Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Konsulat Jendral Kedutaan Besar Amerika Serikat (Kedubes Amerika) Kantor Surabaya, kembali menyelenggarakan rangkaian workshop bertajuk “Building Youth Resilience and Participation in Digital Literacy During The Political Year.”

"Mahasiswa harus paham bahwa pemilihan umum adalah pesta demokrasi yang harus dijaga bersama pelaksanaannya agar berjalan dengan baik dan menghasilkan pemimpin yang baik sehingga bangsa dan negara ini akan maju dan sejahtera," ujar Dekan FISIP Unsrat Manado, Dr. Drs. Novie Revlie Pioh M.Si dalam keterangannya, Kamis.

Kali ini bertempat di Fispol Unsrat Manado, yang dihadiri  lebih dari 100 mahasiswa yang berasal dari berbagai kampus di Manado seperti UNSRAT, UTSU Manado, UKIT Tomohon, Unsrit Tomohon, Dela Salle Manado dan Univ.Muhammadiyah Manado. Kegiatan dibuka oleh Dekan FISIP Unsrat Manado, Dr. Drs. Novie Revlie Pioh M.Si.

Workshop menghadirkan pembicara Leviane J.H. Lotulung, Lintang Ratri Rahmiaji Yudith Rondonuwu, Rini Darmastuti, Ni Made Ras Amanda, yang membagikan materi dengan tema How to seek a valid information?; When do we report a content?; Which media should we trust?; How to react to misinformation?; How to make a creative content with your smartphone? Dalam workshop ini, para peserta selain mendengarkan materi,  juga langsung praktik membuat video, yang nantinya akan dilombakan bersama ratusan peserta lainnya di Indonesia.

"Anak muda zaman sekarang menurut catatan sejumlah penelitian, menggunakan media sosial, lebih dari delapan jam setiap harinya. Untuk itu, kaum muda harus diberdayakan secara positif antara lain menjadi ujung tombak dalam pecegahan penyebaran informasi yang belum valid. Terkait Pemilu mendatang, kaum muda tersebut diharapkan bisa menjadi pembawa damai lewat konten-konten video pencegahan hoax, ujaran kebencian dan konten positif lainnya, " ungkap Dr. Ni Made Ras Amanda dosen dari Univesitas Udayana Bali, pemateri sekaligus kordinator program.

"Mari gunakan media sosial kita untuk mencerahkan bukan memadamkan potensi atau keberadaan orang lain, apalagi jelang Pemilu 2024," seru Dr Leviane J.H. Lotulung, Narasumber dari Unsrat Manado

“Menurut laporan yang dilansir Kapersky, alasan individu tergerak untuk membagikan informasi di media sosial, diantaranya dorongan untuk menunjukan diri sebagai individu yang mengikuti perkembangan informasi dan berpengetahuan luas. Kecenderungan ini perlu mendapatkan perhatian mengingat penelitian lain menemukan bahwa anak-anak muda  dalam menilai sumber informasi yang dipercaya bergantung pada isyarat tertentu seperti centang biru, jumlah followers, besaran likes, komen, re-tweets hingga gaya penulisan dan tampilan visual informasi. Kalau dinilai buruk, maka mereka enggan untuk mempercayainya. Akan sangat berbahaya bila akun dengan isyarat yang dinilai kredibel sebenarnya juga menyebarkan berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan,” ujar Devie Rahmawati, Kordinator Media Workshop Japelidi.

"Saya mendapatkan banyak ilmu tentang bagaimana ketika kita merespon berita atau sumber yang tidak benar dan dimana kita dapat melaporkannya," tambah Syalomita Sumual peserta dari Fakultas Ekonomi Unsrat Manado.

"Materi dan praktek membuat video menjadikan workshop ini mantap, lengkap dan tidak ada momentum untuk ngantuk. Banyak hal baru yang diperoleh dari wokshop ini antara lain bagaimana peran mahasiswa sebagai pembawa damai saat momentum pemilu yang biasanya orang saling panas-memanasi di media sosial," tutup Debora Ngadiman peserta dari FISIP Unsrat.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2023