisme memanfaatkan media sosial untuk melakukan propaganda pemahamannya. Mereka memanfaatkan dunia maya untuk memberikan indoktrinasi paham radikalisme kapada masyarakat.
Untuk itu kata dia, Kementerian Komunikasi dan Informasi berperan aktif agar bisa mencegah paham radikalisme berkembang melalui media sosial.
Sementara itu Rektor Universitas Pancasila Wahono Sumaryono mengatakan untuk menangkal paham radikalisme maka perlu terus menjaga nilai-nilai luhur Pancasila. Dan di kampus kami siap membentengi dari paham-paham radilaisme.
"Ancaman besar bangsa ada tiga yaitu terorisme, narkoba dan korupsi. Ini semua perlu penanganan kita semua secara bersama-sama," katanya.
Untuk itu kata dia setiap penerimaan mahasiswa baru pihaknya memberikan kuliah umum yang tentunya berguna bagi para mahasiswa dalam memperkaya wawasannya. "Kemarin mahasiswa S1 diberi kuliah umum tentang narkoba, sekarang Sekolah Pascasarjanya tentang terorisem. Ini semua berguna bagi para mahasiswa," jelasnya.
Wahono mengaku Universitas Pancasila juga mengambil tanggung jawab untuk menyadarkan para mahasiswa tentang kondisi bangsa Indonesia. Untuk itu dia berharap Universitas Pancasila menjadi salah satu komponen bangsa yang bisa mencegah radikalisme dan juga narkoba.
Sedangkan Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Pancasila Sutjipto mengatakan para lulusan Pascasarjana ini tentunya akan menjadi tokoh dimasyarakat, sehingga perlu dibekali dengan berbagai pengetahuan agar kelak ketika dimasyarakat dapat memberikan kontribusi positif.
"Perlu hubungan yang intensif antara dosen dan mahasiswa dan berdialog tentang masa depan bangsa agar menjadi lebih baik," katanya.
Sekolah Pascasarjan Universitas Pancasila menerima mahasiswa sebanyak 274 orang atau meningkat dibandingkan tahun lalu yang mencapai 240 mahasiswa.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Radikalisme bukan hanya karena kemiskinan, kebodohan, kekecewaan, ketidakadilan tetapi sudah terpapar di kaum intelektual," katanya ketika memberikan kuliah umum di Sekoalah Pascasarjana Universitas Pancasila Jakarta, Jumat malam.
Mantan kapolres Depok ini mengatakan pola perekrutan radikalisme sudah semakin canggih hanya dalam waktu dua jam seseorang sudah bisa dicuci otaknya untuk bisa melakukan hal-hal yang radikal.
Sejumlah perguruan tinggi ternama di Indonesia sudah dimasuki oleh paham-paham radikalisme, sehingga perlu pengawasan yang intensif. Para mahasiswa yang berprestasi juga sudah dimasuki paham radikalisme.
"Saya mengimbau para dosen, dekan dan juga rektor serta para guru dan kepala sekolah agar terus memantau kegiatan mahasiswa dan siswa terutama yang bersifat eksklusif," katanya.
Suhardi juga mengatakan para kelompok radikalisme memanfaatkan media sosial untuk melakukan propaganda pemahamannya. Mereka memanfaatkan dunia maya untuk memberikan indoktrinasi paham radikalisme kapada masyarakat.
Untuk itu kata dia, Kementerian Komunikasi dan Informasi berperan aktif agar bisa mencegah paham radikalisme berkembang melalui media sosial.
Sementara itu Rektor Universitas Pancasila Wahono Sumaryono mengatakan untuk menangkal paham radikalisme maka perlu terus menjaga nilai-nilai luhur Pancasila. Dan di kampus kami siap membentengi dari paham-paham radilaisme.
"Ancaman besar bangsa ada tiga yaitu terorisme, narkoba dan korupsi. Ini semua perlu penanganan kita semua secara bersama-sama," katanya.
Untuk itu kata dia setiap penerimaan mahasiswa baru pihaknya memberikan kuliah umum yang tentunya berguna bagi para mahasiswa dalam memperkaya wawasannya. "Kemarin mahasiswa S1 diberi kuliah umum tentang narkoba, sekarang Sekolah Pascasarjanya tentang terorisem. Ini semua berguna bagi para mahasiswa," jelasnya.
Wahono mengaku Universitas Pancasila juga mengambil tanggung jawab untuk menyadarkan para mahasiswa tentang kondisi bangsa Indonesia. Untuk itu dia berharap Universitas Pancasila menjadi salah satu komponen bangsa yang bisa mencegah radikalisme dan juga narkoba.
Sedangkan Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Pancasila Sutjipto mengatakan para lulusan Pascasarjana ini tentunya akan menjadi tokoh dimasyarakat, sehingga perlu dibekali dengan berbagai pengetahuan agar kelak ketika dimasyarakat dapat memberikan kontribusi positif.
"Perlu hubungan yang intensif antara dosen dan mahasiswa dan berdialog tentang masa depan bangsa agar menjadi lebih baik," katanya.
Sekolah Pascasarjan Universitas Pancasila menerima mahasiswa sebanyak 274 orang atau meningkat dibandingkan tahun lalu yang mencapai 240 mahasiswa.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016